Dokter Reisa: Rapid Test Masih Dibutuhkan Buat Corona

Monica Wareza, CNBC Indonesia
18 July 2020 17:49
Reisa Broto Asmoro - Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas
Foto: Reisa Broto Asmoro - Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas

Jakarta, CNBC Indonesia - Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Covid-19 menyebutkan pemeriksaan menggunakan rapid test masih diperlukan untuk mengetahui seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak. Terutama bagi orang yang memiliki risiko tinggi tertular atau pelaku perjalanan.


Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan Covid-19, dr Reisa Broto Asmoro mengatakan meski bukan untuk kebutuhan diagnosis, namun rapid test dibutuhkan untuk screening pada populasi tertentu. Hal ini diputuskan berdasarkan kajian yang dilakukan oleh pemerintah mengenai Covid-19.

"... bahwa penggunaan rapid test tidak digunakan untuk kepentingan diagnostik, namun pada kondisi dengan keterbatasan kapasitas pemeriksaan RT PCR (real time polymerase chain reaction) atau dengan sampel swab. Rapid test dapat digunakan untuk penapisan atau screening pada populasi tertentu yang dianggap beresiko tinggi dan pada situasi khusus seperti pada pelaku perjalanan serta untuk menguatkan pelacakan kontak erat dan pada kelompok rentan resiko," kata dalam konferensi pers digital, Sabtu (18/7/2020).

Penggunaan rapid test ini seperti yang direkomendasikan oleh Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), hanya untuk tujuan penelitian epidemiologi atau penelitian lainnya yang berhubungan dengan pencegahan pengendalian virus corona.

"Penggunaan rapid test mengikuti perkembangan teknologi terkini dan rekomendasi WHO," imbuh dia.


Meski demikian, pemerintah terus mendorong tingkat pemeriksaan RT PCR untuk bisa mencapai 30 ribu pemeriksaan per hari. Upaya yang dilakukan adalah dengan memproduksi alat pemeriksaan PCR sendiri dari dalam negeri.

Dia menjelaskan, cara pemeriksaan dengan PCR ini dilakukan dengan pengambilan spesimen di nasofaring atau di ujung hidung atau ujung bagian tenggorokan dalam. Pemeriksaan tersebut adalah dengan memasukkan swab yang terbuat dari dakron atau rayon steril dengan tangkai plastik atau jenis flug swab yang tangkainya lebih lentur ke dalam hidung.

Sampel cairan tersebut kemudian akan dikirimkan ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan deteksi molekuler. Tujuannya untuk melihat apakah ada materi genetik virus yang terdeteksi.

"Jadi tidak perlu khawatir atau ragu ketika terjadi pemeriksaan karena tidak berbahaya dan ini sangat berguna untuk mengetahui status kesehatan kita dan yang sangat penting agar dapat dilakukan tindakan cepat untuk mengobati apabila kita terinfeksi," katanya.


(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PCR vs Rapid Test COVID-19, Yuk Kenali Perbedaan Keduanya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular