Vaksin Covid-19 Paling Mahal Rp 2 Juta/Dosis, Bisa Gratis?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
28 August 2020 14:37
Infografis/ Jutaan Dosis Vaksin ‘Sudah di Tangan’ RI, Sayonara Corona?/Aristya Rahadian
Foto: Infografis/ Jutaan Dosis Vaksin ‘Sudah di Tangan’ RI, Sayonara Corona?

Jakarta, CNBC Indonesia - Vaksin penangkal virus pemicu pandemi Covid-19 memang belum beredar di publik. Namun daftar harganya sudah mulai dirilis oleh para pengembang.

Untuk kembali hidup normal seperti sedia kala, saat ini umat manusia sedang menunggu vaksin. Berdasarkan update terbaru WHO, per 25 Agustus 2020 sudah ada 31 kandidat vaksin yang berada di tahap uji klinis. Sementara itu ada 142 kandidat lain yang berada di tahap praklinis.

Belakangan ini, berbagai kandidat vaksin yang dikembangkan sudah mendapat banderol harga. Ada yang harganya murah di kisaran US$ 4/dosis atau setara dengan Rp 56.000/dosis (asumsi kurs Rp 14.000/US$) hingga yang paling mahal di angka US$ 144/dosis (Rp 2.016.000/dosis).

Kandidat vaksin yang paling murah saat ini dikembangkan oleh AstraZeneca yang hanya dibanderol di US$ 4/dosis. Sementara untuk yang termahal dikembangkan oleh Sinopharm.

Pemicu perbedaan harga vaksin di setiap pengembang ini tentunya adalah cost atau biaya manufakturnya. Perbedaan platform teknologi hingga harga bahan baku menjadi beberapa variabel yang tentunya mempengaruhi biaya tersebut.

Dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini, tampaknya mustahil para pengembang ini menetapkan harga yang mahal untuk vaksinnya.

"Di situasi darurat kesehatan masyarakat seperti pandemi, industri biofarmasi memiliki track record yang bertanggung jawab dalam hal penetapan harga serta secara aktif berpartisipasi dengan pemerintah untuk memastikan ketersediaan dan keterjangkauan [vaksin]" kata Andrew Powaleny, juru bicara Peneliti & Manufaktur Farmasi AS kepada Bloomberg Law.

Pendapat lain yang disampaikan oleh mitra pengelola perusahaan konsultasi kesehatan masyarakat Numerof & Associates, Michael Abrams, menyebutkan bahwa vaksin pertama Covid-19 akan memiliki biaya yang membengkak. Namun harga akan berangsur turun setelah vaksin kedua beredar di pasaran.

Salah satu langkah yang bisa digunakan untuk menekan harga vaksin adalah subsidi dari pemerintah melalui pembelian vaksin. Di AS, saat flu babi merebak 11 tahun silam pemerintah membuat program vaksinasi masal dengan biaya administrasi yang rendah.

"Jelas, pemerintah menginginkan agar harga vaksin yang dibayar sesuai kewajaran artinya sesuai dengan nilai vaksin itu sendiri (seberapa efektif) dan biaya pengembangannya" kata Aaron S. Kesselheim profesor di Harvard Medical School, mengutip Bloomberg Law.

Sementara ini vaksin yang paling mungkin dijangkau oleh RI adalah CoronaVac milik Sinovac. Jika pemerintah merencanakan untuk melakukan vaksinasi terhadap 170 juta penduduk Indonesia dengan dua kali suntikan maka anggaran yang harus disiapkan kurang lebih Rp 119 - Rp 121 triliun. Ini tentunya dengan perhitungan kasar.

Namun harga ini bisa ditekan jika produksi vaksin juga diproduksi di dalam negeri. Selain kerja sama Bio Farma dengan Sinovac, institusi penelitian Eijkman dan perusahaan swasta Kalbe Farma juga tengah mengupayakan agar RI bisa berdikari soal vaksin.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harapan Baru! Vaksin Covid-19 Tiba di Indonesia Malam Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular