Faisal Basri Warning BUMN: Pandemi Jangan Jadi Ladang Bisnis!

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
23 December 2020 19:25
Ekonom senior, Faisal Basri saat menghadiri acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2019. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ekonom senior Faisal Basri (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom Senior Faisal Basri memperingatkan agar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk tidak mengambil 'jalan pintas' meraih keuntungan di tengah pandemi Covid-19 saat ini. Hal itu disampaikan Faisal dalam diskusi virtual yang diselenggarakan Indef, Rabu (23/12/2020).

"Jangan mengais barang tidak legal dalam kondisi ini, BUMN. Jangan pandemi ini dijadikan peluang bisnis buat BUMN. Itu zalim namanya," ujarnya.

Seperti diketahui, BUMN turut banyak berkontribusi dalam penanganan Covid-19 saat ini. Misalnya dengan memproduksi obat-obatan atau vaksin virus corona.

Diketahui PT Bio Farma (Persero) sebagai induk holding BUMN sektor farmasi 'keroyokan' memproduksi obat untuk penanganan Covid-19. Melalui dua anggotanya, yakni PT Kimia Farma Tbk dan PT Indofarma Tbk, mereka memproduksi obat yang siap untuk digunakan.

PT Bio Farma juga bekerja sama dengan Sinovac agar Bio Farma bisa memproduksi vaksin yang bernama CoronaVac. Oleh karena itu, uji klinis fase III dilakukan di Indonesia.

Untuk pengujian klinis di Indonesia, Bio Farma bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran untuk menyiapkan uji klinis vaksin Covid-19, yang sudah mulai dilakukan uji klinis pada 14 Agustus lalu dan disuntikan kepada 1.620 relawan di Kota Bandung.

BUMN juga diberikan mandat untuk melakukan program vaksinasi untuk 75 juta populasi dengan kebutuhan vaksin 150 juta dosis. Saat ini, melalui Bio Farma, Indonesia telah melakukan pemesanan sebanyak 155 juta dosis, dengan adanya potensi tambahan 116 juta dosis.



Pengadaan atas 155 juta dosis vaksin telah dipesan kepada Sinovax dan Novavax. Kemudian 116 juta dosis sisanya saat ini masih dalam proses negosiasi, termasuk dari Gavi/COVAX. Dengan demikian, pemerintah memastikan akan ada 271 juta dosis yang akan tersedia di Indonesia.

"Sampai sekarang, jumlah yang sudah firm order dari vaksin ada 155 juta dari kebutuhan 246 juta dosis, dan kami memiliki potensi pengadaan 116 juta (dosis) tambahan," kata Budi Gunadi saat masih menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN saat melakukan rapat dengan Komisi IX DPR, Kamis (10/12/2020).

"Sehingga totalnya firm order dan potensi yang sudah kami persiapkan untuk tahun depan sudah ada 271 juta dosis vaksin, ini sedikit di atas 246 juta dosis vaksin yang dibutuhkan," lanjutnya.

Budi memastikan, 271 juta dosis vaksin yang direncanakan dipesan oleh pemerintah sudah dipastikan vaksin tersebut merupakan vaksin yang sudah direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan beberapa sudah dalam tahap masuk uji klinis 3.

Terpisah, Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto mengatakan pihaknya akan memasarkan obat anti-Corona Remdesivir dengan nama dagang Desrem™. Obat itu diproduksi Mylan Laboratories Limited, atas lisensi dari Gilead Sciences Inc, Foster City dan United States of America.

Arief menjelaskan, produk yang dipasarkan dalam waktu dekat adalah Desrem™ Remdesivir Inj 100mg, yang telah mendapatkan persetujuan Emergency Use Authorization (EUA) di Indonesia dan telah disetujui oleh BPOM melalui penerbitan nomor izin edar yang sudah diterbitkan pada tanggal 30 September 2020.

"Desrem™ Remdesivir Inj 100 mg akan mulai dipasarkan pekan depan, merupakan obat yang digunakan untuk penggunaan pada pasien rawat inap COVID-19 dalam kondisi sedang-berat," kata Arief dalam keterangan resmi yang dikutip CNBC Indonesia, Senin (5/10/2020).

Dengan beban dan tugas yang diberikan kepada BUMN untuk memproduksi vaksin Covid-19, tentu harapannya amanah yang diberikan tidak disalahgunakan.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'RI tidak Utamakan Vaksin Terhadap Penduduk Paling Rentan'

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular