Kok Bisa Trump Sebut Corona Berasal dari Lab Wuhan China?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
03 May 2020 11:23
President Donald Trump arrives to speak at a coronavirus task force briefing in the Rose Garden of the White House, Sunday, March 29, 2020, in Washington. (AP Photo/Patrick Semansky)
Foto: Presiden AS, Donald Trump (AP/Patrick Semansky)
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengklaim dirinya memiliki bukti yang menghubungkan virus corona (COVID-19) dengan sebuah laboratorium di Kota Wuhan, China.

Memiliki nama resmi SARS-CoV-2, virus ini pertama kali muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China pada Desember 2019. Dalam kurun waktu 6 bulan, virus ini sudah menjalar ke 212 negara dan wilayah lain di seluruh dunia.


Virus yang menyebabkan penyakit COVID-19 disebut berasal dari sebuah pasar ikan dan hewan langka atau eksotis di ibu kota Provinsi Hubei tersebut.

Dalam konferensi pers yang dilakukan Kamis (30/4/2020), Trump mengatakan jika ia melihat sesuatu yang membuatnya sangat percaya bahwa Institut Virologi Wuhan adalah lokasi munculnya wabah. "Ya, ya saya lihat," tegasnya dikutip dari AFP.

Namun Trump enggan menjawab lebih rinci. "Saya tidak bisa memberitahu Anda tentang ini. Saya tidak diizinkan memberi tahu kepada Anda (wartawan) soal ini," katanya lagi.

Sebelumya, AS meminta China membuka akses untuk mengetahui asal usul kasus. Bahkan Trump sempat mengatakan akan menuntut ganti rugi atas penyebaran pandemi kepada pemerintah negeri tirai bambu tersebut, meski tak menyebut nilai pastinya.

Australia juga sebelumnya menyuarakan yang sama dengan AS. Ini membuat hubungan negeri kanguru dan China menegang beberapa waktu terakhir. Akibatnya, China bahkan mengancam mungkin akan ada "boikot" pada produk Australia. Saat ini, China menjadi mitra dagang kesembilan Australia, untuk sejumlah komoditas seperti wol dan mineral.

China juga berulang kali membantah tudingan virus corona berasal dari laboratorium Wuhan. Presiden China Xi Jinping sendiri sudah meminta pemerintah global untuk fokus pada penanganan virus secara bersama-sama.

Menurut data Worldometers pada Minggu (3/5/2020) pukul 6:30 WIB, sudah ada 3.479.521 kasus terjangkit, 244.581 kematian, dan 1.108.023 pasien berhasil sembuh secara global.

Awalnya, China Daratan merupakan episentrum awal penularan yang memiliki kasus terjangkit paling tinggi di dunia. Namun posisi tersebut direbut oleh Amerika Serikat dengan 1.159.430 kasus positif, 67.391 kasus kematian, dan 160.668 kasus berhasil sembuh.

China Daratan sendiri turun menduduki posisi ke-11 dengan 82.875 kasus positif. Sedangkan tidak ada penambahan kasus kematian, masih bertahan 4.633 kasus, dengan 77.685 kasus berhasil sembuh.

[Gambas:Video CNBC]






(roy/roy) Next Article Merasa Beruntung Belum Kena Covid? Bisa Jadi ini Penyebabnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular