
Awas! Harbolnas Bisa Jadi Biang Kerok Banjir Produk Impor
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
12 December 2019 14:07

Barang elektronik yang banyak diimpor dari China adalah handphone dan perangkatnya (HS 8517). Pada 2018 nilai impor barang ini mencapai US$ 3,7 miliar atau Rp 52 triliun atau hampir 40% dari total nilai impor barang elektronik dari China. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir nilai tersebut melonjak dengan laju yang fantastis yaitu 51,5% secara point to point.
Banjirnya produk elektronik dari China di tanah air tercermin dari peningkatan pangsa pasar produk handphone China di pasar Indonesia. Dari tahun ke tahun produk handphone dari China dengan merek Xiaomi, OPPO, Vivo dan Realme semakin mendapat tempat di pasar Indonesia. Bahkan pangsa pasar OPPO dan Vivo sudah berhasil menyalip Samsung di kuartal III tahun ini.
Memang produk elektronik seperti handphone ini Indonesia masih banyak mengimpor dari berbagai negara. Namun jika platform e-commerce tersebut dapat menyediakan barang-barang lain selain produk elektronik dengan harga yang sangat murah, bahkan lebih murah dibanding produk lokal, maka habislah sudah.
Salah satu produk China lain yang sudah membanjiri Indonesia adalah tekstil dan produk tekstil (TPT). Hal ini disampaikan oleh Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Syarif Hidayat.
"70% barang impor ini berasal dari China. Kain, benang, dan tekstil lainnya terbanyak memang China," katanya kepada CNBC Indonesia, Senin (11/11/2019).
Jika tidak direspon dengan bijak maka bukan tidak mungkin keran impor yang terbuka lebar ini membuat Indonesia kebanjiran impor dari China. Hal ini semakin membuat defisit neraca dagang Indonesia dengan China makin melebar.
Tim Riset CNBC Indonesia mencatat defisit neraca perdagangan Indonesia dengan China pada 2016 mencapai US$ 14 miliar. Defisit tersebut membengkak menjadi US$ 18,4 miliar.
Hal ini harus jadi perhatian khusus dari pemerintah agar industri tanah air tidak gulung tikar dan Indonesia hanya dijadikan “pasar” saja.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/roy)
Banjirnya produk elektronik dari China di tanah air tercermin dari peningkatan pangsa pasar produk handphone China di pasar Indonesia. Dari tahun ke tahun produk handphone dari China dengan merek Xiaomi, OPPO, Vivo dan Realme semakin mendapat tempat di pasar Indonesia. Bahkan pangsa pasar OPPO dan Vivo sudah berhasil menyalip Samsung di kuartal III tahun ini.
Memang produk elektronik seperti handphone ini Indonesia masih banyak mengimpor dari berbagai negara. Namun jika platform e-commerce tersebut dapat menyediakan barang-barang lain selain produk elektronik dengan harga yang sangat murah, bahkan lebih murah dibanding produk lokal, maka habislah sudah.
Salah satu produk China lain yang sudah membanjiri Indonesia adalah tekstil dan produk tekstil (TPT). Hal ini disampaikan oleh Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar Lembaga Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Syarif Hidayat.
"70% barang impor ini berasal dari China. Kain, benang, dan tekstil lainnya terbanyak memang China," katanya kepada CNBC Indonesia, Senin (11/11/2019).
Jika tidak direspon dengan bijak maka bukan tidak mungkin keran impor yang terbuka lebar ini membuat Indonesia kebanjiran impor dari China. Hal ini semakin membuat defisit neraca dagang Indonesia dengan China makin melebar.
Tim Riset CNBC Indonesia mencatat defisit neraca perdagangan Indonesia dengan China pada 2016 mencapai US$ 14 miliar. Defisit tersebut membengkak menjadi US$ 18,4 miliar.
Hal ini harus jadi perhatian khusus dari pemerintah agar industri tanah air tidak gulung tikar dan Indonesia hanya dijadikan “pasar” saja.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/roy)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular