
Geger Spyware WhatsApp Milik NSO & Kritik Pedas Bos Telegram
Roy Franedya, CNBC Indonesia
04 November 2019 12:13

Jakarta, CNBC Indonesia - Induk WhatsApp, Facebook menyeret NSO Group ke ranah hukum. Facebook menuding NSO Group telah menebar spyware WhatsApp untuk memata-matai dan menyadap targetnya.
Aksi ini dilakukan pada Mei lalu di mana ada 1.400 pengguna yang menjadi korban. Kebanyakan mereka adalah para aktivitis HAM, wartawan, pembangkang politik, diplomat dan pejabat senior.
Melansir dari Reuters, Senin (3/11/2019), NSO Group diduga menggunakan spyware canggihnya bernama Pegasus untuk menyusup ke ponsel melalui WhatsApp Call. Spyware ini bisa masuk meski WhatsApp Call tidak diangkat oleh korban.
NSO Group sendiri membantah tudingan tersebut. Dalam keterangan resminya, mereka menyebut akan sekuat tenaga membantah tuduhan tersebut.
Masalah spyware dan kerentanan keamanan WhatsApp, pendiri Telegram Pavel Durov pernah menyampaikan kritik pedas bagi aplikasi berbagi pesan paling populer di dunia ini. WhatsApp memiliki lebih dari 1,5 miliar pengguna dan Telegram merupakan kompetitor WhatsApp.
Pavel Durov menyampaikan hal ini dalam postingan di blog Telegram berjudul "Mengapa WhatsApp Tidak akan Pernah Aman".
"WhatsApp memiliki sejarah yang konsisten - dari nol enkripsi pada awal hingga suksesi masalah keamanan yang anehnya cocok untuk keperluan pengawasan," tulis Durov seperti dikutip dari AFP beberapa waktu lalu.
"Setiap kali WhatsApp harus memperbaiki kerentanan kritis dalam aplikasi mereka, yang baru selalu muncul," kata Pavel Durov.
Pavel Durov menyarankan FBI agar memaksa WhatsApp atau Facebook untuk membuat "pintu belakang" atau cara rahasia menerobos ke sistem keamanan dalam pemrograman mereka.
"Agar WhatsApp menjadi layanan yang berorientasi privasi, WhatsApp harus berisiko kehilangan seluruh pasar dan bentrok dengan pihak berwenang di negara asal mereka," tulisnya.
Simak video tentang Spyware WhatsApp di bawah ini:
(roy/sef) Next Article Waspada File Media Dibobol
Aksi ini dilakukan pada Mei lalu di mana ada 1.400 pengguna yang menjadi korban. Kebanyakan mereka adalah para aktivitis HAM, wartawan, pembangkang politik, diplomat dan pejabat senior.
Melansir dari Reuters, Senin (3/11/2019), NSO Group diduga menggunakan spyware canggihnya bernama Pegasus untuk menyusup ke ponsel melalui WhatsApp Call. Spyware ini bisa masuk meski WhatsApp Call tidak diangkat oleh korban.
![]() |
Masalah spyware dan kerentanan keamanan WhatsApp, pendiri Telegram Pavel Durov pernah menyampaikan kritik pedas bagi aplikasi berbagi pesan paling populer di dunia ini. WhatsApp memiliki lebih dari 1,5 miliar pengguna dan Telegram merupakan kompetitor WhatsApp.
Pavel Durov menyampaikan hal ini dalam postingan di blog Telegram berjudul "Mengapa WhatsApp Tidak akan Pernah Aman".
"WhatsApp memiliki sejarah yang konsisten - dari nol enkripsi pada awal hingga suksesi masalah keamanan yang anehnya cocok untuk keperluan pengawasan," tulis Durov seperti dikutip dari AFP beberapa waktu lalu.
"Setiap kali WhatsApp harus memperbaiki kerentanan kritis dalam aplikasi mereka, yang baru selalu muncul," kata Pavel Durov.
Pavel Durov menyarankan FBI agar memaksa WhatsApp atau Facebook untuk membuat "pintu belakang" atau cara rahasia menerobos ke sistem keamanan dalam pemrograman mereka.
"Agar WhatsApp menjadi layanan yang berorientasi privasi, WhatsApp harus berisiko kehilangan seluruh pasar dan bentrok dengan pihak berwenang di negara asal mereka," tulisnya.
Simak video tentang Spyware WhatsApp di bawah ini:
(roy/sef) Next Article Waspada File Media Dibobol
Most Popular