
Waduh, Corona Bisa Bikin RI Krisis Ponsel!
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 February 2020 10:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Penyebaran virus corona yang semakin masif menyebabkan gangguan terhadap rantai pasok global. Aktivitas masyarakat yang terbatas membuat produksi manufaktur turun sehingga pada akhirnya menyebabkan kelangkaan pasokan.
Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pada Rabu (26/2/2020) per pukul 09:03 WIB, sudah ada 80.994 kasus virus corona di seluruh dunia. Terbanyak terjadi di China yaitu 78.064. Disusul oleh Korea Selatan (1.146), Italia (322), Jepang (170), Iran (95), Singapura (91), Hong Kong (85), AS (57), Thailand (37), Taiwan (31), Bahrain (23), Australia (22), Malaysia (22), Jerman (18), Vietnam (16), Prancis (14), Uni Emirat Arab (13), Inggris (13), Kanada (11), Kuwait (11), Makau (10), Spanyol (6), Filipina (3), India (3), Rusia (2), Oman (2), Austria (2), Afganistan (1), Nepal (1), Kamboja (1), Israel (1), Aljazair (1), Belgia (1), Lebanon (1), Kroasia (1), Swiss (1), Irak (1), Mesir, dan Sri Lanka (1). Plus kasus di kapal pesiar Diamond Princess sebanyak 691.
Korban jiwa juga semakin bertambah menjadi 2.760 orang. Korban meninggal di luar China terbanyak terjadi di Iran (16), disusul oleh Italia (10), Korea Selatan (10), Diamond Princess (3), Hong Kong (2), Prancis (1), Jepang (1), Filipina (1), dan Taiwan (1).
Penyebaran virus corona berawal dari Kota Wuhan di Provinsi Hubei (China). Seiring perayaan Tahun Baru Imlek yang merupakan puncak mobilitas masyarakat, virus menyebar ke penjuru China dan puluhan negara lainnya.
Namun dampak terparah tetap dirasakan di China. Selepas libur Imlek, aktivitas ekonomi di Negeri Tirai Bambu belum berjalan dengan kecepatan penuh.
"Kami memperkirakan baru dua pertiga pekerja yang kembali bekerja dan hanya 40% perusahaan yang sudah memulai kembali aktivitasnya selepas libur Imlek," sebut riset Nomura.
Hal yang menjadi kekhawatiran adalah besarnya ketergantungan dunia terhadap China. Di tengah globalisasi, China mampu menjadi 'pemenang' dengan memegang kendali penting di rantai pasok dunia.
China adalah negara eksportir nomor satu di kolong langit. Sekitar 13% barang di pasar ekspor dunia berlabel made in China.
Mengutip data satelit pemetaan ArcGis pada Rabu (26/2/2020) per pukul 09:03 WIB, sudah ada 80.994 kasus virus corona di seluruh dunia. Terbanyak terjadi di China yaitu 78.064. Disusul oleh Korea Selatan (1.146), Italia (322), Jepang (170), Iran (95), Singapura (91), Hong Kong (85), AS (57), Thailand (37), Taiwan (31), Bahrain (23), Australia (22), Malaysia (22), Jerman (18), Vietnam (16), Prancis (14), Uni Emirat Arab (13), Inggris (13), Kanada (11), Kuwait (11), Makau (10), Spanyol (6), Filipina (3), India (3), Rusia (2), Oman (2), Austria (2), Afganistan (1), Nepal (1), Kamboja (1), Israel (1), Aljazair (1), Belgia (1), Lebanon (1), Kroasia (1), Swiss (1), Irak (1), Mesir, dan Sri Lanka (1). Plus kasus di kapal pesiar Diamond Princess sebanyak 691.
Korban jiwa juga semakin bertambah menjadi 2.760 orang. Korban meninggal di luar China terbanyak terjadi di Iran (16), disusul oleh Italia (10), Korea Selatan (10), Diamond Princess (3), Hong Kong (2), Prancis (1), Jepang (1), Filipina (1), dan Taiwan (1).
Penyebaran virus corona berawal dari Kota Wuhan di Provinsi Hubei (China). Seiring perayaan Tahun Baru Imlek yang merupakan puncak mobilitas masyarakat, virus menyebar ke penjuru China dan puluhan negara lainnya.
Namun dampak terparah tetap dirasakan di China. Selepas libur Imlek, aktivitas ekonomi di Negeri Tirai Bambu belum berjalan dengan kecepatan penuh.
"Kami memperkirakan baru dua pertiga pekerja yang kembali bekerja dan hanya 40% perusahaan yang sudah memulai kembali aktivitasnya selepas libur Imlek," sebut riset Nomura.
Hal yang menjadi kekhawatiran adalah besarnya ketergantungan dunia terhadap China. Di tengah globalisasi, China mampu menjadi 'pemenang' dengan memegang kendali penting di rantai pasok dunia.
China adalah negara eksportir nomor satu di kolong langit. Sekitar 13% barang di pasar ekspor dunia berlabel made in China.
![]() |
Pages
Most Popular