
Stafsus Presiden: Ekonomi RI Sudah di Jalur Tepat
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
01 July 2019 18:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia dan data makro seperti pengangguran memang belum menggembirakan. Bahkan target pertumbuhan ekonomi selalu meleset dari target.
Kondisi demikian cukup layak untuk disebut dalam kondisi lemah, leti, dan lesu. Bahkan lembaga internasional pun sudah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Terbaru, Bank Dunia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi domestik dari 5,2% menjadi 5,1%
Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China atas ketegangan perang dagang kedua negara tersebut menjadi faktor utama yang akan menghambat arus investasi dan menganggu rantai dagang internasional, termasuk Indonesia.
Bagaimana respons orang lingkaran istana?
Staf Khusus Presiden Ahmad Erani Yustika memandang, perkembangan ekonomi Indonesia saat ini masih pada jalur yang tepat, meskipun terguncang dampak dari perang dagang.
"Saya kira perkembangan ekonomi nasional pada jalur yang tepat, meski ada guncangan dari eksternal," kata Erani saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Senin (1/7/2019).
Menurut Erani, dampak perang dagang terhadap perkembangan ekonomi global semakin menipis, pasca Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping melakukan pertemuan di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 akhir pekan lalu.
Sebagai bagian dari rantai pasok global, perang dagang antara AS dan China memang akan memberikan pengaruh bagi Indonesia. Namun, bukan berarti pemerintah tidak melakukan apa-apa.
"Pemerintah sudah menjalankan berbagai langkah terutama untuk menggenjot ekspor ke negara-negara non tradisional, hingga langkah penghematan impor BBM lewat peningkatan B20. Mei lalu, neraca perdagangan surplus, ekspor ke China dan AS juga positif," jelasnya
"Dari sisi internal, ekonomi masih tumbuh di atas 5% yang didukung tendensi penurunan inflasi. Hal ini cukup baik, karena berdampak baik terhadap daya beli masyarakat. Selain itu, kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia semakin membaik sejalan dengan perbaikan rating utang oleh S&P," kata Erani.
Erani menegaskan, pemerintah akan terus memaksimalkan potensi dan sumber pertumbuhan ekonomi baru terutama dari pariwisata dan ekonomi kreatif untuk menopang pertumbuhan.
"Kita memiliki potensi besar dan dapat menjadikannya tulang punggung pertumbuhan ekonomi ke depan. Sehingga kita bisa mendiversifikasi sumber perrtumbuhan ekonomi, yang selama ini bertumpu pada manufaktur," tegasnya.
(hoi/hoi) Next Article Ketika Sri Mulyani Sebut Unicorn: Lho Kok Ketawa?
Kondisi demikian cukup layak untuk disebut dalam kondisi lemah, leti, dan lesu. Bahkan lembaga internasional pun sudah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Terbaru, Bank Dunia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi domestik dari 5,2% menjadi 5,1%
Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China atas ketegangan perang dagang kedua negara tersebut menjadi faktor utama yang akan menghambat arus investasi dan menganggu rantai dagang internasional, termasuk Indonesia.
Bagaimana respons orang lingkaran istana?
Staf Khusus Presiden Ahmad Erani Yustika memandang, perkembangan ekonomi Indonesia saat ini masih pada jalur yang tepat, meskipun terguncang dampak dari perang dagang.
"Saya kira perkembangan ekonomi nasional pada jalur yang tepat, meski ada guncangan dari eksternal," kata Erani saat berbincang dengan CNBC Indonesia, Senin (1/7/2019).
Menurut Erani, dampak perang dagang terhadap perkembangan ekonomi global semakin menipis, pasca Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping melakukan pertemuan di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 akhir pekan lalu.
Sebagai bagian dari rantai pasok global, perang dagang antara AS dan China memang akan memberikan pengaruh bagi Indonesia. Namun, bukan berarti pemerintah tidak melakukan apa-apa.
"Pemerintah sudah menjalankan berbagai langkah terutama untuk menggenjot ekspor ke negara-negara non tradisional, hingga langkah penghematan impor BBM lewat peningkatan B20. Mei lalu, neraca perdagangan surplus, ekspor ke China dan AS juga positif," jelasnya
"Dari sisi internal, ekonomi masih tumbuh di atas 5% yang didukung tendensi penurunan inflasi. Hal ini cukup baik, karena berdampak baik terhadap daya beli masyarakat. Selain itu, kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia semakin membaik sejalan dengan perbaikan rating utang oleh S&P," kata Erani.
Erani menegaskan, pemerintah akan terus memaksimalkan potensi dan sumber pertumbuhan ekonomi baru terutama dari pariwisata dan ekonomi kreatif untuk menopang pertumbuhan.
"Kita memiliki potensi besar dan dapat menjadikannya tulang punggung pertumbuhan ekonomi ke depan. Sehingga kita bisa mendiversifikasi sumber perrtumbuhan ekonomi, yang selama ini bertumpu pada manufaktur," tegasnya.
(hoi/hoi) Next Article Ketika Sri Mulyani Sebut Unicorn: Lho Kok Ketawa?
Most Popular