
Bos Milenial BUMN Beradu Konsep Pengembangan Digital.

Jakarta, CNBC Indonesia - Empat komisaris dan direksi milenial di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) angkat bicara mengenai rencana disrupsi digital di perusahaan yang dibawahinya. Perusahaan tersebut antara lain PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Pertamina Hulu Energi (PHE) dan PT Perkebunan Nusantara VIII.
Direktur Digital Business Telkom Muhammad Fajrin Rasyid mengatakan pengembangan digital di Telkom dinilai akan semakin memperkuat, bahkan menambah lini bisnis perusahaan dari core business telekomunikasi saat ini.
"Ekspansi ke bisnis baru yang sebelumnya belum ada, dengan ada digital jadi ada. Telkom kami lihat di bisnis digital ada tiga elemen, digital connectivity 4G, 5G, broadband Telkom sudah pengalaman," kata Fajrin dalam diskusi dengan Kementerian BUMN, Jumat (26/5/2020).
"Di atas connectivity ada yang namanya digital platform yang akan menjadi fokus Telkom kedepannya. Kita bicara soal cloud computing, kita bicara soal data center, kita bicara soal IoT, kita bicara soal payment dan lain sebagainya," lanjutnya.
Dia menyebut, dengan menggunakan kekuatan yang sudah dimiliki perusahaan saat ini akan dapat menjadikan Telkom sebagai perusahaan digital telko terbesar di Indonesia.
Selanjutnya, di industri perbankan EVP Digital Center of Excellence Division BRI Kaspar Situmorang menerangkan bahwa BRI telah mulai mengembangkan digitalisasi sistem perbankan sejak 2018. Dengan langkah ini membuat BRI menjadi bank pertama di Indonesia yang memberikan layanan pencairan kredit melalui sistem digital.
Dalam penyaluran kredit, kata dia, sebelumnya membutuhkan waktu hingga dua minggu dan ini dinilai tidak efektif. Namun dengan digitalisasi ini produktivitas di BRI meningkat karena pencairan kredit bisa dilakukan hanya dalam waktu dua menit saja.
"Yang tadinya 2 minggu untuk mengajukan dan mencairkan pinjaman. Berarti dalam dua tahun hanya dapat berapa. Dengan adanya digitalisasi, ini sekarang hanya dua hari. Jadi lebih cepat. Nggak cukup sampai situ, Pak Dirut kita minta bagaimana bisa kita pergi dari 2 hari menjadi 2 menit. Akhirnya kita berhasil juga. Tinggal scan wajah dan scan KTP," kata Kaspar di kesempatan yang sama.
Di bisnis minyak bumi dan gas, Komisaris Pertamina Hulu Energi (PHE) Fadli Rahman mengungkapkan digitalisasi saat ini akan dimanfaatkan untuk mengefektifkan kembali sumur-sumur tua yang dikelola Pertamina. Pasalnya saat ini 70%-80% ladang yang dikelola Pertamina saat ini memiliki sumur-sumur tua.
Dia mengatakan, sejak dua tahun yang lalu Pertamina kembali menganalisis sumur tersebut untuk bisa dinilai kembali tingkat keekonomiannya. Sebab, hal yang sama juga dilakukan oleh perusahaan migas kelas dunia agar meningkatkan produktivitas.
"Yang sekarang kita analisa apakah dengan sumur-sumur tua yang kita punya akan menjadikan ekonomis jika hal-hal seperti sensor yang bisa kita langsung aplikasikan dari darat ke laut atau ke tengah hutan, itu ekonomis atau tidak, ini sedang dikaji. Kita selalu belajar dari perusahaan-perusahaan lain seperti Adnoc, BP yang sudah melakukan semua hal itu," terang dia.
Menurut Fadli, aplikasi ini telah digunakan pada 55 blok yang dikelola oleh PHE dan rencananya akan ditingkatkan untuk sumur-sumur lainnya.
Sementara itu di sektor perkebunan, Komisaris PTPN VIII Adrian Zakhary menyebutkan digitalisasi akan dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tiga perkebunan komoditas yang dikelolanya. Sistem digital akan mulai digunakan dari proses penanaman, produksi hingga ke hilir yakni penjualan.
"Dari strategi holding perkebunan saat ini ada 3 bagian, mulai planning, perencanaan bagaimana merancang sebuah perencanaan tanam, lalu bagaimana merencanakan produksi, efisiensi pabrik, bgmn mengoptimalkan hasil panen, dan menghasilkan produk-produk memiliki daya saing dan nilai tinggi di masyarakat dan selain lokal untuk pasar luar negeri," terang dia.
Fadli mengatakan digitalisasi ini akan meningkatkan kemampuan pengawasan perusahaan terutama dalam proses produksi sehingga memperkaya database perusahaan secara real time. Kemudian pada proses pascapanen, sistem digital akan membantu otomatisasi sehingga proses ini bisa dilakukan lebih cepat.
"Selain operasi penting juga melakukan transformasi bisnis penjualan dan pemasaran. Yang sebelumnya kita tidak melihat data sebagai hal yang penting sekarang kita akan mendrive market dari data. Kita juga memanfaatkan business intelligence yang ada saat ini dengan kondisi market seperti apa, kita juga meningkatkan distribusi channel kita, digital marketing kita akan tingkatkan di pemasaraan dan bagaimana kita akan memanfaatkan sosmed marketingnya," terangnya.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bos Telkom soal Market Cap Rp 500 Triliun : Maunya Lebih!