Ribuan Warga China Disuntik Vaksin Corona, Ini Bahayanya!

Roy Franedya, CNBC Indonesia
29 September 2020 14:30
FILE - In this Monday, March 16, 2020 file photo, a patient receives a shot in the first-stage study of a potential vaccine for COVID-19, the disease caused by the new coronavirus, at the Kaiser Permanente Washington Health Research Institute in Seattle. On Friday, March 20, 2020, The Associated Press reported on stories circulating online incorrectly asserting that the first person to receive the experimental vaccine is a crisis actor. All participants who volunteered for the test were screened and had to meet a set list of criteria. They were not hired as actors to simulate a role. (AP Photo/Ted S. Warren)
Foto: Ilustrasi Vaksin (AP/Ted S. Warren)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan vaksin China diketahui telah menyuntikkan vaksin Covid-19 eksperimental ke ribuan warga China sebagai bagian dari program penggunaan darurat. Kebijakan ini mendapat kritikan dari para peneliti.


Program penggunaan darurat vaksin disetujui oleh otoritas kesehatan China pada Juni 2020. Diketahui China National Biotec Group (CNBG), Sinovac Biotech, dan CanSino Biological telah memberikan vaksin kepada sejumlah karyawannya, tenaga medis hingga diplomat.

Ketiga perusahaan ini sedang melakukan uji klinis tahap tiga terhadap vaksin yang dikembangkannya di luar China. Uji klinis fase tiga untuk mengetahui efektivitas dan kemanjuran vaksin dalam jumlah relawan yang besar. Bila berhasil dalam uji ini maka perusahaan akan mengajukan izin edar ke otoritas kesehatan negara.

Arthur Caplan dari New York University menyebut langkah ini sebagai tindakan sembrono dan berbahaya karena vaksin masih diuji secara minimal dan belum sepenuhnya dipublikasikan.

"Ini menempatkan terlalu banyak orang pada risiko tanpa ada kesempatan untuk mempelajari keamanan dan kemanjuran [vaksin eksperimental] dalam kelompok besar," ujar Arhur Caplan, seperti dikutip dari VOA News, Selasa (29/9/2020).

Dalam keadaan normal, butuh waktu bertahun-tahun untuk penelitian dan pengujian sebelum vaksin tersedia secara umum.

"Sebelum menyelesaikan uji coba tahap 3, kami tidak dapat memiliki keyakinan penuh pada keamanan dan efektivitas vaksin," ujar Lawrence Gostin, profesor dari Georgetown University.

Ahli Epidemiologi dari RAND Corporation Jennifer Huang Bouey menganggap praktik terburu-buru ini dapat menjadi bumerang sebab bisa menimbulkan ketidakpercayaan pada vaksin sehingga semakin sedikit orang yang mau divaksinasi.

Menurut American Council on Science and Health, sebuah organisasi penelitian dan pendidikan, tingkat keberhasilan uji klinis vaksin penyakit menular hanya 33,4%. Artinya sebagian besar vaksin yang masuk ke tahap uji klinis akan gagal.

China mengklaim bahwa sejauh ini, tidak ada reaksi merugikan yang jelas di antara orang-orang yang diinokulasi.

"Puluhan ribu orang yang divaksinasi telah melakukan perjalanan ke negara negeri dan wilayah dengan risiko tinggi COVID-19. Sejauh ini tidak ada yang terinfeksi, dan ini membuktikan keefektifan vaksin," kata Zhou Song, kepala penasihat hukum CNBG.

[Gambas:Video CNBC]




(roy/sef) Next Article Dimulai 12 Januari 2022, Segini Prediksi Harga Vaksin Booster

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular