
Vaksin Pfizer Made in AS Sukses 90%, Vaksin China Gimana?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar gembira datang soal pengembangan vaksin corona (Covid-19). Vaksin yang dikembangkan Pfizer perusahaan asal AS yang berkolaborasi dengan BionTech dari Jerman, disebut 90% efektif menangkal corona tanpa ada efek samping berbahaya.
Mengutip CNBC International, Chairman & CEO Pfizer Albert Bourla mengatakan efikasi final dari vaksin tersebut dikatakan aman. "Hasil pertama dari uji klinis fase tiga uji vaksin mengindikasikan kemampuan vaksin kami untuk mencegah Covid-19," ujar Bourla Senin (9/11/2020).
Kedua perusahaan tersebut berencana untuk mengajukan penggunaan darurat vaksin kepada BPOM AS, Food and Drug Administration (FDA), pada pekan ketiga November 2020. Pfizer dan BioNTech berencana memproduksi 50 juta dosis vaksin Covid-19 di 2020 dan 1,3 miliar dosis di 2021.
Sebelumnya sejumlah ahli mememperkirakan efektivitas vaksin yang diuji hanya 75%. Uji klinis fase akhir dilakukan Juli 2020 lalu.
Lalu bagaimana vaksin China?
Mengutip media China Global Times, salah satu pengembang vaksin China yakni CanSinoBIO masih melakukan uji klinis fase III. Ini dilakukan di Meksiko sejak akhir pekan kemarin.
Studi vaksin Covid-19 rekombinan (Ad5-nCov) sudah disetujui oleh otoritas Meksiko pada Oktober. Uji Coba bertujuan untuk merektur 15.000 sukarelawan untuk melihat kemanjuran vaksin.
Salah satu pengembang vaksin China mengumumkan pada hari Sabtu bahwa mereka telah meluncurkan uji klinis Fase III untuk vaksin COVID-19 di Meksiko dan telah berhasil memvaksinasi kelompok subjek pertama.
CanSinoBIO, perusahaan farmasi China, mengatakan kepada Global Times pada hari Sabtu bahwa mereka telah memulai uji klinis Fase III untuk vaksin COVID-19 rekombinan (Ad5-nCoV) yang dikembangkannya di Meksiko.
Studi tersebut disetujui oleh otoritas Meksiko pada bulan Oktober. Uji coba tersebut bertujuan untuk merekrut 15.000 subjek untuk lebih menunjukkan kemanjuran kandidat.
Pada bulan Oktober, CanSinoBIO juga menandatangani perjanjian pembelian di muka dengan pemerintah Meksiko untuk memasok 35 juta dosis vaksin COVID-19 kepada orang-orang Meksiko yang membutuhkan.
"Meluncurkan studi klinis Ad5-nCoV di Meksiko merupakan pencapaian lain dari CanSinoBIO," kata CEO CanSinoBIO Xuefeng Yu.
Ad5-nCoV juga tengah melalui uji fase III di Rusia dan Pakistan. Hasil awal studi akan diterima di akhir 2020.
Sementara itu, vaksin lainnya yakni Sinovac Biotech, tegah diuji juga di sejumlah negara. Salah satunya Brasil. Uji klinis terakhir masih berlangsung di negara bagian Sao Paulo, sebagaimana dimuat Reuters.
Pakar vaksin mengatakan kepada Global Times bahwa China memimpin dalam penelitian vaksin. Di mana kandidat yang dikembangkan membuktikan keamanan dan kemanjuran mereka selama uji klinis dan penggunaan darurat pada puluhan ribu orang China.
Sinoparm, pengembang vaksin lain misalnya, mengatakan 100.000 orang telah divaksinasi. Sejauh ini tidak ada reaksi merugikan.
"Di antara mereka, 56.000 orang diinokulasi dan melakukan perjalanan ke kapal, dan tidak ada yang terinfeksi virus," kata Kepala Sinopharm Liu Jingzhen.
(sef/sef) Next Article Kejar-kejaran Vaksin Corona: Selesai Oktober, 'Dibantu' Trump
