Cita-Cita Grab Masuk ke Sistem Pembayaran Digital

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
13 March 2019 20:10
Grab telah berencana untuk beralih untuk memaksimalkan penggunaan pembayaran digital.
Foto: REUTERS/Edgar Su
Jakarta, CNBC Indonesia - Grab, aplikasi berbagi tumpangan terbesar di Asia Tenggara, digadang-gadang memiliki masa depan yang cerah dalam beberapa tahun ke depan. Bagaimana tidak, pasalnya negara-negara tempat Grab beroperasi diprediksi bakal menjadi negara dengan perekonomian yang tumbuh pesat pada 2030.

Reuben Lai, Senior Managing Director of Grab Financial mengatakan saat ini uang tunai masih mendominasi metode pembayaran. Hal itu seolah berbanding terbalik dengan prediksi yang mengatakan jika pertumbuhan e-commerce akan mencapai US$ 240 miliar atau setara dengan Rp 3,4 triliun (kurs Rp14.000 per US$) dalam beberapa tahun mendatang.

"70% konsumen, juga kurang atau tidak memiliki rekening bank, dan kekurangan akses ke kredit," katanya seperti dikutip dari pymnts.com, Selasa (12/3/2018).

Grab telah berencana untuk beralih untuk memaksimalkan penggunaan pembayaran digital. Nantinya, layanan pesan antar makanan, pembayaran, serta layanan lainnya akan dilakukan melalui Grabpay serta Grab Wallet yang memang serupa dengan pendahulunya yaitu Uber Cash.

Upaya Grab untuk bermigrasi ke pembayaran digital berawal dari hal sederhana. Di mana awalnya, seorang mitra Grab di Indonesia memiliki penghasilan yang kecil dan menyimpan uang tunai miliknya di bawah kasur. Wajar saja, sebab pekerja tersebut memang tidak tersentuh perbankan.

Setelah menjadi pengemudi Grab, dan memperoleh penghasilan tambahan, penghasilannya naik sepuluh kali lipat. Dan kabar lainnya adalah, pekerja tersebut bisa membuka rekening di bank dan bisa memperoleh pinjaman yang bisa digunakan untuk membeli sepeda motor.

"Motor itu selanjutnya bisa dia sewakan untuk pengemudi lainnya," imbuhnya.

"Dia mendapat lebih banyak pendapatan dan mampu membeli rumah. Saat ini, dia menabung untuk membeli peternakan ayam." tambahnya lagi.
Contoh sederhana itulah, yang menginspirasi Grab untuk terus mengembangkan sistem pembayaran, yang bisa memudahkan penggunanya.

Grab semakin memperkuat posisinya di wilayah Asia Tenggara, terutama setelah mendapatkan suntikan pendanaan dari Softbank Vision Fund senilai US$ 1,5 miliar atau senilai Rp 20 triliun.

Tambahan investasi tersebut, menambah valuasi Grab dari Desember 2018 US$ 11 miliar, menjadi US$ 14 miliar atau setara Rp 196 triliun. Dengan valuasi tersebut, Grab tercatat sebagai decacorn pertama di Asia Tenggara.

Saksikan video Pertarungan Sengit OVO Vs Gopay

[Gambas:Video CNBC]


(dob/dob) Next Article Grab Luncurkan Fitur Keamanan Baru, Pelecehan Turun 70%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular