Game 'Mobile Legends Made in RI' Lahir, Bisa Lawan PUBG Cs?

Arif Budiansyah, CNBC Indonesia
13 February 2020 13:54
Game 'Mobile Legends Made in RI' Lahir, Bisa Lawan PUBG Cs?
Foto: Lokapala. (Dok. IG: lokapala_moba)
Jakarta, CNBC Indonesia - Perkembangan eSports di Indonesia dinilai berkembang pesat saat ini. Banyaknya liga atau turnamen yang mendukung game MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) menjadi salah satu alasan eSports semakin digandrungi masyarakat.

Diketahui pula, game MOBA setipe Mobile Legends di Indonesia baru hanya ada satu yakni Lokapala yang baru rilis pada 31 Januari 2020. Lantas apakah Indonesia mampu bersaing dalam pasar MOBA ini?


Menurut Ivan Chen, selaku CEO Anantarupa Studios yang mengembangkan Lokapala, menerangkan bahwa potensi pasar game khususnya eSports di Indonesia masih cukup besar untuk para pengembang game lokal dapat bersaing dengan global.

"Dari data game overview yang kami kumpulkan, bahwa di tahun 2019 market game global untuk eSports saja menghasilkan Rp 15 triliun sedangkan industri game secara keseluruhan menghasilkan Rp 1.700 triliun. jadi eSports ini ibarat puncak gunung es dari industri game yang gede banget," kata Ivan kepada CNBC Indonesia, (13/2/2020).

Ivan Chen menjabarkan untuk wilayah di Asia Tenggara, Indonesia menjadi negara dengan perkembangan market game paling besar. Berdasarkan data asosiasi developer game lokal atau CAKRA pertumbuhan tahunan industri game Indonesia mencapai 37,3% pada 2018. Tertinggi di antara negara di kawasan Asia Tenggara.

Mengutip dari data yang dikeluarkan lembaga POKKT, Ivan menjelaskan kalau tahun 2019 ada 100 juta orang Indonesia main game yang temanya eSports. Soal pendapatan dari pasar game Indonesia, mencapai US$1,130 miliar.

dilihat tahun 2013 sampai  2017 dari Compound annual growth rate nya adalah +37,3%. Lalu di tahun 2018, revenue dari market game di Indonesia ditaksir mencapai US$1,13 miliar.

Artinya, menurutnya bahwa memang potensi game MOBA terbuka lebar. Maka dari itu jadi concern saya bikin Lokapala, satu karena dari data yang tren sekarang adalah eSports dan mayoritas game developer di Indonesia belum banyak arahnya ke sana," jelasnya.

[Gambas:Video CNBC]



Sayangnya dengan pasar yang menjanjikan ini, Indonesia hanya menjadi target pasar saja dan pengembang game lokalnya sendiri belum bisa menikmatinya. Kurangnya dukungan pemerintah menjadi salah satu faktor mengapa game lokal belum bisa menguasai negaranya sendiri.

"Jadi sebenernya kalo pemerintah mau dorong indutri game ini ya walaupun lebih kecil daripada industri yang sudah mature yang lainnya. Tentunya akan bisa membantu perekonomian negara dalam artian bisa ekspor game ya," terang Ivan.


Di lain pihak, Arief Widhiyasa, CEO & Co-Founder Agate, pengembang game lokal yang  mendunia berkat game Valthirian Arc: Hero School Story menjelaskan kendala mengapa Indonesia masih kurang bersaing dengan game luar negeri adalah kurangnya pengalaman dan kapabilitas talenta-talenta yang ada di Indonesia. 

"Satu-satunya cara adalah dengan meningkatkan kapabilitas individu dan tim agar mampu menghasilkan produk dengan kualitas yang bisa bersaing dengan global. Ini ngomongnya gampang tapi memang eksekusinya tidak mudah, karena kita sudah ketinggalan puluhan tahun," ujar Arief kepada CNBC Indonesia, pekan lalu.

"Dalam prosesnya mungkin teman-teman game developer tanah air bisa melakukannya dengan memilih market yang niche dulu untuk bertumbuh," tambahnya.

Bahkan menurut Arief, Industri game di Indonesia ketinggalan 10-15 tahun dengan Korea & China, ketinggalan 20-25 tahun dengan Jepang, dan 30 tahun lebih dengan negara barat. Namun, ia tetap optimis bahwa pengembang game lokal dapat bersaing dengan global karena Indonesia mempunyai market yang besar.




(roy/roy) Next Article Akhirnya Game MOBA Made in RI Meluncur, Lawan Mobile Legends

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular