
Startup
Mapan, Startup Arisan Barang yang Dicaplok Gojek
Bernhart Farras, CNBC Indonesia
15 January 2019 16:10

Jakarta, CNBC Indonesia - PT RUMA (Rekan Usaha Mikro Anda) atau biasa disebut Mapan adalah sebuah perusahaan rintisan yang menjual produk dan pada 2017 di akuisisi oleh GOJEK. CEO Mapan menceritakan kisah perusahaan yang dibangun atas keluhan masyarakat.
CEO Mapan, Hendra Tjanaka menceritakan perjalanan Mapan kepada Bernhart Farras, wartawan CNBC Indonesia. "ide-ide yang ada datangnya bukan dari kita tapi justru datangnya dari keluarga Indonesia atau dari komunitas-komunitas kita," kata Hendra, melalui wawancara eksklusif di kantor pusat Mapan, Jumat (11/1/2019).
Hendra mengawali karir di Mapan pada Mei 2015 sebagai Chief Marketing & Sales Officer. Mapan didirikan pada tahun 2009 oleh Aldi Haryopratomo, Founder Mapan yang saat ini menjabat sebagai CEO Go Pay.
"Saya menjadi CEO setelah Aldi Haryopratomo, Founder kita menjadi CEO Go Pay," ujarnya.
Hendra bergabung pada 4 tahun lalu saat Mapan akan meluncurkan salah satu produknya di Indonesia yaitu Arisan Mapan. Menurut Hendra, Mapan didirikan dengan misi untuk meningkatkan akses derajat dan pendapatan masyarakat Indonesia melalui teknologi.
"Banyak kebutuhan hidup yang pasti tidak terpenuhi, banyak impian dari keluarga Indonesia yang tidak terpenuhi. Nah Arisan Mapan itu hadir sebagai produk pertama Mapan untuk menjembatani kebutuhan akan perencanaan itu," ujarnya. "Tujuannya seperti itu, supaya nantinya melalui Arisan Mapan. Kita ingin semua kebutuhan-kebutuhan hidup atau impian-impian dari keluarga indonesia yang terwujud."
Berawal dari keluhan Teh Yayat
Hendra menceritakan, pada awal tahun 2015 "kita ketemu dengan salah satu agen MAPAN namanya teh yayat dia adalah tokoh komunitas," kata Hendra pada salah satu ruangan meeting di kantor mapan yang menyerupai lokasi asli warung teh Tayat. "Nah ini kita sekarang berada di ruangannya teh Yayat. Sebegitu inspirasionalnya dia untuk kita, sehingga kita buatkan ruangan ini dan memang di rumah ini ada warungnya. "
Ruangan meeting yang terinspirasi dari warung teh Yayat itu didominasi warna dekorasi kuning serta terlihat jualan makanan kecil dan minuman seperti warung pengecer secara umum di Indonesia.
Teh yayat bercerita, di cilegon tetangga-tetangganya kesulitan kalau sudah mendekati lebaran, karena biasanya kan mau masak opor. Sedangkan masak opor itu butuh waktu yang lama tetapi mereka hanya mempunyai satu panci press untuk digunakan oleh beberapa keluarga. Karena hanya tersedia satu panci, "masaknya lama, akan susah gitu kan nunggu."
Hendra coba menggambarkan keluhan teh Yayat.
"Teh Yayat bilang 'kalau kita punya anggota yang banyak, kenapa Mapan ga coba bantu untuk mulai berjualan barang sehingga kebutuhan-kebutuhan keluarga Indonesia bisa terpenuhi.'"
Akhirnya dari usulan teh Yayat Mapan mencari panci press yang harganya bagus dan kualitasnya juga bagus. Setelah dapat barangnya, kita datang ke teh Yayat dengan panci yang harganya Rp 250 ribu harganya lalu tim Mapan bertanya "menurut teh yayat gimana?".
"Teh yayat setuju harganya murah dan kualitasnya oke tetapi menurut dia keluarga disana pasti tidak mampu untuk bayar Rp 250 ribu walaupun harganya sudah murah, mampunya hanya 50 ribu sebulan," ujarnya.
Akhirnya teh yayat mengusulkan "gimana kalau kita bikin arisan aja ya. Kalau kita bikin
arisan 5 keluarga setiap keluarga menyumbang Rp 50 ribu setiap bulan terkumpul Rp 250 ribu."
Hendra menggambarkan jika terkumpul lima anggota arisan untuk mendapatkan barang Rp 250 ribu. Seharusnya dalam lima bulan, setiap bulan di kocok dan keluarlah satu panci. Namun perbedaanya, Mapan menyediakan sistem arisan digital dengan iuran dan barang yang berbeda untuk setiap anggota.
"Kan harusnya 5 bulan lagi semua (setiap anggota) dapat panci yang sama. Dari sana, muncul idealis Mapan lalu trus kita kembangkan dan akhirnya barangnya bisa beda-beda setiap anggota."
CEO Mapan, Hendra Tjanaka menceritakan perjalanan Mapan kepada Bernhart Farras, wartawan CNBC Indonesia. "ide-ide yang ada datangnya bukan dari kita tapi justru datangnya dari keluarga Indonesia atau dari komunitas-komunitas kita," kata Hendra, melalui wawancara eksklusif di kantor pusat Mapan, Jumat (11/1/2019).
Hendra mengawali karir di Mapan pada Mei 2015 sebagai Chief Marketing & Sales Officer. Mapan didirikan pada tahun 2009 oleh Aldi Haryopratomo, Founder Mapan yang saat ini menjabat sebagai CEO Go Pay.
Hendra bergabung pada 4 tahun lalu saat Mapan akan meluncurkan salah satu produknya di Indonesia yaitu Arisan Mapan. Menurut Hendra, Mapan didirikan dengan misi untuk meningkatkan akses derajat dan pendapatan masyarakat Indonesia melalui teknologi.
"Banyak kebutuhan hidup yang pasti tidak terpenuhi, banyak impian dari keluarga Indonesia yang tidak terpenuhi. Nah Arisan Mapan itu hadir sebagai produk pertama Mapan untuk menjembatani kebutuhan akan perencanaan itu," ujarnya. "Tujuannya seperti itu, supaya nantinya melalui Arisan Mapan. Kita ingin semua kebutuhan-kebutuhan hidup atau impian-impian dari keluarga indonesia yang terwujud."
Berawal dari keluhan Teh Yayat
Hendra menceritakan, pada awal tahun 2015 "kita ketemu dengan salah satu agen MAPAN namanya teh yayat dia adalah tokoh komunitas," kata Hendra pada salah satu ruangan meeting di kantor mapan yang menyerupai lokasi asli warung teh Tayat. "Nah ini kita sekarang berada di ruangannya teh Yayat. Sebegitu inspirasionalnya dia untuk kita, sehingga kita buatkan ruangan ini dan memang di rumah ini ada warungnya. "
Ruangan meeting yang terinspirasi dari warung teh Yayat itu didominasi warna dekorasi kuning serta terlihat jualan makanan kecil dan minuman seperti warung pengecer secara umum di Indonesia.
Teh yayat bercerita, di cilegon tetangga-tetangganya kesulitan kalau sudah mendekati lebaran, karena biasanya kan mau masak opor. Sedangkan masak opor itu butuh waktu yang lama tetapi mereka hanya mempunyai satu panci press untuk digunakan oleh beberapa keluarga. Karena hanya tersedia satu panci, "masaknya lama, akan susah gitu kan nunggu."
Hendra coba menggambarkan keluhan teh Yayat.
"Teh Yayat bilang 'kalau kita punya anggota yang banyak, kenapa Mapan ga coba bantu untuk mulai berjualan barang sehingga kebutuhan-kebutuhan keluarga Indonesia bisa terpenuhi.'"
Akhirnya dari usulan teh Yayat Mapan mencari panci press yang harganya bagus dan kualitasnya juga bagus. Setelah dapat barangnya, kita datang ke teh Yayat dengan panci yang harganya Rp 250 ribu harganya lalu tim Mapan bertanya "menurut teh yayat gimana?".
"Teh yayat setuju harganya murah dan kualitasnya oke tetapi menurut dia keluarga disana pasti tidak mampu untuk bayar Rp 250 ribu walaupun harganya sudah murah, mampunya hanya 50 ribu sebulan," ujarnya.
Akhirnya teh yayat mengusulkan "gimana kalau kita bikin arisan aja ya. Kalau kita bikin
arisan 5 keluarga setiap keluarga menyumbang Rp 50 ribu setiap bulan terkumpul Rp 250 ribu."
Hendra menggambarkan jika terkumpul lima anggota arisan untuk mendapatkan barang Rp 250 ribu. Seharusnya dalam lima bulan, setiap bulan di kocok dan keluarlah satu panci. Namun perbedaanya, Mapan menyediakan sistem arisan digital dengan iuran dan barang yang berbeda untuk setiap anggota.
"Kan harusnya 5 bulan lagi semua (setiap anggota) dapat panci yang sama. Dari sana, muncul idealis Mapan lalu trus kita kembangkan dan akhirnya barangnya bisa beda-beda setiap anggota."
Next Page
Arisan produk
Pages
Most Popular