Trump Kembali Ancam Facebook, Twitter, dan Google

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
29 August 2018 12:40
Trump Kembali Ancam Facebook, Twitter, dan Google
Foto: Aristya Rahadian Krisabella
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali mengeluarkan ancaman terhadap Facebook, Twitter dan Google di hari Selasa (28/8/2018) siang. Dia berkata ketiga media sosial itu "memasuki area yang sangat, sangat bermasalah dan mereka harus berhati-hati".

"Google sungguh sudah mengambil keuntungan dari banyak orang dan menurut saya itu adalah hal yang sangat serius dan itu adalah tuntutan yang sangat serius," kata Trump kepada para jurnalis seusai melakukan rapat dengan presiden FIFA Gianni Infantino. "Sebaiknya mereka berhati-hati karena mereka tidak bisa melakukan itu ke masyarakat."
[Gambas:Video CNBC]

Ketika diminta respons terkait komentar Trump, seorang juru bicara Twitter merujuk pada pernyataan dan kesaksian di hadapan Kongres AS sebelumnya yang menyangkal segala bentuk bias konservatif di platform-nya. Sementara itu, juru bicara Facebook tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar, dilansir dari CNBC International.

Sebelumnya pada hari Selasa, Trump menuduh Google mengubah hasil pencarian untuk memprioritaskan berita negatif dan media sayap kiri. Dia juga memperingatkan bahwa masalah tersebut "akan ditangani".

Trump mengatakan dalam sebuah cuitan di Twitter bahwa raksasa teknologi mesin pencarian itu telah "mencurangi" berita yang menyebabkan hasil pencarian menampilkan sebagian besar berita "buruk" tentangnya dan anggota kubu konservatif lainnya.

"Hasil pencarian Google untuk 'Trump News' hanya menunjukkan pandangan/reportase Fake News Media [Media Kabar Bohong]," kata presiden.

"Dengan kata lain, mereka MENCURANGINYA, untuk saya dan lainnya, sehingga hampir semua berita dan informasi itu BURUK. Fake CNN yang menonjol. Republik/Konservatif dan Fair Media [media adil] dibungkam."

Trump menambahkan, "Ilegal? 96% hasil dari 'Trump News' berasal dari Media Nasional Bersayap Kanan, sungguh berbahaya. Google dan yang lainnya menekan suara-suara Konservatif dan menyembunyikan informasi dan berita yang baik. Mereka mengendalikan apa yang kita bisa dan tidak bisa lihat. Ini adalah situasi yang sangat serius-akan ditangani!"

Perusahaan Teknologi Termahal di DuniaFoto: Aristya Rahadian Krisabella
Perusahaan Teknologi Termahal di Dunia
Sekitar pukul 11:00 ET, Trump menghapus cuitan asli itu dan kembali menuliskan cuitan dengan bahasa yang sebenarnya identik.

"Ketika pengguna mengetikkan pertanyaan di kolom Pencarian Google, tujuan kami adalah memastikan mereka menerima jawaban paling relevan dalam hitungan detik," kata Juru Bicara Google dalam sebuah pernyataan hari Selasa.

"Pencarian tidak digunakan untuk mengatur agenda politik dan kami tidak membuat hasil kami bias terhadap ideologi politik apapun. Setiap tahun, kami merilis ratusan perbaikan di algoritma kami untuk memastikan mereka menampilkan konten berkualitas tinggi dalam merespons pertanyaan-pertanyaan pengguna. Kami terus bekerja untuk meningkatkan Pencarian Google dan kami tidak pernah menggolongkan hasil pencarian guna memanipulasi sentimen politik."

Trump juga memuji kinerja indeks Nasdaq Composite, yang naik menjadi di atas 8.000 poin untuk pertama kalinya dalam sejarah pada hari Senin (27/8/2018).

"NASDAQ telah melaju di atas 8000 untuk pertama kalinya dalam sejarah!"

Alphabet selaku perusahaan induk Google adalah kunci pendorong kinerja Nasdaq. Harga saham perusahaan itu tertekan setelah Trump mengeluarkan komentarnya itu, sehingga harganya turun sekitar 0,5%.

Di hari Selasa, Larry Kudlow selaku Penasehat Ekonomi Trump mengatakan kepada Bloomberg bahwa Gedung Putih "memeriksa" apakah Google menyembunyikan artikel-artikel positif tentang presiden. Kudlow tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai rincian pemeriksaan yang dilakukan Gedung Putih.

Beberapa pemberitaan menyebut presiden merujuk pada laporan yang tidak ilmiah dari situs berita konservatif PJ Media.

Situs tersebut mengklaim bahwa 96% hasil pencarian Google untuk kata "Trump" menunjukkan pemberitaan sayap kiri. Laporan itu memasukkan berbagai media, termasuk CNN, The Washington Post, dan The Guardian, ke dalam spektrum politik beraliran kiri. Sementara Fox News, New York Post, dan Daily Mail masuk ke kategori media beraliran kanan.


Trump berkomentar di waktu yang tepat. Pasalnya, para perwakilan Google, Facebook, dan Twitter akan bersaksi di hadapan Kongres minggu depan. Mereka akan mendiskusikan penyensoran dan campur tangan pemilu.

Untuk kedua kalinya, para perwakilan dari semua perusahaan terkait akan menghadiri sidang di Capitol Hill untuk membahas kekhawatiran tentang campur tangan dalam pemilu.

Fakta tentang FacebookFoto: Edward Ricardo
Fakta tentang Facebook
Bagi Facebook, sidang semacam ini akan menjadi yang ketiga kalinya setelah CEO Mark Zuckerberg diinterogasi terkait skandal kebocoran data Cambridge Analytica di awal tahun ini. Direktur Eksekutif Twitter Jack Dorsey dan Direktur Operasional Facebook Sheryl Sandberg ada di antara para pejabat perusahaan yang memastikan hadir dalam persidangan tersebut.

Facebook dan Twitter telah menangguhkan ratusan akun menjelang pemilu paruh waktu di bulan November demi menghindari campur tangan dari pemain luar negeri.

Pekan lalu, Facebook telah menghapus 652 laman, grup, dan akun terkait Iran karena "perilaku tidak otentik terkoordinasi" yang menargetkan masyarakat AS, Inggris, Amerika Latin dan Timur Tengah. Sampai hari Selasa, Twitter sudah menghapus 770 akun karena "manipulasi yang terkoordinasi" menjelang pemilu paruh waktu.

Seluruh komentar Trump muncul untuk menggambarkan pandangan yang lebih luas di kalangan konservatif bahwa platform digital menyensor mereka.

Belakangan, presiden juga menuduh Twitter melakukan "shadow banning" atau pemblokiran diam-diam terhadap anggota terkemuka dari Partai Republik dan menyebut praktik tersebut "diskriminasi dan ilegal". Diduga, langkah tersebut dilakukan untuk membatasi hasil pencarian. Twitter sudah membantah klaim tersebut.


Kemudian di awal bulan ini, berbagai perusahaan teknologi termasuk Apple, Facebook, YouTube, Pinterest, dan Spotify melakukan tindakan terhadap konten dari ahli teori konspirasi sayap kanan Alex Jones. Mereka menghapus podcast, laman, dan konten lainnya.

Perusahaan-perusahaan teknologi berkata mereka menghapus konten Jones karena melanggar berbagai kebijakan terkait ujaran kebencian dan pelecehan.

"Apple tidak menoleransi ujaran kebencian, dan kami memiliki pedoman jelas bahwa para kreator dan pengembang harus mengikutinya untuk memastikan kami menyediakan lingkungan yang aman bagi semua pengguna kami," kata Apple saat itu.

Beberapa komentator sayap kanan telah mengkritisi penghapusan masal terhadap konten Jones dan menyebut langkah tersebut sama dengan penyensoran.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular