
RI Punya Standar QR Code, Bagaimana Nasib WeChat & Alipay?
Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
04 April 2019 20:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Empat bank BUMN sedang menjajaki kerja sama sistem pembayaran dengan WeChat dan Alipay. Pihak Bank Indonesia (BI) memastikan kedua perusahaan asal China itu akan menyesuaikan dengan standard QR Code Indonesia atau QR Code Indonesia Standard (QRIS) yang akan diluncurkan semester 2 tahun ini.
Deputi Direktur Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran, Ricky Satria, menjelaskan pihaknya sudah empat kali bertemu dengan WeChat dan Alipay. Hasilnya, WeChat dan Alipay bersedia menyesuaikan sistem pembayaran dengan QRIS.
"Kalau Alipay mengatakan akan sedikit lama, 3-4 bulan mereka butuh waktu. Tapi sekarang mereka sudah mulai. Mereka butuh hints dari kita, kalau QRIS sudah diterapkan mereka akan sediakan waktu dan resource untuk meng-adjust (menyesuaikan) sistem mereka 3-4 bulan," kata Ricky dalam Bincang-Bincang Media (BBM) di gedung Bank Indonesia, Kamis (4/4/2019).
Saat ini baik bank selaku fasilitator dan BI sebagai regulator masih melakukan pembicaraan dengan WeChat dan Alipay untuk bisa beroperasi di Indonesia terutama di lokasi wisata. Diketahui sistem pembayaran menggunakan WeChat dan Alipay hanya diperuntukkan bagi turis China yang bertandang ke Indonesia. Pihak BI saat ini sedang melakukan pembicaraan bagaimana penyelesaiannya jika terjadi dispute.
"Ada kontraknya berisi hak dan kewajiban masing-masing termasuk bisnis komersial. Sekarang ini kita sedang bernegosiasi. Contohnya, kalau ada dispute (masalah) nanti mau [diselesaikan] di Indonesia, di China atau di tengah-tengah di Singapura? ini masih tarik tarikan," ungkap Ricky.
Ia menilai dari sisi sistem WeChat dan Alipay akan mengikuti ketentuan Indonesia. Namun, Ricky melanjutkan, dari sisi teknis masih membutuhkan waktu terkait hukum dan sistem. Ricky menambahkan, dari sisi teknis sudah dilakukan ujicoba namun tidak tersambung QR Indonesia. Maka akan ada tambahan sistem yang akan disesuaikan oleh pihak WeChat dan Alipay.
"Jadi nanti turis Cina belanja di Indonesia di situ ada tambahan konversi belanjanya. Kalau dimasukin [nominal] rupiahnya langsung keluar di turis Chinanya dalam Yuan. Mereka harus kembangkan dan adjust," imbuh Ricky.
Saat ini BI membolehkan perusahaan sistem pembayaran dari luar negeri untuk beroperasi di Indonesia. Syaratnya, mereka harus bekerja sama dengan bank buku umum kegiatan usaha (BUKU) 4. Ricky menyebut Indonesia membutuhkan ini karena kebutuhan di bidang pariwisata. Turis China yang datang ke Indonesia jumlahnya semakin banyak. Hal serupa juga terjadi di Thailand, Vietnam, Myanmar dan Jepang. Naiknya perekonomian dan life style warga negara China turut mempengaruhi.
"Jadi proses untuk kerjasamanya kita coba percepat. Memang ada teknikal yang masih butuh waktu. Mudah-mudahan tahun ini bisa kelar semua," ucap Ricky.
Ricky menambahkan, BI sejatinya ingin kebijakan yang dibuat bersifat resiprokal. BI ingin QR Code Indonesia bisa juga dipakai di luar negeri. Namun ia mengakui untuk masuk ke China masih sulit meski sekarang sudah mulai terbuka. "Mudah-mudahan nanti bisa dipakai juga QR-nya kita di negara mereka," tandasnya.
(dru) Next Article Psst.. Diam-diam BRI & BCA Sudah Dekati Alipay Milik Alibaba
Deputi Direktur Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran, Ricky Satria, menjelaskan pihaknya sudah empat kali bertemu dengan WeChat dan Alipay. Hasilnya, WeChat dan Alipay bersedia menyesuaikan sistem pembayaran dengan QRIS.
"Kalau Alipay mengatakan akan sedikit lama, 3-4 bulan mereka butuh waktu. Tapi sekarang mereka sudah mulai. Mereka butuh hints dari kita, kalau QRIS sudah diterapkan mereka akan sediakan waktu dan resource untuk meng-adjust (menyesuaikan) sistem mereka 3-4 bulan," kata Ricky dalam Bincang-Bincang Media (BBM) di gedung Bank Indonesia, Kamis (4/4/2019).
![]() |
"Ada kontraknya berisi hak dan kewajiban masing-masing termasuk bisnis komersial. Sekarang ini kita sedang bernegosiasi. Contohnya, kalau ada dispute (masalah) nanti mau [diselesaikan] di Indonesia, di China atau di tengah-tengah di Singapura? ini masih tarik tarikan," ungkap Ricky.
Ia menilai dari sisi sistem WeChat dan Alipay akan mengikuti ketentuan Indonesia. Namun, Ricky melanjutkan, dari sisi teknis masih membutuhkan waktu terkait hukum dan sistem. Ricky menambahkan, dari sisi teknis sudah dilakukan ujicoba namun tidak tersambung QR Indonesia. Maka akan ada tambahan sistem yang akan disesuaikan oleh pihak WeChat dan Alipay.
"Jadi nanti turis Cina belanja di Indonesia di situ ada tambahan konversi belanjanya. Kalau dimasukin [nominal] rupiahnya langsung keluar di turis Chinanya dalam Yuan. Mereka harus kembangkan dan adjust," imbuh Ricky.
Saat ini BI membolehkan perusahaan sistem pembayaran dari luar negeri untuk beroperasi di Indonesia. Syaratnya, mereka harus bekerja sama dengan bank buku umum kegiatan usaha (BUKU) 4. Ricky menyebut Indonesia membutuhkan ini karena kebutuhan di bidang pariwisata. Turis China yang datang ke Indonesia jumlahnya semakin banyak. Hal serupa juga terjadi di Thailand, Vietnam, Myanmar dan Jepang. Naiknya perekonomian dan life style warga negara China turut mempengaruhi.
![]() |
"Jadi proses untuk kerjasamanya kita coba percepat. Memang ada teknikal yang masih butuh waktu. Mudah-mudahan tahun ini bisa kelar semua," ucap Ricky.
Ricky menambahkan, BI sejatinya ingin kebijakan yang dibuat bersifat resiprokal. BI ingin QR Code Indonesia bisa juga dipakai di luar negeri. Namun ia mengakui untuk masuk ke China masih sulit meski sekarang sudah mulai terbuka. "Mudah-mudahan nanti bisa dipakai juga QR-nya kita di negara mereka," tandasnya.
(dru) Next Article Psst.. Diam-diam BRI & BCA Sudah Dekati Alipay Milik Alibaba
Most Popular