Internasional

Riset Terbaru! Obat Radang Sendi Berpotensi Obati Covid-19

Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
16 April 2020 10:07
FILE - In this Monday, March 16, 2020 file photo, a patient receives a shot in the first-stage study of a potential vaccine for COVID-19, the disease caused by the new coronavirus, at the Kaiser Permanente Washington Health Research Institute in Seattle. On Friday, March 20, 2020, The Associated Press reported on stories circulating online incorrectly asserting that the first person to receive the experimental vaccine is a crisis actor. All participants who volunteered for the test were screened and had to meet a set list of criteria. They were not hired as actors to simulate a role. (AP Photo/Ted S. Warren)
Foto: Ilustrasi pengobatan (AP/Ted S. Warren)
Jakarta, CNBC Indonesia - Peneliti dari Universitas Georgia Amerika Serikat (AS), menemukan bahwa obat untuk mengobati rheumatoid arthritis (peradangan sendi) berpotensi digunakan dalam perawatan pasien Covid-19.

Sebagaimana ditulis di website Georgia State University, Kamis (16/4/2020), dalam sebuah makalah global yang dipublikasikan di website bioRxiv, auranofin ternyata efektif dalam menghambat corona.

Auronafin sendiri, adalah obat yang sudah disetujui oleh BPOM AS, Food & Drug Administration (FDA). Penelitian ini memang hanya menguji obat yang sudah disetujui lembaga itu.

"Obat pengganti adalah cara tercepat untuk mendapatkan pengobatan untuk SARS-CoV-2 (COVID-19) karena sudah ditetapkan bahwa obat-obatan ini aman digunakan pada manusia," ujar penulis utama studi dan asisten profesor biologi Mukesh Kumar.

Dalam penjelasannya, semua virus SARS-CoV-2 tidak bisa bereproduksi sendiri. Ia membutuhkan protein sel inang.

Obat-obatan yang efektif perlu untuk menganggu proses ini. Intinya, dapat mematikan kemampuan virus untuk berkembang.

Dalam penelitian yang menggunakan auranofin, dalam waktu 48 jam pengobatan, jumlah virus dalam sel turun 95%. Peradangan juga disebut peneliti berkurang.

Karena autanofin secara dramatis mengurangi, apa yang disebut dengan proses ekspresi sitokin, yaitu sel menarik kekebalan ke tempat infeksi, yang disebabkan SARS-CoV-2.

Dalam studi itu, disebutkan bahwa biasanya pasien terinfeksi corona meninggal karena adanya "badai sitokin". Di mana respon kekebalan tubuh bekerja di luar kendali dan membunuh jaringan yang sehat.

Ini yang coba dikurangi dalam penggunaan obat ini. "Obat tidak hanya menghambat replikasi SARS-CoV-2, tapi juga mengurangi infeksi ... kerusakan gangguan pernapasan parah dan kematian," ujar Kumar lagi.

Meski demikian, Kumar dan tim menegaskan pihaknya masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Kumar bahkan berencana menguji obat pada hewan untuk mempelajarinya.

Universitas Georgia Amerika Serikat merupakan kampus berbasis riset di AS. Ia ada di Atlanta, AS.

Hingga saat ini, belum ada obat yang benar-benar mampu menangani corona. Pengembangan vaksin juga masih terus dilakukan sejumlah negara termasuk swasta.

[Gambas:Video CNBC]






(sef/sef) Next Article Ratusan Vaksin & Obat Covid-19 Dikembangkan, Ini Daftarnya

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular