Warning IDI ke Pemerintah Soal Vaksinasi Covid-19 di November

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
14 October 2020 13:38
A worker inspects vials of SARS CoV-2 Vaccine for COVID-19 produced by SinoVac at its factory in Beijing on Thursday, Sept. 24, 2020. A Chinese health official said Friday, Sept. 25, 2020, that the country's annual production capacity for coronavirus vaccines will top 1 billion doses next year, following an aggressive government support program for construction of new factories. (AP Photo/Ng Han Guan)
Foto: Ilustasi kandidat vaksin Covid-19 (AP/Ng Han Guan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) angkat bicara terkait rencana pemerintah untuk memulai vaksinasi Covid-19 pada November 2020. Vaksinasi akan dilakukan Kementerian Kesehatan.

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Daeng Faqih mengatakan prinsipnya vaksin yang diberikan harus sudah selesai dilakukan uji klinis fase 3. Kalau sudah lolos uji klinis fase 3, menurutnya vaksin dinyatakan aman dan efektif dan mencegah covid-19.

"Kalau hasilnya demikian, semakin cepat semakin baik. Indonesia yang saya tahu, Biofarma-Sinovac rencana uji klinis fase 3 selama 6 bulan dari bulan Agustus, kira-kira awal dari 2021 baru terlihat hasilnya. Prediksinya Biofarma-Sinovac bisa dilaksanakan vaksinasi, kalau baik dan aman di awal 2021," katanya kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Rabu (14/10/2020).

Selanjutnya, terkait pihak lain yang bisa lebih dulu siap terkait vaksin ini, menurutnya menjadi kabar yang baik. Sebab dia menyebut, vaksin adalah salah satu harapan di tengah pandemi. Namun lagi-lagi dia menegaskan apa syarat vaksin yang baik.

"Terus terang, vaksin yang siap harus betul-betul selesai uji klinis fase 3. Berkhasiat dan aman," ujarnya lagi.

Dia juga menyinggung bagaimana pengembangan sebuah vaksin yang memakan waktu sangat lama bisa 10-15 tahun. Namun kondisi saat ini menuntut prosedur vaksin dipercepat, tanpa melupakan kualitas vaksin itu sendiri.

"Kasus pandemi ada kemudahan fast track, memangkas birokrasi. Pada prosedur-prosedur melihat kualitasnya seperti uji di awal laboratorium, ada kemudian binatang, tahap ketiga, pada manusia, itu juga dibagi lagi ada 3 tahap, harus tetap dilakukan untuk menjamin kualitas dan keamanan. Kalau itu dilakukan tak masalah apalagi teknologi berkembang canggih. Percepatan dengan tidak mengurangi kualitas, keamanan, terus kita dorong," jelasnya.

Terakhir dia juga menyebut terkait dengan efek samping. Setiap vaksin, lanjutnya pasti memiliki efek samping yang tentu saja ringan. Misalnya sakit dibagikan yang telah disuntik, hingga timbul rasa panas.

Adapun info dari Biofarma dan Sinovac, uji klinis tahap 3 sejauh ini dinyatakan aman tak ada efek samping yang berarti. Hal ini tentunya tidak akan menghalangi vaksin yang dikembangkan.

"Kalau ringan, akan dinyatakan aman.  Kalau berat, tak akan dilakukan vaksinasi. Selama ini, vaksin itu merasa sakit di tempat yg sakit itu ada dan itu sangat ringan. Hati-hati dengan isu yg mengatakan vaksin ini memiliki efek yang luar biasa, itu akan mempengaruhi upaya pemerintah secara cepat menghentikan penularan covid-19," pungkasnya.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wamenkes: Anak Bisa Jadi Carrier Covid di Sekolah & di Rumah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular