Dikecam Keras WHO, Apa Itu Herd Immunity?

Roy F, CNBC Indonesia
20 May 2020 10:13
Warga memadati kawasan pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang saat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta, Senin (18/5/2020). Meski pertokoan di Pasar Tanah Abang tutup karena PSBB, menjelang hari lebaran kawasan tersebut dipadati pedagang kaki lima yang berada di gang-gang dekat pasar. CNBC Indonesia/Tri Susilo.   


Memasuki H-7 lebaran Idul Fitri, Pasar Tanah Abang kembali ramai dipadati masyarakat meskipun pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih menutup pasar tersebut sejak 27 Maret karena diberlakukanPembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) untuk mengatasi penyebaran Covid-19.

Keramaian terlihat disejumlah titik seperti sebrang Blok F dan depan stasiun Tanah Abang, jalanan tersebut dipadati pedagang kaki lima dan warga tanpa mematuhi peraturan jaga jarak sesuai dengan himbauan pemerintah.
Para pedagang nekat turun kepinggir jalan karena sejak kios mereka ditutup, para pedagang tidak mendapatkan penghasilan, padahal biasanya menjelang lebaran mereka bisa meraup untung besar. (CNBC Indonesia/Tri Susilo.)
Foto: Warga memadati kawasan pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang saat penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta, Senin (18/5/2020). (CNBC Indonesia/Tri Susilo.)
Jakarta, CNBC Indonesia - Konsep herd immunity sebagai obat mengatasi virus corona Covid-19 dikecam keras oleh World Health Organization (WHO). Lembaga kesehatan ini menyebut konsep ini berbahaya.

"Manusia bukan herds (kumpulan ternak)," kata Direktur Eksekutif Program Kesehatan WHO, Dr Mike Ryan, sebagaimana dikutip dari The Guardian, Senin (18/5/2020).


Lalu apa itu herd immunity? Konsep herd immunity didasarkan pada pandangan bahwa herd immunity terbentuk jika mayoritas populasi, biasanya 70%-80% menjadi kebal terhadap penyakit. Ketika kekebalan ini terbentuk penyebaran virus corona bukan lagi ancaman.

Kekebalan ini terbentuk setelah seseorang terinfeksi dan sembuh atau melalui vaksinasi. Dalam kondisi sekarang ini muncul anggapan untuk membentuk herd immunity dengan membiarkan virus ini menyebar pada sebagian besar populasi. Apalagi hingga sekarang belum ditemukan vaksin corona.

Namun, pemikiran ini bisa bermasalah. Saat ini saja rumah sakit dan tenaga kesehatan sudah kewalahan menghadapi banyaknya pasien positif corona. Bila herd immunity dijalankan makin banyak pasien corona yang tidak bisa ditangani dengan baik oleh rumah sakit.

Selain itu, belum ada bukti yang menyatakan bagaimana imun tubuh bekerja dalam menghadapi virus corona.

Maria Van Kerkhove, seorang ahli epidemiologi penyakit menular di WHO, mengatakan tidak diketahui apakah orang-orang yang telah terpapar virus menjadi benar-benar kebal terhadap virus ini dan berapa lama kekebalan tersebut berjalan.

"WHO telah melihat beberapa hasil awal, beberapa studi pendahuluan, hasil pra-publikasi, di mana beberapa orang akan mengembangkan respons kekebalan," ujar Maria Van Kerkhove seperti dikutip dari CNN International, Jumat (24/4/2020). "Kami tidak tahu apakah itu benar-benar memberikan kekebalan, yang berarti mereka benar-benar terlindungi."

"Vaksin adalah jawaban yang lebih baik. Maksud saya, baru-baru ini kami memiliki lebih dari 130 pengembang, ilmuwan, perusahaan berkumpul untuk mengatakan mereka bersedia bekerja bersama kami untuk memajukan vaksin."

[Gambas:Video CNBC]






(dru/dru) Next Article Apa itu Herd Immunity, Obat Corona yang WHO Sebut Berbahaya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular