
Wah...Tembus 500 Juta Pengguna, Telegram Bakal Berbayar?

Jakarta, CNBC Indonesia - Aplikasi pesan instan Telegram akhirnya mendekati 500 juta pengguna. Sang pendiri, Pavel Durov pun berencana mengincar pendapatan mulai tahun depan untuk menjaga bisnis perusahaan tetap berjalan.
Durov mengatakan, dia secara pribadi telah mendanai aplikasi yang sudah berusia 7 tahun tersebut sejauh ini, tetapi seiring dengan skala startup, maka dia mencari cara bagaimana meningkatkan dari sisi keuangan alias memonetisasi layanan pesan instan.
"Sebuah proyek sebesar kami membutuhkan setidaknya beberapa ratus juta dolar per tahun untuk terus berjalan," katanya, dikutip Techcrunch, Kamis (24/12).
Layanan tersebut, berhasil melampaui 400 juta pengguna aktif pada bulan April tahun ini. Selanjutnya, Telegram akan memperkenalkan platform iklan tersendiri untuk saluran satu pengguna ke banyak pengguna publik tetapi dengan mempertimbangkan prinsip menghormati privasi.
Dengan demikian, strategi itu diharapkan bisa memungkinkan bagi Telegram untuk menutupi biaya server dan traffic.
"Jika kami memonetisasi saluran one-to-many public secara besar melalui Platform Iklan, pemilik saluran ini akan menerima traffic gratis sesuai dengan ukurannya," tulisnya.
Adapun cara lain Telegram dapat memonetisasi layanannya adalah melalui stiker premium dengan fitur ekspresif tambahan.
"Para seniman yang membuat stiker jenis baru ini juga akan mendapat sebagian keuntungan. Kami ingin jutaan pembuat berbasis Telegram dan bisnis kecil berkembang, memperkaya pengalaman semua pengguna kami," papar dia.
Beberapa analis berharap Telegram dapat memonetisasi platform melalui proyek token blockchain-nya. Tetapi setelah beberapa penundaan dan masalah peraturan, Telegram mengatakan pada Mei lalu, bahwa mereka memutuskan meninggalkan proyek tersebut.
Untuk proyek ini, Telegram yang berbasis di Dubai telah mengumpulkan US$ 1,7 miliar atau hampir Rp 17 triliun (kurs Rp 14.000/US$) dari investor pada tahun 2018.
Pengusaha asa Rusia itu telah merencanakan untuk mendistribusikan tokennya, yang disebut gram, setelah mengembangkan perangkat lunak blockchain.
Dikabarkan, Telegram menawarkan untuk mengembalikan US$ 1,2 miliar kepada investor awal tahun ini.
"Telegram memiliki dimensi jejaring sosial. Saluran satu-ke-banyak publik yang besar dapat memiliki jutaan pelanggan masing-masing dan lebih seperti umpan Twitter. Di banyak pasar, pemilik saluran tersebut menampilkan iklan untuk mendapatkan uang, terkadang menggunakan platform iklan pihak ketiga," kata Durov.
Menurut pria kelahiran 1984 ini, semua fitur yang ada akan tetap gratis dan Telegram berkomitmen untuk tidak memperkenalkan iklan dalam obrolan pribadi atau grup karena itu adalah ide buruk.
"Kami tidak akan menjual perusahaan seperti para pendiri WhatsApp. Dunia membutuhkan Telegram untuk tetap independen sebagai tempat di mana pengguna dihormati dan layanan berkualitas tinggi terjamin."
"Telegram akan mulai menghasilkan pendapatan, mulai tahun depan. Kami akan melakukannya sesuai dengan nilai-nilai kami dan janji yang telah kami buat selama 7 tahun terakhir," paparnya.
Pada Rabu (22/12), Telegram juga memperkenalkan fitur Obrolan Suara grup baru. Fitur baru ini digunakan sebagai ruang kantor virtual untuk tim atau ruang informal untuk komunitas yang dapat mendukung beberapa ribu peserta.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Salip WA, Jumlah Pengguna Telegram & Signal Melesat
