
Di Balik Vaksin Covid-19, Kekayaan 10 Orang ini Bikin Ngiler

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 belum usai, pengembangan obat dan vaksin masih terus berlanjut. Dibalik upaya pembuatan senjata melawan patogen ganas itu, ada orang-orang yang menjadi semakin meningkat kekayaannya.
Orang-orang yang semakin 'tajir' itu adalah para pengusaha yang bergerak di bidang kesehatan terutama yang mengembangkan kit diagnostik, obat hingga vaksin Covid-19. Kenaikan kekayaan orang ini dipicu oleh meningkatnya harga saham perusahaan farmasi yang mereka miliki.
Forbes merangkum 10 orang di sektor kesehatan yang semakin 'tajir melintir' di tengah pandemi Covid-19. Dari 10 orang tersebut hanya dua orang yang berasal dari AS. Berikut ini adalah daftarnya :
Stephane Bancel
Stephane Bancel adalah seorang yang berkewarganegaraan Perancis dengan kekayaan mencapai US$ 1.5 miliar atau Rp 21 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$). Ia adalah CEO dari perusahaan bioteknologi Moderna yang mengembangkan vaksin Covid-19 bernama mRNA-1273.
Pria yang sebelumnya menjabat sebagai bos BioMérieux, ini memiliki 9% saham Moderna. Sejak 11 Maret 2020, kekayaannya telah naik sebesar 109%.
Denegri
Pria asal Italia ini dulunya adalah seorang ilmuwan kimia. Kini dia memiliki 45% saham perusahaan diagnostik asal Italia bernama DiaSorin. Saat pandemi Covid-19 merebak DiaSorin membuat produk uji swab dan antibodi Covid-19. Hal ini membuat kekayaannya naik 32% menjadi US$ 4,5 miliar (Rp 63 triliun) sejak Maret.
Seo
Orang kaya berikutnya adalah Seo yang berasal dari negeri K-POP (Korea Selatan). Seo merupakan salah satu pendiri perusahaan biotek Negeri Ginseng bernama Celltrion. Perusahan tersebut didirikan pada 2002 silam dan menjadi perusahaan publik enam tahun setelahnya.
Celltrion menjual kit diagnostik untuk Covid-19 yang dikabarkan bisa memberikan hasil yang cepat 15-20 menit saja. Selain itu Celltrion juga mengembangkan terapi untuk Covid-19 yang rencananya bakal uji klinis pada kuartal ketiga tahun ini.
Kekayaan Seo saat ini memiliki kekayaan US$ 8,4 miliar (Rp 117,6 triliun). Kekayaannya telah meningkat 22% sepanjang pandemi.
Mérieux
Mérieux mendirikan BioMérieux pada tahun 1963 sebagai cabang pengujian diagnostik dari Institut Mérieux, konglomerat medis yang didirikan oleh kakek Mérieux, Marcel, pada tahun 1897.
Putra Alain, Alexandre, sekarang menjalankan perusahaan sebagai CEO. Kit pengujian diagnostik COVID-19 BioMérieux, yang dirilis pada akhir Maret, mempersingkat waktu pengujian untuk virus menjadi 45 menit.
Pria berkebangsaan Perancis ini memiliki kekayaan yang ditaksir mencapai US$ 7,6 miliar (Rp 106,4 triliun) dan akibat peningkatan sebesar 25%.
Maja Oeri
Wanita ini berasal dari Swiss yang juga merupakan keturunan Fritz Hoffman - La Roche yang mendirikan perusahaan farmasi raksasa Roche. Kepemilikan Oeri di saham Roche mencapai 5% dan membuatnya memiliki kekayaan yang ditaksir mencapai US$ 3,2 miliar (Rp 44,8 miliar). Kekayaannya telah meningkat 10% semasa pandemi.
Roche mengumumkan pada 19 Maret bahwa mereka memulai uji klinis fase tiga dari tocilizumab obat arthritis sebagai pengobatan untuk pasien Covid-19 di AS.
Selain itu, perusahaan juga mengembangkan tes serologi baru, yang mendeteksi antibodi pada orang yang telah menderita penyakit tersebut, dan menyediakannya di AS dan Eropa pada awal Mei.
George Yancopoulos & Leonard Schleifer
Mengutip Forbes, CEO Regeneron Pharmaceuticals Leonard Schleifer menjadi salah satu pendiri pembuat obat Tarrytown, New York pada tahun 1988, dengan George Yancopoulos bergabung pada tahun berikutnya sebagai kepala petugas ilmiah perusahaan.
Pada 16 Maret, Regeneron memulai uji klinis sarilumab obat rheumatoid arthritis pada pasien Covid-19 di New York, bekerja sama dengan perusahaan Prancis Sanofi. Hasil awal dari uji coba fase dua menunjukkan bahwa obat tersebut dengan cepat menurunkan respon inflamasi.
Leonard Schleifer kini kekayaannya mencapai US$ 2,2 miliar (Rp 30,8 triliun) dan George Yancopoulos mencapai US$ 1,2 miliar (Rp 16,8 triliun).
Thomas & Andreas Struengmann
Thomas & Andreas adalah saudara kembar. Keduanya menjadi kaya raya dengan menjual perusahaan pembuat obat generik mereka Hexal ke Novartis dengan harga sekitar US$ 7 miliar pada tahun 2005.
Mereka sekarang berinvestasi di sejumlah perusahaan bioteknologi dan perawatan kesehatan melalui perusahaan investasi mereka yang berbasis di Swiss, Santo Holding, yang juga berinvestasi di perusahaan biotek Jerman yaitu BioNTech.
BioNTech bermitra dengan Pfizer dan Fosun Pharmaceuticals dalam pengembangan vaksin Covid19. Uji coba manusia pertama dimulai di Jerman pada 23 April, dan perusahaan berencana untuk memperluasnya ke AS sambil menunggu persetujuan dari regulator.
Kekayaan si kembar tersebut telah naik 11% dan kini sebesar US$ 6,9 miliar (Rp 96,6 triliun).
Li Xiting
Sejak didirikan oleh Li Xiting pada tahun 1991, raksasa perangkat medis yang berbasis di Shenzhen, Mindray Medical International, telah berkembang menjadi produsen peralatan medis terbesar di China.
Mindray telah secara aktif terlibat dalam memerangi pandemi Covid-19 sejak pertama kali muncul di China, dengan melipatgandakan kapasitas produksi ventilator di pabrik Shenzhen menjadi 3.000 per bulan, menurut laporan pers China.
Perusahaan telah mendonasikan peralatan medis senilai US$ 4,6 juta termasuk ventilator yang sangat dibutuhkan ke rumah sakit di seluruh dunia, terutama di daerah yang terkena dampak paling parah di Wuhan dan Italia utara.
Kini kekayaan Li Xiting pun naik 1% menjadi US$ 12,6 miliar (Rp 176,4 triliun)
(roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dimulai 12 Januari 2022, Segini Prediksi Harga Vaksin Booster