Senjata Baru WhatsApp melawan Hoaks

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
19 November 2020 17:02
FILE PHOTO: A logo of WhatsApp is pictured on a T-shirt worn by a WhatsApp-Reliance Jio representative during a drive by the two companies to educate users, on the outskirts of Kolkata, India, October 9, 2018. Picture taken October 9, 2018. REUTERS/Rupak De Chowdhuri - RC16ED4B4AE0/File Photo
Foto: Ilustrasi Whatsapp (REUTERS/Rupak De Chowdhuri )

Jakarta, CNBC Indonesia - WhatsApp APAC Communications Director, Sravanthi Dev mencatat setiap bulannya ada 2 juta akun Whatsapp yang diblokir terkait dengan hoax.

"Kita tak ingin spam dan pesan yang misinformasi, kita menggunakan teknologi untuk identifikasi spam. Kami memblokir 2 juta akun per bulannya," ujarnya di Jakarta, Kamis (19/11/2020).

Bagi akun Whatsapp yang terpaksa harus diblokir tentunya akan merugikan penggunanya. Sebab, akun tersebut otomatis tidak akan bisa digunakan lagi, alias blokir permanen.

Untuk mengatasi hoax alias berita bohong, Whatsapp melakukan berbagai penyesuaian fitur. Pertama, WhatsApp membatasi ketentuan jumlah penerusan pesan (forwarded message) menjadi hanya kelima kontak dalam satu waktu, sehingga jumlah pesan yang diteruskan menurun hingga 25%.

Kemudian WhatsApp memperkenalkan label 'diteruskan/forwarded' (panah tunggal) dan 'sering diteruskan/highly forwarded' (panah ganda), mendorong agar pengguna berpikir dua kali sebelum meneruskan lagi pesan tersebut. WhatsApp juga membarui pengaturan Privasi Grup sehingga pengguna dapat meningkatkan keamanan privasi mereka.

Awal tahun ini, WhatsApp membatasi supaya pesan yang telah sering diteruskan hanya dapat diteruskan kepada satu orang atau grup pada satu waktu. Upaya ini menekan jumlah penerusan pesan yang telah berkali-kali diteruskan hingga 70%.

Perubahan-perubahan produk ini mencerminkan komitmen WhatsApp dalam mengurangi disinformasi. Ke depannya, WhatsApp juga akan terus memprioritaskan pengembangan produk yang dapat membantu mengatasi penyebaran disinformasi.

Whatsapp juga berkolaborasi dengan cara melakukan edukasi publik terkait dengan pesan hoax ini, salah satunya melalui Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo).

Chairman of Mafindo, Septiaji Eko Nugroho mencatat terkait dengan Hoax ini, sebanyak 2.024 pesan hoax berhasil dirangkum mulai Januari hingga November 2020. Satu per tiga hoax tersebut menurutnya terkait dengan pandemi.

"Kalau kita lihat, tidak mudah mengetahui hoax di medsos atau Whatsapp. Kalau Facebook relatif mudah. Khususnya konten publik. Dilaporkan sekitar 13-15% (hoax) beredar di masyarakat dari Whatsapp, jumlah aslinya bisa lebih dari itu," katanya.

Di Indonesia, lanjutnya, hoax terbanyak berasal dari Facebook. Kemudian diikuti platform lain seperti twitter dan Whatsapp. "Komparasi tak bisa dilakukan dengan mudah. Whatsapp sifatnya privat. Data-data ini adalah kami simpan di situs kami, kita kolaborasi cek fakta dengan 24 media online," pungkasnya.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Ini Ciri-Ciri Jika Whatsapp Anda Diblokir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular