Ecommerce China Empot-empotan Bakar Uang, Kondisinya Memprihatinkan

Redaksi, CNBC Indonesia
16 September 2025 21:20
Ilustrasi ecommerce. (Dok. Freepik)
Foto: Ilustrasi ecommerce. (Dok. Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Persaingan antar e-commerce China kian memprihatinkan gara-gara ingin memenangkan industri 'ritel instan'. Diprediksi perang harga akan menekan laba jangka pendek hingga menengah. 

Alibaba, Meituan, dan JD.com terus-terusan menggelar diskon hingga kupon untuk merebut pangsa pasar konsumen ritel instan. Strategi 'bakar uang' yang kian menggerus keuntungan ini menjadi sorotan para analis. 

Menurut analis, persaingan harga yang sengit tak cuma akan memangkas laba, tetapi juga menambah tekanan deflasi di negara ekonomi terbesar kedua di dunia.

Bahkan analis memperkirakan total uang yang dibakar industri ini mencapai lebih dari US$4 miliar (Rp65 triliun) hanya kuartal II 2025 untuk promosi dan subsidi.

"Persaingan semakin menantang, mirip permainan berisiko tinggi di mana investasi awal pemain yang menyerah lebih dulu akan terbuang sia-sia. Kami memperkirakan persaingan intens ini akan berlanjut setidaknya hingga festival belanja [Singles' Day] pada November," kata Kenneth Fong, Kepala Riset Internet UBS Investment Bank di China, dikutip dari Reuters, Selasa (16/9/2025).

CEO JD.com Sandy Xu bahkan menyebut adanya persaingan berlebihan yang tidak berkelanjutan, sementara CEO Meituan Wang Xing menilai industri memasuki fase baru kompetisi. PDD Holdings juga mengakui persaingan kian intensif sepanjang kuartal berjalan.

Awal tahun, JD.com meluncurkan aplikasi baru untuk menyaingi bisnis inti pengiriman makanan Meituan. Alibaba kemudian mengikuti dengan meningkatkan investasi pada aplikasi Ele.me. Semua perusahaan berkomitmen menggelontorkan dana miliaran dolar untuk memenangkan pasar.

S&P Global memperkirakan ketiga perusahaan besar itu akan menghabiskan sedikitnya 160 miliar yuan dalam 12-18 bulan ke depan demi mempertahankan atau memperluas pangsa pasar. Margin diprediksi sulit pulih dalam 1-2 tahun ke depan.

Meituan diperkirakan paling terpukul karena bisnis pengiriman makanan menjadi kontributor utama pendapatannya. JD.com pun mencatat kerugian di segmen ini yang hampir menghapus laba kuartal II, sementara Alibaba dinilai relatif lebih aman.

Meski demikian, perusahaan tetap yakin kerugian jangka pendek akan terbayar dengan potensi keuntungan jangka panjang. Alibaba memperkirakan segmen ritel instan dapat menambah 1 triliun yuan nilai transaksi tahunan dalam tiga tahun mendatang.

Namun, regulator berulang kali mengingatkan agar perusahaan tidak terjebak dalam perang harga balapan ke dasar. Juli lalu, Meituan, Alibaba, dan JD.com bahkan terpaksa mengeluarkan pernyataan resmi berkomitmen menahan persaingan harga.

"Kami memperkirakan komitmen perusahaan terhadap kebijakan pemerintah dalam mencegah involusi akan secara bertahap menormalkan dinamika persaingan," kata Ying Wang, Analis Senior Moody's Ratings.


(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bangkitnya Raja Ecommerce China Setelah Lama Terpuruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular