
Ini Kata CT Soal Unicorn Indonesia
Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
20 March 2019 11:34

Jakarta, CNBC Indonesia- Chairman CT Corp Chairul Tanjung bicara soal revolusi industri 4.0 dan disrupsi teknologi. Salah satunya dengan banyaknya kehadiran startup di Indonesia.
Dalam acara HUT Ikatan Hakim Indonesia ke-66, CT juga menyebut soal hadirnya Unicorn di Indonesia. Unicorn adalah sebutan untuk startup (perusahaan rintisan) yang meraih valuasi US$ 1 miliar atau setara Rp 14 triliun. Meski valuasinya besar, kinerja keuangannya masih merugi.
"Kita bangga punya Unicorn, sekarang ada Decacorn. Tapi sayangnya yang punya bukan kita, yang punya itu orang asing," ujar CT di Hotel Mercure, Rabu (20/3/2019).
CT kembali memaparkan dalam dunia usaha dikenal istilah winner takes all. Nah, jika para pengusaha startup menerapkan prinsip ini maka bagaimana nasib keamanan data?
"Siapa yang gunakan datanya dan sebagainya? Ini saya ingatkan kita akan masuk ke tantangan ini. Jangan sampai kita masuk dalam new colonialism. Kolonialisme zaman now," pesan CT.
Ia menambahkan kejahatan dunia maya juga cenderung meningkat, oleh karenanya perlu peraturan dan institusi hukum yang harus beradaptasi dengan perubahan zaman.
Bahaya Investor Asing
Setidaknya Indonesia kini memiliki 4 Unicorn, yakni Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.
Bankir kawakan yang merupakan seorang Presiden Direktur salah satu bank swasta di Indonesia bercerita kepada CNBC Indonesia tentang ketakutannya. Bahaya akan unicorn yang dapat suntikan modal dari investor asing ini.
"Tak ada yang gratis itu benar. Bayangkan, masuknya angel investor ke unicorn ini mendelusi perlahan kepemilikan saham sang founder dan pengendali," ungkap bankir kawakan yang tak ingin disebutkan namanya ini.
Besarnya kepemilikan asing di startup unicorn atau bervaluasi di atas US$ 1 miliar memang belum menjadikan sang pendiri yang tadinya menguasai 100% tak punya kewenangan. Karena sampai detik ini, sang pendiri startup masih menjadi pengendali perusahaan dan pemimpin.
Sebut saja Nadiem Makarim, yang menurut keterangan Momentum Works seperti ditulis Deal Street Asia, pendiri dan CEO Go-Jek ini memegang 4,81% total saham Go-Jek dengan jumlah 58.416 lembar. Hal yang sama terjadi juga di unicorn lainnya, di mana Achmad Zaky dengan Bukalapak, Ferry Unardi di Traveloka dan William Tanuwidjaja di Tokopedia tak lagi 100% menguasai perusahaan yang didirikannya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani juga sempat mengatakan data menjadi alasan banyak investor mengantri untuk menyuntikkan dana ke perusahaan startup unicorn yang menerapkan strategi bakar uang.
"Karena mereka mau tau tambang itu dan kalau asetnya muncul itulah yang diincar," jelas Sri Mulyani.
Saksikan video Unicorn RI yang dikuasai asing di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(gus/roy) Next Article Ada 21 Startup Unicorn di Indonesia, Ini Daftar Lengkapnya
Dalam acara HUT Ikatan Hakim Indonesia ke-66, CT juga menyebut soal hadirnya Unicorn di Indonesia. Unicorn adalah sebutan untuk startup (perusahaan rintisan) yang meraih valuasi US$ 1 miliar atau setara Rp 14 triliun. Meski valuasinya besar, kinerja keuangannya masih merugi.
"Siapa yang gunakan datanya dan sebagainya? Ini saya ingatkan kita akan masuk ke tantangan ini. Jangan sampai kita masuk dalam new colonialism. Kolonialisme zaman now," pesan CT.
Ia menambahkan kejahatan dunia maya juga cenderung meningkat, oleh karenanya perlu peraturan dan institusi hukum yang harus beradaptasi dengan perubahan zaman.
![]() |
Bahaya Investor Asing
Setidaknya Indonesia kini memiliki 4 Unicorn, yakni Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.
Bankir kawakan yang merupakan seorang Presiden Direktur salah satu bank swasta di Indonesia bercerita kepada CNBC Indonesia tentang ketakutannya. Bahaya akan unicorn yang dapat suntikan modal dari investor asing ini.
"Tak ada yang gratis itu benar. Bayangkan, masuknya angel investor ke unicorn ini mendelusi perlahan kepemilikan saham sang founder dan pengendali," ungkap bankir kawakan yang tak ingin disebutkan namanya ini.
Besarnya kepemilikan asing di startup unicorn atau bervaluasi di atas US$ 1 miliar memang belum menjadikan sang pendiri yang tadinya menguasai 100% tak punya kewenangan. Karena sampai detik ini, sang pendiri startup masih menjadi pengendali perusahaan dan pemimpin.
Sebut saja Nadiem Makarim, yang menurut keterangan Momentum Works seperti ditulis Deal Street Asia, pendiri dan CEO Go-Jek ini memegang 4,81% total saham Go-Jek dengan jumlah 58.416 lembar. Hal yang sama terjadi juga di unicorn lainnya, di mana Achmad Zaky dengan Bukalapak, Ferry Unardi di Traveloka dan William Tanuwidjaja di Tokopedia tak lagi 100% menguasai perusahaan yang didirikannya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani juga sempat mengatakan data menjadi alasan banyak investor mengantri untuk menyuntikkan dana ke perusahaan startup unicorn yang menerapkan strategi bakar uang.
"Karena mereka mau tau tambang itu dan kalau asetnya muncul itulah yang diincar," jelas Sri Mulyani.
Saksikan video Unicorn RI yang dikuasai asing di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]
(gus/roy) Next Article Ada 21 Startup Unicorn di Indonesia, Ini Daftar Lengkapnya
Most Popular