e-Commerce

Alasan e-Commerce Berani Bayar Gaji Selangit ke Milenial

Bernhart Farras, CNBC Indonesia
15 March 2019 12:25
Para e-commerce memberikan gaji tinggi bagi para pekerjanya yang kebanyakan adalah anak muda.
Foto: Desain : Freepik.com
Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan rintisan (startup) e-commerce di Indonesia sangat bergantung pada tenaga kerja digital dengan kompetisi khusus. Para pelaku mengeluhkan sulitnya mencari tenaga kerja atau sumber daya manusia (SDM).

Kesulitan ini didasari oleh industri yang masih baru dengan pergerakan yang cepat dan lulusan yang belum memiliki kompetensi. Alhasil karena kurangnya supply SDM mereka saling berebut, salah satunya dengan cara menawarkan gaji pegawai selangit.

Ditanya tentang ketersediaan SDM, Ketua Asosiasi e-commerce Indonesia (idEA) Ignasius Untung menjawab "Kalau secara kuantitatif kita nggak punya datanya dan sayangnya nggak ada yang punya datanya," Jakarta, Rabu (13/3/2019).

"Tapi kalau secara kualitatif amat sangat jelas kegiatan bahwa kita kekurangan, artinya kalau diminta untuk menyebut angka (tidak bisa) tetapi kalau kalau untuk menjawab secara kualitatif saja, secara cukup atau tidak? sudah pasti nggak cukup," tambahnya. "Kenapa gaji semakin mahal karena tidak ada patokan (benchmarking), tidak ada standar bakunya,"


Industri e-commerce masih sangat muda di Indonesia. Ignasius menjelaskan industri ini dimulai pada 2012 dan seluruh bagiannya berjalan terlalu cepat tetapi tidak pernah di ukur. Maka dari itu perusahaan hanya memiliki ukuran masing-masing.

"Mencari SDM dengan pengalaman lebih dari 10 tahun itu hampir mustahil lah," ujarnya. "Jika ada, itu yang levelnya mungkin udah jadi founder atau udah bener-bener top level udah C level ya atau kalau nggak mereka punya pengalaman dari luar negeri."

Lonjakan besar sangat dirasakan pada 2014, karena derasnya pembuatan startup baru. Perusahaan besar yang sudah unicorn juga biasanya membutuhkan sekitar 2000 hingga 3000 karyawan sehingga supply SDM terutama pada bagian product manager, software/data engineer, dan digital marketing menjadi kebutuhan penting.

Jika mencari pekerja yang memang 100% bekerja di E-Commerce Indoensia akan sangat sulit dan karena industri baru dimulai maka pengalaman SDM rata-rata maksimal 7 tahun. Kecuali mencari SDM yang pengalamannya di luar e-commerce, namun tidak 100% relevan dengan kebutuhan startup.

Alasan Tokopedia Cs Berani Bayar Gaji Selangit ke MilenialFoto: infografis/infografis Persaingan Toko Online di Indonesia/Aristya Rahadian Krisabella

Contohnya product manager, di industri yang sudah mapan seperti Fast-Moving Consumer Goods (FMCG). Pekerjaanya akan terbagi menjadi 2 posisi, product manager untuk pemasaran dan satu lagi untuk manufaktur, sedangkan di startup e-Commerce kedua bidang itu digabung menjadi satu posisi.

Masih menggunakan contoh posisi product manager, masalah ini belum bisa terselesaikan dalam waktu yang singkat, bahkan dalam 5-10 tahun ke depan. Karena belum ada kurikulum serta universitas di Indonesia yang mencetak lulusan dengan kompetensi ini. Walaupun memang keadaan saat ini lebih baik dibanding 7 tahun lalu, karena sudah mulai bemunculah sekolah vokasi yang melahirkan SDM yang berkompetensi poduct manager.

Berbeda dengan software engineer yang sudah lebih banyak tersedia jurusannya, itu pun masih sulit untuk mencari SDM yang siap untuk bekerja dengan kualifikasi dan kualitas yang mumpuni.

Namun perlu semakin banyak nya SDM yang tersedia, maka gaji posisi-posisi tersebut yang fantasti karena kelangkaan juga bisa terkena dampaknya. Semakin banyak supply SDM akan menyebabkan kelangkaan itu hilang dan gaji pun akan berkurang.

Saksikan video tentang persaingan e-commerce Indonesia di bawah ini:
[Gambas:Video CNBC]


(roy/roy) Next Article Aksi Bajak Membajak SDM Marak di e-Commerce, Apa Solusinya?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular