Internasional

Obat Kortikosteroid Bisa Kurangi Potensi Kematian Covid-19

Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
03 September 2020 16:46
A laboratory technician places medication capsules on a capsules counter during packaging in a laboratory at
Foto: REUTERS/Jon Nazca

Jakarta, CNBC Indonesia - Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan bahwa mengobati pasien Covid-19 yang kritis dengan obat kortikosteroid dapat mengurangi risiko kematian hingga 20%. Kortikosteroid adalah obat yang mengandung hormon steroid yang bisa meredakan peradangan dan menekan kerja sistem kekebalan tubuh yang berlebih.

Temuan ini dipaparkan langsung oleh sebuah analisis dari tujuh uji coba internasional yang ditemukan pada hari Rabu (2/9/2020). Ini juga mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk memperbarui sarannya tentang pengobatan Covid-19.



Analisis ini mengumpulkan data uji coba terpisah dari obat kortikosteroid yakni hidrokortison dosis rendah, deksametason dan metilprednisolon. Uji coba itu menemukan bahwa steroid meningkatkan tingkat kelangsungan hidup pasien Covid-19 yang cukup untuk dirawat intensif di rumah sakit.

"Ini setara dengan sekitar 68% pasien (positif Covid-19) yang bertahan hidup setelah pengobatan dengan kortikosteroid, dibandingkan dengan sekitar 60% yang bertahan tanpa kortikosteroid," kata para peneliti dalam sebuah pernyataan dikutip dari Reuters.



Pimpinan perawatan klinis WHO, Janet Diaz, mengatakan bahwa badan tersebut telah memperbarui sarannya dan merekomendasikan penggunaan steroid pada pasien dengan Covid-19 yang parah dan kritis. "Itu bisa menyelamtkan nyawa," katanya saat siaran langsung WHO.

Jonathan Sterne, seorang profesor statistik medis dan epidemiologi di Universitas Bristol Inggris yang mengerjakan analisis tersebut, mengatakan uji coba yang dilakukan oleh para peneliti di sejumlah negara. Yakni Inggris, Brasil, Kanada, Cina, Prancis, Spanyol dan Amerika Serikat.

Pesan akhir mereka sangat konsisten. Semua menunjukkan bahwa obat itu bermanfaat bagi pasien yang paling sakit tanpa memandang usia atau jenis kelamin atau berapa lama pasien sakit.

Penemuan yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association juga memperkuat hasil yang diumumkan pada bulan Juni, ketika deksametason menjadi obat pertama yang terbukti mampu mengurangi tingkat kematian di antara pasien Covid-19 yang sakit parah.

Deksametason telah digunakan secara luas di bangsal perawatan intensif yang merawat pasien Covid-19 di beberapa negara sejak saat Covid-19 muncul.

Martin Landray, seorang profesor kedokteran dan epidemiologi di Universitas Oxford yang mengerjakan uji coba deksametason mengatakan dengan hasil tersebut artinya para dokter di rumah sakit seluruh dunia dapat dengan aman beralih menggunakan obat-obatan tersebut untuk menyelamatkan nyawa pasien.

Panduan terbaru WHO, yang diterbitkan di situs webnya pada Rabu malam, mengatakan kortikosteroid hanya boleh digunakan dalam pengobatan pasien Covid-19 yang paling parah. Tidak boleh dipakai pada kasus yang tidak parah. Itu karena pengobatan tidak membawa manfaat (dalam kasus ringan) dan bahkan terbukti berbahaya.

Badan kesehatan PBB juga mendesak negara-negara untuk mempertahankan stok kortikosteroid yang cukup, dan tidak memasok stok berlebihan sehingga menghalangi akses untuk negara lain.

Para peneliti juga mengatakan, manfaatnya terlihat dari apakah pasien menggunakan ventilator atau tidak pada saat mereka memulai pengobatan.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Simak! Ini Deretan Calon Vaksin & Obat COVID-19

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular