WhatsApp Disusupi Spyware, Imbauan BSSN & Kritik Bos Telegram

Roy Franedya, CNBC Indonesia
17 May 2019 04:15
WhatsApp Disusupi Spyware, Imbauan BSSN & Kritik Bos Telegram
Foto: Ilustrasi Whatsapp (AP Photo/Patrick Sison, File)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus kerentanan keamanan pada WhatsApp mendapat perhatian dari Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Badan yang dulunya bernama Lembaga Sandi Negara ini mengimbau pengguna untuk memutakhirkan (update) aplikasi WhatsApp.

BSSN meminta pengguna WhatsApp Android WhatsApp versi v2.19.134 dan WhatsApp Business versi v.2.19.44 untuk meng-update aplikasi ke versi terbaru.

Pengguna ponsel iPhone yang menggunakan WhatsApp versi v21.19.51 dan WhatsApp Business versi V.2.19.51 untuk melakukan pemutakhiran aplikasi ke versi terbaru.

Begitu juga pengguna ponsel Windows Phone yang menggunakan WhatsApp versi V2.18.384 dan pengguna ponsel yang menggunakan sistem operasi Tizen yang menggunakan WhatsApp versi v2.18.15 untuk melakukan update aplikasi ke versi terbaru.

WhatsApp Disusupi Spyware, Imbauan BSSN & Kritik Bos TelegramImbauan BSSN untuk update WhatsApp (Foto:ist)

"Selalu lakukan pemutakhiran terhadap aplikasi-aplikasi lain juga, karena pada umum pemutakhiran memuat perbaikan terhadap isu keamanan yang sangat penting untuk mencegah eksploitasi celah keamanan pada aplikasi yang kita gunakan," pesan BSSN, Kamis (16/5/2019).

Aplikasi WhatsApp diketahui telah disusupi oleh spyware yang dibuat oleh perusahaan asal Israel bernama NSO Group. Spyware ini menyusup melalui WhatsApp Telepon.


Spyware ini tak hanya bisa menyusupi lewat telepon, tetapi juga melalui panggilan telepon yang tak dijawab oleh pengguna. Dalam sejumlah kasus panggilan yang tak terjawab ini bisa hilang dalam dari daftar panggilan sehingga pengguna tidak menyadari adanya telepon tersebut.

NSO Group diketahu sebagai perusahaan teknologi berspesialisasi cyber-surveillance tools. Produk andalannya adalah Pegasus, sebuah malware yang dirancang untuk melacak ponsel pengguna. Software ini dapat menginfeksi perangkat setelah mengklik tautan dalam pesan teks palsu, kemudian mereka punya akses penuh ke telepon.

NSO mulai mendapat perhatian karena kasus Jamal Khashoggi, jurnalis yang terbunuh di kantor konsulat Arab Saudi di Turki. Omar Abdulaziz, teman Jamal Khashoggi, menuduh pemerintah Arab Saudi telah menguping pembicaraannya dengan Khashoggi dengan menggunakan spyware yang dibuat NSO Group.

NSO sendiri telah membantah keterlibatan dalam pelacakan jurnalis Saudi atau pembunuhannya.

Simak video imbauan Badan Siber untuk update WhatsApp di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]


Lanjut ke halaman berikutnya >>>


Masalah kerentanan keamanan pada WhatsApp juga mendapat perhatian dari pendiri Telegram Pavel Durov. WhatsApp dan Telegram adalah dua aplikasi chatting yang saling bersaing.

Pavel Durov menyampaikan kritikannya dalam postingan blog di Telegram yang berjudul "Mengapa WhatsApp Tidak adan pernah Aman".

"WhatsApp memiliki sejarah yang konsisten - dari nol enkripsi pada awal hingga suksesi masalah keamanan yang anehnya cocok untuk keperluan pengawasan," tulis Durov seperti dikutip dari AFP, Kamis (16/5/2019).

"Setiap kali WhatsApp harus memperbaiki kerentanan kritis dalam aplikasi mereka, yang baru selalu muncul," kata Pavel Durov. 

WhatsApp Disusupi Spyware, Imbauan BSSN & Kritik Bos TelegramWhatsApp (Foto: REUTERS/Dado Ruvic)

Pavel Durov menyarankan FBI agar memaksa WhatsApp atau Facebook untuk membuat "pintu belakang" atau cara rahasia untuk menerobos ke sistem keamanan dalam pemrograman mereka. 

"Agar WhatsApp menjadi layanan yang berorientasi privasi, Ini harus berisiko kehilangan seluruh pasar dan bentrok dengan pihak berwenang di negara asal mereka," tulisnya. 

Telegram didirikan oleh Pavel Durov dan Nikolai Durov, yang sebelumnya menciptakan situs jejaring sosial populer Rusia, VKontakte. Telegram memiliki 200 juta pengguna, 7% di antaranya di Rusia, menurut angka terbaru yang diumumkan pada 2018. 

Pada Maret tahun ini, Telegram mengatakan mereka telah memperoleh 3 juta pengguna dalam 24 jam karena Facebook, Instagram, dan WhatsApp mengalami kesulitan. 

Pada 2018, otoritas Rusia memerintahkan penyedia layanan internet domestik untuk memblokir Telegram setelah menolak memberi mereka akses ke pesan pengguna. Tetapi langkah untuk menutup Telegram di Rusia itu gagal dan aplikasi itu masih berfungsi.



Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular