Internasional

Pasien Sembuh Covid Bisa Tertular Lagi, Gimana Vaksin?

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
25 August 2020 13:38
Passengers wear protective suits and face masks as they arrive at the Hong Kong airport, Monday, March 23, 2020. The new coronavirus causes mild or moderate symptoms for most people, but for some, especially older adults and people with existing health problems, it can cause more severe illness or death. (AP Photo/Kin Cheung)
Foto: Hong Kong (AP/Kin Cheung)

Jakarta, CNBC Indonesia - Seseorang yang terinfeksi virus corona (Covid-19) dan dinyatakan sembuh, ternyata bisa terinfeksi ulang. Hal ini telah terjadi pada seorang pria Hong Kong berusia 33 tahun.

Pria itu dinyatakan kembali terinfeksi virus corona atau SARS-CoV-2 pada 15 Agustus, setelah menjalani tes begitu tiba di Hong Kong dari Spanyol. Dalam perjalanannya, pria itu singgah melalui Inggris. Pria itu pertama kali dinyatakan positif Covid-19 pada akhir Maret dan sembuh.



Kasus itu menjadi kasus infeksi ulang Covid-19 pertama yang dikonfirmasi, kata para ahli. Atas dasar itu, mereka kini sedang melakukan penelitian soal ketahanan/imun seseorang yang terinfeksi ulang untuk mengetahui langkah penanganan selanjutnya.

"Kita perlu melihat sesuatu seperti ini pada tingkat populasi." kata Maria Van Kerkhove, seorang ahli virus corona di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dalam sebuah briefing pada Senin (24/8/2020).

"Apa yang kami pelajari tentang infeksi adalah bahwa orang benar-benar mengembangkan tanggapan kekebalan, dan yang belum sepenuhnya jelas adalah seberapa kuat tanggapan kekebalan itu dan untuk berapa lama tanggapan kekebalan itu bertahan," terangnya, mengutip CNBC International.



Kemunculan kasus infeksi ulang itu pun memicu lahirnya berbagai pertanyaan seputar vaksin bagi wabah asal Wuhan, China itu. Baik dalam pengembangan, keampuhan, maupun efektivitasnya dari mencegah orang terinfeksi atau terinfeksi ulang.

Berdasarkan kasus pria Hong Kong, para ahli berpendapat bahwa seseorang yang pernah terinfeksi dan sembuh sekalipun akan membutuhkan vaksin.

"Bahkan jika kasus Hong Kong adalah sebuah keunikan, itu menunjukkan beberapa implikasi: Pertama, orang yang telah pulih dari Covid-19 juga harus divaksinasi," kata para peneliti.

"Dan mereka harus terus mengikuti tindakan pencegahan seperti mengenakan masker dan menjaga jarak secara fisik."

Terkait pengembangan vaksin, menurut laporan Nature, kebanyakan ahli mengatakan bahwa akhir 2020 atau awal 2021 adalah waktu tercepat vaksin dapat disetujui dan diluncurkan. Saat ini banyak kandidat vaksin yang masih harus menjalani uji klinis fase III skala besar untuk menilai efektivitas dan keamanannya.

WHO juga sebelumnya telah mengatakan bahwa sudah ada puluhan perusahaan dari berbagai negara yang melakukan pengembangan. Beberapa di antaranya telah sampai ke tahap uji coba pada manusia. Pengembangan vaksin sendiri paling banyak dilakukan di Amerika Serikat atau Eropa.

Airfinity, firma analisis pasar ilmu hayati di London, saat ini memproyeksikan bahwa akan ada satu miliar dosis tersedia pada kuartal keempat tahun 2021, setelah menyesuaikan kapasitas setiap pengembang berdasarkan status kandidat dan rekam jejak mereka.

Di sisi lain, dari Mei hingga Juni 2020, Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI), secara anonim menyurvei 113 produsen yang memproduksi komponen vaksin, dan memperkirakan kapasitas produksi akan menjadi 2 miliar hingga 4 miliar dosis pada akhir 2021, dengan asumsi uji coba berjalan dengan baik.



(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lagi, Pasien Sembuh Covid-19 Terinfeksi Ulang Corona

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular