
Top! Ini 5 Ventilator Alkes Corona Karya Anak Bangsa
Arif Budiansyah, CNBC Indonesia
08 April 2020 19:24

Jakarta, CNBC Indonesia- Di tengah kebutuhan ventilator yang meningkat tajam, berbagai instansi di tanah air kini menciptakan ventilator untuk membantu proses penyembuhan pasien positif corona.
Seperti yang diketahui bahwa pasokan ventilator di Indonesia sendiri masih belum tercukupi. Hal ini langsung disampaian oleh Menteri BUMN Erick Thohir bahwa tak seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia memiliki ventilator yang dibutuhkan untuk menangani pasien.
"Kalau dilihat rumah sakit BUMN ada 611 ICU, hari ini dengan segala cara baru ada 50%, 50% lagi bisa lokal kita beli adalah standarnya sesuai," kata Erick dalam video conference, Selasa (7/4/2020).
Oleh karena itu, beberapa instansi pemerintah maupun pendidikan berinisiatif menciptakan alat ventilator. Berikut diantaranya :
1. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan ventilator portabel untuk membantu pasien terinfeksi virus Corona (COVID-19) yang mengalami gangguan pernapasan. Rencananya, alat tersebut siap diproduksi massal bulan ini.
Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan ventilator portabel ini akan siap diproduksi massal dalam waktu dua minggu, dan akan diperuntukkan untuk pasien COVID-19 non intensive care unit (ICU).
"Kebutuhan ventilator saat ini menjadi krusial lantaran banyak pasien COVID-19 yang membutuhkan. Kami di BPPT mengembangkan ventilator portabel untuk membantu jumlah alat yang dibutuhkan di tiap rumah sakit rujukan COVID-19," terang Hammam, seperti dikutip dari siaran pers, (8/4/2020).
Hammam pun menjelaskan ventilator portabel ini berbasis bagging bag atau yang umum dikenal dengan ambu bag. Ventilator ini mengadopsi desain open source ventilator yang dikembangkan di Eropa dengan modifikasi menyesuaikan material dan komponen yang ada di lokal.
Selain itu, dirinya pun mengungkapkan tim di BPPT juga menambahkan inovasi dan modifikasi untuk memaksimalkan fungsi dari ventilator portabel ini. Diantaranya, penambahan pengamanan (over pressure relief valve), penambahan kapasitas tekanan PEEP sekitar 10-20cm H2O, hingga penambahan pengaturan fraksi gas oksigen (FIO2) yang mendukung sistem multi ventilator.
Tim Ventilator Universitas Indonesia (UI) mengembangkan Ventilator Transport Lokal Rendah Biaya Berbasis Sistem Pneumatik (COVENT-20) sebagai bentuk sumbangsih UI dalam memenuhi kebutuhan ventilator bagi rumah sakit di Indonesia ditengah pandemi Covid-19.
"Sejak Maret 2020, jumlah pasien positif Covid-19 di Indonesia mengalami peningkatan secara signifikan. Rumah sakit rujukan dan rumah sakit darurat di Indonesia semakin banyak membutuhkan ventilator," ujar Ketua Tim Ventilator UI Basari, seperti dikutip dari siaran pers.
Keunggulan COVENT-20 adalah biaya produksi yang lebih hemat, compact, portable, hemat energi, serta mudah dioperasikan sehingga aman bagi PDP maupun pasien positif Covid-19 untuk perjalanan dari rumah atau ruangan observasi ke ruangan isolasi.
Terkait mode ventilasi COVENT-20, Dr. Basari mengungkapkan "Ventilasi multimode yang digunakan pada ventilator ini adalah sistem mode Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) untuk pasien PDP yang biasanya masih sadar, jadi hanya perlu dibantu diberikan oksigen ke paru-paru."
"Sedangkan mode Continuous Mandatory Ventilation (CMV) digunakan untuk pasien positif Covid-19 dengan gejala pneumonia berat yang tidak dapat mengatur pernafasannya, sehingga perlu dikontrol dengan mode CMV. Ventilator ini juga dilengkapi Positive End Expiratory Pressure (PEEP)," tambahnya.
Tim dosen dari Universitas Gadjah Mada (UGM) membuat ventilator yang bisa digunakan pasien virus Corona atau COVID-19. Ditargetkan prototipe alat ini bisa digunakan dua minggu lagi.
"Seperti yang kita ketahui bersama, kebutuhan ventilator sangat mendesak dengan semakin banyak penderita COVID-19. Dalam proses pembuatannya, di tim kami juga terlibat teman-teman dokter," kata Dr Adhika Widyaparaga, ST, M Biomed E, seperti dikutip dalam keterangan pers.
Hal ini diciptakan untuk memenuhi kebutuhan ventilator bagi pasien COVID di puskesmas dan rumah sakit yang masih sangat minim, tim dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) tengah mengembangkan ventilator untuk pasien Corona dengan bekerja sama dengan Toyota dan industri lokal di Yogyakarta. Dalam pengembangannya tim ini menggandeng rekan sejawat dokter UGM dan Rumah Sakit Sardjito.
Rencananya, tim UGM ini akan membuat tiga jenis ventilator, yakni versi fully featured ventilator (high end), versi low cost dan versi ambu bag conversion. Menurutnya, ventilator ventilator tanpa ambu bag dan versi ambu bag proses pembuatannya sangat murah sehingga bisa diproduksi dalam jumlah besar serta dapat dengan mudah diakses oleh puskesmas sekalipun.
"Target kita paling lambat dalam dua minggu, sudah lengkap semua feature keamanan, sensor, dan mode sudah dikonfigurasi dan prototipe ini bisa digunakan," pungkasnya.
Dalam bidang inovasi teknologi, ITS melalui Tim Ventilator Departemen Teknik Fisika ITS telah menciptakan Simple and Low-Cost Mechanical Ventilator atau Robot Ventilator.
Alat ini memiliki target untuk segera diproduksi secara massal dan resmi diperkenalkan bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Sedunia di Gedung Pusat Robotika ITS, Selasa (7/4/2020).
Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng mengungkapkan Robot Ventilator ini merupakan kerja sama antara ITS dengan Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) dan RSU dr Soetomo selaku mitra peneliti dan calon pengguna inovasi ini."Padahal angka pasien positif Covid-19 terus naik setiap harinya, alat ini sangat dibutuhkan saat ini," jelas Ashari, seperti dikutip dari siaran pers.
Ventilator ini menggunakan basis desain open source dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika Serikat. Sistem mekanik dan beberapa spesifikasi diadopsi dari MIT. Sistem elektronik dan sistem monitoring dikembangkan sepenuhnya oleh Tim ITS.
Secara harga, diungkapkan oleh Ashari, produk ventilator di pasaran saat ini bisa mencapai kisaran Rp 800 juta per unit. Namun, untuk ventilator buatan ITS ini diperkirakan nantinya bila diproduksi masalah harganya hanya kisaran Rp 20 jutaan per unit.
Institut Teknologi Bandung (ITB) berkolaborasi dengan YPM Salman ITB dan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran mengembangkan ventilator yang dapat digunakan dengan mudah oleh tenaga medis.
Tim yang diketuai oleh Dr. Syarif Hidayat, Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), tersebut kini tengah mengembangkan purwarupa produk ventilator darurat yang diberi nama Vent-I (Ventilator Indonesia).
"Vent-I adalah alat bantu pernapasan bagi pasien yang masih dapat bernapas sendiri (jika pasien covid-19 pada gejala klinis tahap 2) , bukan diperuntukkan bagi pasien ICU," ujar Jam'ah Halid selaku Manajer LPP Salma, seperti dikutip dari siaran pers.
Prototype Vent-I telah dipresentasikan di depan dokter senior Fakultas Kedokteran Unpad. Pada Presentasi awal terdapat tiga fungsi yang didemonstrasikan, yaitu CPAP (Continuous Positive Airway Pressure), CPC (Continuous Pressure Control), dan SPC (Synchronize Pressure Control).
Fungsi CPAP pada ventilator tersebut dapat digunakan oleh pasien yang mengalami sesak namun masih dapat bernapas sendiri agar tidak sampai harus dirawat di ICU. Target awal dari Tim ini adalah membuat 100 buah Vent-I secara in house untuk disumbangkan ke Rumah Sakit yang membutuhkan.
(roy/roy) Next Article 5 Negara Ini Kesulitan Dapat Ventilator, Alkes Lawan Corona
Seperti yang diketahui bahwa pasokan ventilator di Indonesia sendiri masih belum tercukupi. Hal ini langsung disampaian oleh Menteri BUMN Erick Thohir bahwa tak seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia memiliki ventilator yang dibutuhkan untuk menangani pasien.
"Kalau dilihat rumah sakit BUMN ada 611 ICU, hari ini dengan segala cara baru ada 50%, 50% lagi bisa lokal kita beli adalah standarnya sesuai," kata Erick dalam video conference, Selasa (7/4/2020).
Oleh karena itu, beberapa instansi pemerintah maupun pendidikan berinisiatif menciptakan alat ventilator. Berikut diantaranya :
1. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan ventilator portabel untuk membantu pasien terinfeksi virus Corona (COVID-19) yang mengalami gangguan pernapasan. Rencananya, alat tersebut siap diproduksi massal bulan ini.
Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan ventilator portabel ini akan siap diproduksi massal dalam waktu dua minggu, dan akan diperuntukkan untuk pasien COVID-19 non intensive care unit (ICU).
"Kebutuhan ventilator saat ini menjadi krusial lantaran banyak pasien COVID-19 yang membutuhkan. Kami di BPPT mengembangkan ventilator portabel untuk membantu jumlah alat yang dibutuhkan di tiap rumah sakit rujukan COVID-19," terang Hammam, seperti dikutip dari siaran pers, (8/4/2020).
Hammam pun menjelaskan ventilator portabel ini berbasis bagging bag atau yang umum dikenal dengan ambu bag. Ventilator ini mengadopsi desain open source ventilator yang dikembangkan di Eropa dengan modifikasi menyesuaikan material dan komponen yang ada di lokal.
Selain itu, dirinya pun mengungkapkan tim di BPPT juga menambahkan inovasi dan modifikasi untuk memaksimalkan fungsi dari ventilator portabel ini. Diantaranya, penambahan pengamanan (over pressure relief valve), penambahan kapasitas tekanan PEEP sekitar 10-20cm H2O, hingga penambahan pengaturan fraksi gas oksigen (FIO2) yang mendukung sistem multi ventilator.
Tim Ventilator Universitas Indonesia (UI) mengembangkan Ventilator Transport Lokal Rendah Biaya Berbasis Sistem Pneumatik (COVENT-20) sebagai bentuk sumbangsih UI dalam memenuhi kebutuhan ventilator bagi rumah sakit di Indonesia ditengah pandemi Covid-19.
"Sejak Maret 2020, jumlah pasien positif Covid-19 di Indonesia mengalami peningkatan secara signifikan. Rumah sakit rujukan dan rumah sakit darurat di Indonesia semakin banyak membutuhkan ventilator," ujar Ketua Tim Ventilator UI Basari, seperti dikutip dari siaran pers.
Keunggulan COVENT-20 adalah biaya produksi yang lebih hemat, compact, portable, hemat energi, serta mudah dioperasikan sehingga aman bagi PDP maupun pasien positif Covid-19 untuk perjalanan dari rumah atau ruangan observasi ke ruangan isolasi.
Terkait mode ventilasi COVENT-20, Dr. Basari mengungkapkan "Ventilasi multimode yang digunakan pada ventilator ini adalah sistem mode Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) untuk pasien PDP yang biasanya masih sadar, jadi hanya perlu dibantu diberikan oksigen ke paru-paru."
"Sedangkan mode Continuous Mandatory Ventilation (CMV) digunakan untuk pasien positif Covid-19 dengan gejala pneumonia berat yang tidak dapat mengatur pernafasannya, sehingga perlu dikontrol dengan mode CMV. Ventilator ini juga dilengkapi Positive End Expiratory Pressure (PEEP)," tambahnya.
Tim dosen dari Universitas Gadjah Mada (UGM) membuat ventilator yang bisa digunakan pasien virus Corona atau COVID-19. Ditargetkan prototipe alat ini bisa digunakan dua minggu lagi.
"Seperti yang kita ketahui bersama, kebutuhan ventilator sangat mendesak dengan semakin banyak penderita COVID-19. Dalam proses pembuatannya, di tim kami juga terlibat teman-teman dokter," kata Dr Adhika Widyaparaga, ST, M Biomed E, seperti dikutip dalam keterangan pers.
Hal ini diciptakan untuk memenuhi kebutuhan ventilator bagi pasien COVID di puskesmas dan rumah sakit yang masih sangat minim, tim dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) tengah mengembangkan ventilator untuk pasien Corona dengan bekerja sama dengan Toyota dan industri lokal di Yogyakarta. Dalam pengembangannya tim ini menggandeng rekan sejawat dokter UGM dan Rumah Sakit Sardjito.
Rencananya, tim UGM ini akan membuat tiga jenis ventilator, yakni versi fully featured ventilator (high end), versi low cost dan versi ambu bag conversion. Menurutnya, ventilator ventilator tanpa ambu bag dan versi ambu bag proses pembuatannya sangat murah sehingga bisa diproduksi dalam jumlah besar serta dapat dengan mudah diakses oleh puskesmas sekalipun.
"Target kita paling lambat dalam dua minggu, sudah lengkap semua feature keamanan, sensor, dan mode sudah dikonfigurasi dan prototipe ini bisa digunakan," pungkasnya.
Dalam bidang inovasi teknologi, ITS melalui Tim Ventilator Departemen Teknik Fisika ITS telah menciptakan Simple and Low-Cost Mechanical Ventilator atau Robot Ventilator.
Alat ini memiliki target untuk segera diproduksi secara massal dan resmi diperkenalkan bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Sedunia di Gedung Pusat Robotika ITS, Selasa (7/4/2020).
Rektor ITS Prof Dr Ir Mochamad Ashari MEng mengungkapkan Robot Ventilator ini merupakan kerja sama antara ITS dengan Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) dan RSU dr Soetomo selaku mitra peneliti dan calon pengguna inovasi ini."Padahal angka pasien positif Covid-19 terus naik setiap harinya, alat ini sangat dibutuhkan saat ini," jelas Ashari, seperti dikutip dari siaran pers.
Ventilator ini menggunakan basis desain open source dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika Serikat. Sistem mekanik dan beberapa spesifikasi diadopsi dari MIT. Sistem elektronik dan sistem monitoring dikembangkan sepenuhnya oleh Tim ITS.
Secara harga, diungkapkan oleh Ashari, produk ventilator di pasaran saat ini bisa mencapai kisaran Rp 800 juta per unit. Namun, untuk ventilator buatan ITS ini diperkirakan nantinya bila diproduksi masalah harganya hanya kisaran Rp 20 jutaan per unit.
Institut Teknologi Bandung (ITB) berkolaborasi dengan YPM Salman ITB dan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran mengembangkan ventilator yang dapat digunakan dengan mudah oleh tenaga medis.
Tim yang diketuai oleh Dr. Syarif Hidayat, Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), tersebut kini tengah mengembangkan purwarupa produk ventilator darurat yang diberi nama Vent-I (Ventilator Indonesia).
"Vent-I adalah alat bantu pernapasan bagi pasien yang masih dapat bernapas sendiri (jika pasien covid-19 pada gejala klinis tahap 2) , bukan diperuntukkan bagi pasien ICU," ujar Jam'ah Halid selaku Manajer LPP Salma, seperti dikutip dari siaran pers.
Prototype Vent-I telah dipresentasikan di depan dokter senior Fakultas Kedokteran Unpad. Pada Presentasi awal terdapat tiga fungsi yang didemonstrasikan, yaitu CPAP (Continuous Positive Airway Pressure), CPC (Continuous Pressure Control), dan SPC (Synchronize Pressure Control).
Fungsi CPAP pada ventilator tersebut dapat digunakan oleh pasien yang mengalami sesak namun masih dapat bernapas sendiri agar tidak sampai harus dirawat di ICU. Target awal dari Tim ini adalah membuat 100 buah Vent-I secara in house untuk disumbangkan ke Rumah Sakit yang membutuhkan.
(roy/roy) Next Article 5 Negara Ini Kesulitan Dapat Ventilator, Alkes Lawan Corona
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular