Eks Bos Telkom Beri Peringatan ke Industri Telko, Apa Itu?

Tito Bosnia & Arif Budiansyah, CNBC Indonesia
21 April 2020 16:35
Close-up of hipster man hands using his smartphone outdoor in the park.
Foto: Ilustrasi penggunaan smartphone (Designed by Jcomp / Freepik)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan pemerintah dalam merespons wabah Covid-19 berupa bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah di rumah, telah berdampak kepada sektor telekomunikasi. Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia mencatat, traffic melambung 10% hingga 15% dibandingkan kondisi normal.


Kendati demikian, mantan Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Arief Yahya memiliki penilaian berbeda. Arief mengatakan, keuntungan yang masih bisa diperoleh industri telekomunikasi ini tidak bisa dikatakan lebih baik dari sebelumnya. Menurut dia, industri ini hanya bisa dikatakan lebih baik dibandingkan sektor lain yang masuk dalam potential loser dan tengah lesu selama pandemi.

"Pada kondisi tidak normal, kita juga harus membandingkan yang tidak normal juga. Semua pendapatan turun kalau kita tetap (sektor telekomunikasi). Apa pendapatan telekomunikasi naik? Saya pikir tidak," ujarnya dalam Video Conference MarkPlus Industry Roundtable, Selasa (21/4/2020).

Mantan menteri pariwisata dan ekonomi kreatif itu bilang industri telekomunikasi bisa layak dikatakan menerima keuntungan yang tinggi di situasi saat ini jika melakukan sesuatu yang tidak biasa (unusual way). Ia mencontohkan keberadaan aplikasi meeting Zoom yang penggunaannya meningkat tajam.

Selain harus melakukan hal yang tidak biasa, reinvestasi di tengah pandemi dinilai Arief menjadi satu cara jitu bagi industri telekomunikasi. Tujuannya agar, setelah pandemi ini berakhir, maka pendapatan perusahaan melonjak signifikan seiring dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi nasional maupun global.

"Alangkah baiknya kita reinvestasi lagi, setelah kesulitan (pandemi) ini pasti meledak, wong ekonomi minus misalnya. Ketika pertumbuhan minus misalnya 5 persen, jika pertumbuhan ekonomi beranjak naik 10 persen, maka ada pertumbuhan 15 persen. Kalau kepepet tidak ada cash, kan ada kerja sama dengan vendor misalnya dengan opsi bisnis lainnya," kata Arief.




Terpisah, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate mengungkapkan adanya peningkatan internet di sisi retail dan pendidikan tidak membuat operator seluler untung. Ini karena semua sangat tergantung dengan daya beli masyarakat. Maka dari itu diperlukan strategi baru.

"Jalan satu satunya dengan menyesuaikan layanan dengan daya beli sembari melakukan cost effective. Suka tidak suka efisiensi harus dilakukan. Penurunan permintaan di corportae internet akan menurunakan pendapatan internet operator yang fokus ke corporate. Di mana harus melakukan pedekatan reposisi dan strategi ideal kapasitas yang tersedia. Semua harus dilakukan agar keuangan perusahaan ini terjaga," ujarnya.

"Oleh karena itu perlu kerja sama dalam antisipasi sharing capacitity, cost effective, reposisi. Saya kira manajeman operator seluler akan bisa lihat detailnya," lanjut Johnny.

Politikus Partai Nasional Demokrat itu juga menuturkan, kalau memanfaatkan ketersediaan layanan bagi operator yang memiliki layanan media online dan konten digital, mungkin sedikit terbantu dengan iklan dan konten untuk pendapatan dan juga layanan operator untuk panggilan suara.

Selain itu, untuk membantu para operator seluler yang menurut Johnny juga sebagai 'garda' terdepan dalam menyediakan internet, maka Kemenkominfo secara terbuka akan membuka diskusi serta usulan-usulan dari para operator seluler dalam hal regulasi.

"Pemerintah dan saya pribadi menerima berbagai usulan untuk pengaturan yang mendukung strategi terkait sharing capacity, cost effective dan deployment dengan investasi yang lebih memadai," kata Johnny.


(miq/miq) Next Article Sering Disepelekan, Covid-19 Omicron Berbahaya Bagi Orang Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular