
Kapasitas Produksi Vaksin Corona 8,4 Miliar, Cukupkah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Perkembangan kandidat vaksin untuk virus corona terus menunjukkan hasil yang positif. Namun ketidakpastian seputar waktu, pasokan hingga tingkat proteksi vaksin masih ada.
Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) telah membuat perekonomian global mengalami kontraksi yang dalam. Untuk memulihkannya, butuh penangkal virus mujarab yang disebut vaksin.
Sampai hari ini sudah ada 250 kandidat vaksin Covid-19 yang dikembangkan. Lembaga konsultan manajemen global McKinsey & Company memperkirakan nilai investasi untuk pengembangan vaksin Covid-19 setidaknya mencapai US$ 6,7 miliar.
Dari total ratusan kandidat vaksin, sebanyak 30 kandidat sudah masuk pada uji klinis terhadap manusia. Beberapa kandidat sudah mempublikasikan hasil uji klinisnya dan menunjukkan data yang positif.
Berikut ini adalah beberapa hasil uji klinis tahap I dan II dari berbagai kandidat vaksin yang tengah dikembangkan dan dirangkum oleh McKinsey & Company :
Juni, Sinovac Biotech merilis hasil uji klinis tahap I/II kandidat vaksin miliknya. Hasilnya positif, sebanyak 90% dari total peserta uji mampu menghasilkan antibodi penetral 14 hari setelah dua kali diinjeksi dengan interval dua pekan. Tak ada dampak negatif yang dilaporkan.
Pada saat yang sama Sinopharm juga mengabarkan bahwa kandidat vaksin miliknya mampu memicu terbentuknya antibodi penetral Covid-19 pada 100% peserta uji klinis yang mendapatkan dua dosis selama 28 hari.
Awal Juli, Pfizer dan BioNTech mempublikasikan hasil uji klinis fase satunya. Hasilnya juga positif karena kandidat vaksin tersebut mampu memicu produksi antibodi penetral 1,8 - 2,8 kali lebih banyak dari yang ada di serum convalescent pasien yang sembuh.
Di awal Juli perusahaan bioteknologi AS,Moderna juga mengumumkan hasil uji klinis tahap pertamanya. Sebanyak 41 orang yang diuji coba dengan kandidat vaksin produksinya mampu menghasilkanatibodi penetral dengan jumlah 2,1 - 4,1 kali lebih banyak dibandingkan dengan yang ada di serum convalescent pasien yang sembuh.
Pertengahan Juli, giliran AstraZeneca yang melaporkan hasil uji klinis fase awalnya. Dosis tunggal pemberian kandidat vaksin produksi AstraZeneca menghasilkan antibodi dengan jumlah empat kali lipat lebih banyak pada 95% peserta uji sebulan setelah injeksi.
Tak ketinggalan di waktu yang sama perusahaan asal China CanSino Biologics juga mempublikasikan hasil uji klinis awalnya. Hasilnya menunjukkan bahwa pemberian kandidat vaksin dosis tunggal dapat memicu respon imun pada 85% peserta.
Jika melihat data-data tersebut, maka tampak bahwa hasilnya positif dan menjanjikan. Apalagi jika melihat data kapasitas manufaktur vaksin dari para pengembang.
Berdasarkan laporan McKinsey & Company, dari 11 perusahaan, kerja sama hingga konsorsium pengembang vaksin saja kapasitas produksinya bisa mencapai 8,4 miliar dosis untuk tahun ini dan tahun depan.
Dengan kapasitas produksi sebesar 700 juta dosis tahun ini, AstraZeneca yang juga tengah menjalankan uji klinis fase akhir merupakan pengembang vaksin yang paling dijagokan. Belum juga vaksin tersedia, tetapi AS, Inggris hingga negara Eropa lainnya sudah memesan ratusan juta dosis karena takut tidak kebagian.
Selain AstraZeneca yang bekerja sama dengan Universitas Oxford ada juga Sinopharm dan Immunity Bio yang masing-masing memiliki kapasitas manufaktur sebesar 200 juta dosis dan 100 juta dosis.
Sementara itu, kapasitas manufaktur untuk tahun depan bakal lebih gila lagi karena bisa mencapai 7,4 miliar. Sampai di sini pengembangan vaksin Covid-19 semakin menjanjikan.
Namun untuk mewujudkan vaksinasi global yang merata terhadap 7,8 miliar penduduk dunia, dengan asumsi satu orang butuh dua dosis maka total vaksin yang dibutuhkan sebanyak 15,6 miliar vaksin.
Dengan total kapasitas manufaktur bisa mencapai 8,4 miliar total tahun ini dan tahun depan artinya masih ada selisih 7,2 miliar dosis.
Artinya dengan kapasitas sebanyak itu saja masih kurang untuk membuat populasi global kebal terhadap Covid-19. Lagipula ini juga masih hitungan yang sangat sederhana tanpa mempertimbangkan banyak aspek.
Pada dasarnya potensi 250 kandidat vaksin bakal tembus ke pasaran sangatlah kecil. Berdasarkan statistik historis, hanya kurang dari 5% dari total kandidat vaksin yang lolos fase tiga dan mendapat persetujuan oleh otoritas medis.
Melihat berbagai kandidat vaksin yang dikembangkan saat ini, setidaknya ada tiga tantangan utama untuk mewujudkan vaksinasi global di tahun 2020 dan 2021. Pertama tentunya adalah tidak semua kandidat vaksin menggunakan platform yang lazim untuk vaksin.
Beberapa kandidat vaksin menggunakan platform seperti DNA atau RNA yang belum pernah terbukti bisa mendapat izin dari otoritas kesehatan.
Tantangan keduanya adalah untuk membuktikan bahwa kandidat vaksin tersebut mampu memberikan proteksi serta aman untuk publik. Pertanyaan selanjutnya adalah seberapa lama proteksi yang dapat diperoleh bagi orang yang divaksinasi.
Tantangan lainnya terletak pada kecepatan virus patogen ini bermutasi. Jika virus mengalami mutasi yang cepat dan dampak dari mutasi juga mempengaruhi tingkat imunitas yang diperoleh maka mengembangkan vaksin yang efektif bukanlah pekerjaan yang mudah.
Melihat kondisi tersebut, maka optimisme memang sah-sah saja dan harus. Namun juga harus dibarengi dengan sikap realistis. Pada akhirnya vaksin yang bisa tersedia dalam waktu dekat jauh lebih rendah dari angka kapasitas manufaktur globalnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Heboh Vaksin AstraZeneca: 6 Negara Setop Pakai, Pembelaan WHO