Selain Moderna, Ini Vaksin Lain yang Manjur ke Pasien Corona

Roy Franedya, CNBC Indonesia
15 July 2020 14:02
FILE - In this Wednesday, March 11, 2020 file photo, a technician prepares COVID-19 coronavirus patient samples for testing at a laboratory in New York's Long Island. Wide scale testing is a critical part of tracking and containing infectious diseases. But the U.S. effort has been plagued by a series of missteps, including accuracy problems with the test kits the CDC sent to other labs and bureaucratic hurdles that slowed the entrance of large, private sector labs. (AP Photo/John Minchillo)
Foto: Vaksi (AP/John Minchillo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Moderna akhirnya menjawab keraguan publik akan hasil uji klinis fase 1 yang disebut manjur atau membentuk antibodi ketika dicobakan ke pasien Covid-19.

Hasil uji klinis ini akhirnya dilaporkan Selasa (14/7/2020) waktu setempat di New England Journal of Medicine. Kesimpulan jurnal tersebut menyebut vaksin Moderna memicu respons kekebalan pada 45 orang yang jadi pasien dalam pengujian.

Tidak ada efek samping serius dari vaksin tersebut kecuali muncul kelelahan, sakit kepala, kedinginan, nyeri otot atau nyeri di area yang disuntik.

"Dunia sangat membutuhkan vaksin untuk melindungi kita terhadap Covid-19," kata penulis utama penelitian Dr Lisa Jackson dari Kaiser Permanente, Washington Health Research Institute di Seattle, seperti dilansir dari Reuters, Rabu (15/7/2020).

Sebelumnya ada vaksin buatan Beijing Institute Biotechnologies dengan Cansino Biologics bernama Ad5-nCoV yang berhasil picu antibodi penawar. Hasil uji klinis fase 1 ini dipublikasikan ke jurnal kesehatan The Lancet.

Uji coba ini dilakukan pada peserta berusia 18 hingga 60 tahun dan menerima dosis rendah, sedang atau tinggi. Terdapat 36 orang di setiap kelompok dosis tersebut. Kandidat uji coba vaksin diinduksi dengan antibodi yang mengikat pada sebagian besar pasien corona yang telah terjangkit 28 hari.

Dalam uji coba vaksin ini, pada hari ke-28, pasien yang mendapat dosis vaksin rendah dan menengah menunjukkan adanya antibodi penawar dibandingkan dengan pasien dalam kelompok dosis tinggi.

Patut dicatat, meski hasil uji fase 1 kedua vaksin ini menunjukkan adanya pembentukan antibodi, tidak ada jaminan kedua vaksin ini akan ampuh dan efektif untuk melawan virus corona Covid-19. Masih harus dibuktikan keampuhannya pada uji klinis dengan jumlah relawan atau pasien Covid-19 yang lebih banyak dengan rentan usia dari anak-anak hingga orang tua.

Kandidat vaksin ini juga harus mendapat mendapat perizinan dari otoritas kesehatan agar dapat bisa mulai produksi massal.


(roy/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dimulai 12 Januari 2022, Segini Prediksi Harga Vaksin Booster

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular