Mengenal Matahari Lockdown & Kenapa Timbulkan Bencana di Bumi

Redaksi, CNBC Indonesia
19 May 2020 10:33
Supermoon penuh warna merah muda  di belakang menara di kampus University of Tampa di Tampa, Florida, Rabu, 8 April 2020,  (AP Photo / Chris O'Meara)
Foto: Supermoon penuh warna merah muda di belakang menara di kampus University of Tampa di Tampa, Florida, Rabu, 8 April 2020, (AP Photo / Chris O'Meara)
Jakarta, CNBC Indonesia - Matahari dilaporkan memasuki periode lockdown. Hal ini bisa memberikan pengaruh kurang baik bagi Bumi. Apa itu matahari lockdown dan kenapa timbulkan bencana bagi Bumi?

Matahari lockdown adalah periode di mana aktivitas permukaan matahari sedang mengalami periode minimum. Para ahli memperkirakan tata surya akan mengalami 'resesi' sinar matahari. Tahun ini disebutkan sebagai yang resesi sinar Matahari terburuk dalam satu abad terakhir.


Bukti dari lockdown berupa berkurangnya bintik matahari (sunspot) di permukaan matahari. Dilaporkan matahari telah kehilangan 76% bintik matahari di 2020. Bahkan tahun lalu penurunanya sudah tembus 77%.

"Hitungan sun spot ini adalah salah satu yang terdalam abad ini. Medan magnet matahari menjadi lemah, memungkinkan sinar kosmik ekstra ke tata surya," ujarnya seperti dilansir dari New York Post, Senin (18/5/2020).

"Kelebihan sinar kosmik akan menimbulkan bahaya kesehatan bagi astronot dan pelancong udara kutub utara, memengaruhi elektro-kimia atmosfer atas bumi, dan membantu memicu petir," lanjut Tony.

Menurut Jeff Knight, ilmuwan dari Met Officer, matahari lockdown menimbulkan musim dingin yang lebih dingin. Ia menunjukkan kasus pada 2008 dan 2010 ketika musim dingin di Inggris lebih dingin dari biasanya.

Matahari lockdown juga dapat menyebabkan ledakan "sprite" atau lampu oranye dan merah yang muncul selama badai petir, pemicu badai petir, dan munculnya Cahaya Utara dan Selatan di tempat-tempat yang tidak begitu biasa.

Kondisi ini telah membuat ilmuwan NASA menyatakan keprihatinannya. Mereka menakutkan periode Dalton Minimum pada 1790 dan 1830 kembali terulang. Pada periode ini Matahari lockdown juga sedang terjadi.

Pada periode Dalton Minimum terjadi suhu dingin yang ekstrem. Temperatur turun hingga 2 derajat Celcius selama 20 tahun lebih. Tahun tersebut juga disebut sebagai "Tahun tanpa musim panas".

Sungai di Eropa membeku dan tanaman pertanian rusak sehingga menimbulkan kelaparan. Pada periode ini juga muncul bencana alam gempa bumi.

Namun Menurut Mather Owens, Profesor fisika luar angkasa Universitas Reading, sejarah tidak akan terulang kembali. Meski bintik matahari hilang cukup banyak, bumi tak segera memasuki zaman mini es.

"Matahari lockdown terjadi setiap 11 tahun, jadi ini kejadian yang teratur. Periode 2009-2010 sebenarnya menjadi yang terdalam dalam 100 tahun terakhir tetapi untungnya tidak besars sepeti di masa lalu tak terjadi," ujarnya seperti dilansir dari Nature World New.



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular