BI: Antara Deflasi, Rupiah Murah & Masuknya Dana Asing

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
23 February 2019 10:18
Mulai dari laju inflasi, hingga perkembangan nilai tukar rupiah.
Foto: Rapat Dewan Gubernur BI (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memaparkan perkembangan terbaru mengenai kondisi perekonomian dalam negeri. Mulai dari laju inflasi, hingga perkembangan nilai tukar rupiah.

Berbicara di kompleks bank sentral, bank sentral memaparkan hasil survei pemantauan harga yang dilakukan BI di 46 kantor perwakilan di seluruh Indonesia pada minggu ketiga Februari 2019.

BI mencatat pada minggu ketiga ini terjadi deflasi 0,07% month to month (MtM), didorong dari penurunan harga sejumlah harga makanan seperti cabai merah, daging ayam ras, bawang merah, sampai telur ayam ras.

"Bensin juga deflasi -0,07%, khususnya untuk bahan bakar non-subsidi karena harga minyak dunia itu turun," kata Perry.

Bahkan, otoritas moneter masih memperkirakan inflasi inti di Februari masih cukup rendah, lantaran tingkat permintaan saat ini masih dapat terpenuhi karena terjaga-nya pasokan dalam negeri.

Perry mengemukakan sama sekali tak melihat adanya indikasi tingkat daya beli yang melemah, meskipun inflasi inti masih cukup rendah di awal tahun. "Kami tidak melihat tidak ada tekanan inflasi inti dari permintaan,"

Dengan data tersebut, maka inflasi year on year (YoY) berdasarkan penghitungan BI tercatat 2,58% YoY. Bank sentral bahkan memperkirakan, akan terjadi deflasi 0,07% di Februari secara keseluruhan.

Selain berbicara mengenai perkembangan inflasi, BI pun memapaparkan perkembangan kondisi nilai tukar rupiah. Bagi bank sentral, level rupiah saat ini masih terlalu murah.

"Kita melihat bahwa nilai tukar sekarang masih undervalued," kata Perry.

Peluang BI Turunkan Bunga Acuan
[Gambas:Video CNBC]

Perry mengaku cukup optimistis rupiah akan bergerak stabil, seiring dengan derasnya aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik, seiring dengan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia.

Data BI menunjukkan, aliran modal asing yang masuk per 21 Februari 2019 mencapai Rp 45,9 triliun, di mana Rp 33,9 triliun masuk ke surat berharga negara (SBN), Rp 11,3 triliun di pasar saham, dan Rp 1,1 triliun di SBI.

"Inflow ini sudah lebih besar dari keseluruhan inflow di 2018. Tahun 2018 keseluruhannya untuk satu tahun Rp 13,9 triliun," kata mantan Deputi Gubernur BI itu.

"Ini menunjukkan bahwa kepercayaan investor dalam dan luar terhadap kondisi ekonomi kita itu sangat baik, sehingga terbukti dari terus masuknya aliran modal asing baik di saham dan obligasi," tegasnya.
Foto: Infografis/Perkembangan Inflasi Indonesia dari Tahun ke Tahun/Aristya Rahadian Krisabella

(hps) Next Article Update Terbaru Rencana BI Terbitkan Uang Digital Rupiah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular