BPOM Pastikan Obat Corona Belum Ditemukan

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
18 August 2020 14:32
A worker wearing protective gear cleans a window as a nurse tends to a patient inside the intensive care unit for people infected with the coronavirus, at the 2 de Mayo Hospital, in Lima, Peru, April 17, 2020. (AP Photo/Rodrigo Abd)
Foto: Seorang pekerja yang mengenakan alat pelindung membersihkan jendela saat seorang perawat merawat seorang pasien di dalam unit perawatan intensif untuk orang yang terinfeksi virus corona, di Rumah Sakit 2 de Mayo, di Lima, Peru. (AP Photo / Rodrigo Abd )


Jakarta, CNBC Indonesia - BPOM menegaskan hingga saat ini belum ada satupun pernyataan terkait dengan obat yang manjur digunakan untuk Covid-19.


"Beberapa uji klinik dilaksanakan, dilakukan review, sampai pagi ini, belum ada satu statement ada obat yang manjur untuk Covid-19. Semua masih uji klinik. Bahkan WHO pun tak ada statement," ujar Anggota Komite Nasional Penilai Obat BPOM, Dr Anwar Santoso saat video conference di Graha BNPB Jakarta, Selasa (18/8/2020).


Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Kemenristek/BRIN, Prof. dr. Ali Ghufron Mukti yang mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada obat paten untuk terapi Covid-19.


"Sampai sekarang belum ada satupun yang bisa diklaim. Termasuk imunomodulator, kita juga masih dalam proses," ujarnya.


Dia juga menyebut, banyak yang mengklaim bahwa telah ada obat yang bisa digunakan untuk Covid-19. Namun dia menegaskan, dari konsorsium yang dibentuk 4 bulan yang lalu, belum ada obat yang secara spesifik untuk Covid-19.


Adapun konsorsium tersebut dibentuk dengan anggota mulai dari Kementerian Kesehatan RI, Dikti, LIPI, BPPT hingga Rumah sakit, Perguruan Tinggi dan juga pelaku Industri. Adapun pelaku industri tersebut termasuk di dalamnya Bio Farma.


Selanjutnya Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, DR. dr. Agus Dwi Santoso, Sp. (P (K) juga menjelaskan bagaimana para dokter melakukan pengobatan bagi pasien Covid-19. Yang pasti, salah satu yang dipegang teguh untuk mengobati Covid-19 adalah sekuriti alias keamanan.


"Karena 81% tanpa gejala, ringan dan sedang, 14% gejala sedang dan 5% itu kritis," katanya.


Menurutnya, jika pasien tak ada gejala cukup dengan vitamin. Sementara untuk gejala ringan, sedang dan berat ada pilihan-pilihannya. Yang pasti hingga saat ini belum ada terapi spesifik di seluruh dunia.

"Kita membuat pilihan berdasarkan literatur, ada pilihannya," pungkasnya.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Deksametason Disebut Ampuh Sembuhkan Corona, Apa Kata BPOM?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular