Bos TikTok Serang Mark Zuckerberg, Sebut Facebook Tukang Tiru

Roy Franedya, CNBC Indonesia
30 July 2020 12:12
TIKTOK
Foto: CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Bos TikTok Kevin Mayer tampaknya kesal dengan pernyataan Mark Zuckerberg soal patriotisme, ia pun menyerang Facebook dengan menyebut media sosial terbesar ini sebagai tukang tiru.

Dalam kesaksianĀ di depan Parlemen Amerika Serikat (AS) yang membahas soal monopoli internet, Mark Zuckerberg mengembar-gemborkan Facebook sebagai 'perusahaan kebanggaan Amerika".

"Kami percaya pada nilai-nilai - demokrasi, kompetisi, inklusi dan kebebasan berekspresi - di mana ekonomi Amerika dibangun di atas itu," kata Mark Zuckerberg. "Banyak perusahaan teknologi lain berbagi nilai-nilai ini, tetapi tidak ada jaminan nilai kita akan menang."

"Sebagai contoh, China sedang membangun versi internetnya sendiri yang berfokus pada ide-ide yang sangat berbeda, dan mereka mengekspor visinya ke negara lain," tambah Mark Zuckerberg, seperti dikutip dari CNBC International, Kamis (30/7/2020).

Bagi Bos TikTok pernyataan yang bersifat patriotisme ini adalah cara yang tidak adil untuk menyerang aplikasi China buatan Bytedance ini.

"Di TikTok kami menyambut kompetisi. Kami pikir persaingan yang adil membuat kita semua lebih baik," kata Kevi Mayer dalam catatan blog yang diposting Rabu.

"Tapi mari kita fokuskan energi kita pada persaingan yang adil dan terbuka dalam melayani konsumen kita, daripada memfitnah menggunakan cara pesaing kami - yaitu Facebook - yang menyamar sebagai patriotisme dan dirancang untuk mengakhiri kehadiran kami di AS."

Kevin Mayer juga mengecam upaya Facebook untuk membangun aplikasi peniru TikTok, untuk memposting video pendek dan merupakan salah satu aplikasi paling populer di kalangan remaja dan anak muda.

"Bagi mereka yang ingin meluncurkan produk kompetitif, kami katakan silakan," tulis Kevin Mayer. "Facebook bahkan meluncurkan produk peniru lain, Reels (Instagram), setelah aplikasi peniru sebelumnya Lasso gagal dengan cepat."

Informasi saja, Lasso adalah aplikasi video pendek serupa TikTok yang diluncurkan pada 2018 silam. Aplikasi ini kemudian ditutup bulan lalu karena kurang berkembang. Sebagai gantinya Facebook mengembangkan Reels dari Instagram dan akan meluncurkan layanan pada Agustus di India.

AS memang secara terang-terangan sedang mengkaji kehadiran TikTok di AS. Pemerintah Presiden Donald Trump mencari bukti apakah TikTok memiliki masalah privasi dan keamanan nasional. AS juga menyoroti Undang-Undang China yang mewajibkan perusahaan China menyerahkan data ke pemerintah jika diminta.

Dalam konflik yang terus memanas ini, posisi Kevin Mayer pun disoroti, sebab dia adalah warga negara AS yang bekerja sebagai bos TikTok, aplikasi yang sedang dipantau ketat oleh pemerintah.

Keputusan Kevin Mayer untuk menjadi CEO TikTok sebenarnya cukup mengejutkan karena posisinya di perusahaan lama tak kalah bagus, petinggi Disney. Ia menjabat orang nomor satu TikTok pada awal tahun ini dan disebut tugasnya membangun kembali hubungan dengan regulator negara lain yang menyoroti TikTok.

"Kami menerima ini dan menerima tantangan untuk memberikan kepastian melalui transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar," ujar Kevin Mayer. "Kami percaya penting untuk menunjukkan kepada pengguna, pengiklan, creator, dan pembuat peraturan bahwa kami adalah anggota komunitas Amerika yang bertanggung jawab dan berkomitmen yang mengikuti hukum AS," terangnya.

Pada Maret lalu, TikTok mengumumkan rencana pembuatan Pusat Transparansi dan Akuntabilitas untuk mengungkapkan kebijakan dan algoritme kontennya. Dalam pernyataan barunya, Mayer meminta aplikasi media sosial lainnya untuk juga mengungkapkan algoritme, kebijakan moderasi, dan aliran data mereka ke regulator.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular