Perkembangan Teknologi

Bank Virtual Segera Guncang Industri Keuangan Hong Kong

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
19 July 2018 13:34
Bank Virtual Segera Guncang Industri Keuangan Hong Kong
Foto: Keith Tsuji/CNBC
Jakarta, CNBC Indonesia - Hong Kong yang memimpin sektor perbankan dan keuangan global sedang bersiap menghadapi kedatangan bank virtual, institusi keuangan tanpa cabang fisik di mana semua transaksi dilakukan secara daring (online).

Otoritas ingin meningkatkan posisi Hong Kong dalam teknologi finansial (financial technology/fintech) sebagai bagian dari ambisi yang lebih luas untuk mengubah wilayah semi-otonom China itu menjadi "kota pintar" atau smart city. Hal ini dilakukan di tengah menguatnya kompetisi digital global dan kawasan.

Regulator keuangan Hong Kong Monetary Authority (HKMA) merilis pedoman yang direvisi untuk bank-bank virtual pada akhir bulan Mei setelah berkonsultasi dengan para pemangku kepentingan, termasuk Hong Kong Association of Banks.

HKMA mengatakan lebih dari 50 perusahaan telah menunjukkan ketertarikannya terhadap izin tersebut. Perusahaan memiliki tenggat waktu sampai akhir bulan Agustus untuk kelompok pertama, di mana lisensinya akan terbit paling cepat tahun ini.

Platform pembayaran lokal Yedpay dan bank internasional Standard Chartered berkata mereka berencana untuk mengajukan permohonan izin, sementara itu operator pinjaman online WeLab kabarnya menjadi salah satu perusahaan yang berharap bisa memperoleh lisensi.


"Perkembangan bank virtual akan mendorong penerapan teknologi finansial dan inovasi di Hong Kong, serta menawarkan jenis pengalaman nasabah yang baru," kata HKMA.

Kehadiran para pendatang baru di dalam ekosistem perbankan Hong Kong yang berkembang dengan pesat disambut sebagai hal positif dalam jangka panjang yang sudah memperoleh perhatian para raksasa keuangan. Beberapa yang mulai menaruh perhatiannya, selain Standard Chartered, adalah HSBC dan Bank of China (Hong Kong).

"Mereka paham bahwa para pendatang baru ini; perusahaan teknologi, mereka mengancam bank-bank tradisional," kata Sonny Hsu, Vice President dan Senior Credit Officer di Kelompok Institusi Keuangan di Moody's Investor Service, kepada CNBC International.

"Mereka harus menyesuaikan penawarannya, mereka harus menawarkan layanan yang lebih baik ke nasabah, lebih nyaman, kemampuan pembayaran lebih cepat," kata Hsu. "Jadi ini bukan seperti petahana yang hanya duduk diam dan merasa puas." Bank-bank mapan di Hong Kong tentu meningkatkan penawaran layanan perbankan daring sebagai bagian dari tren global ketika para nasabah menyambut berbagai keuntungan seperti kenyamanan, transparansi, dan biaya transaksi lebih murah.

Standard Chartered menunjukkan bahwa pengenalan nama (name recognition) akan menjadi poin tambahan.

"Masyarakat tidak menginginkan rekening lain dengan merek berbeda, mereka menginginkan kehidupan finansial yang disederhanakan," kata Samir Subberwal, Kepala Perbankan Ritel Kawasan untuk China dan Asia Timur di Standard Chartered, dalam sebuah rilis yang mengumumkan niat perusahaan dalam mengajukan lisensi bank virtual.

Bank-bank virtual akan diwajibkan untuk memiliki kantor fisik di Hong Kong untuk berurusan dengan HKMA dan pertanyaan maupun keluhan nasabah. Namun, mereka tidak perlu mengeluarkan terlalu banyak dana untuk bangunan dan jaringan kantor kepegawaian.

Meskipun begitu, keuntungan sebenarnya hanya berhenti di situ karena bank-bank virtual sebagian besar akan menghadapi aturan yang sama seperti bank tradisional. Aturan-aturan tersebut termasuk persyaratan modal yang ketat sehingga mereka memiliki sedikit pilihan bantuan selain menawarkan ketentuan yang lebih menarik atau pengalaman digital yang lebih baik untuk menarik nasabah.


"Mereka dikenakan regulasi yang sama, jadi mereka harus berkompetisi berdasarkan basis yang setara dengan bank," kata Hsu. Dia menekankan bahwa HKMA ingin meningkatkan kompetisi sembari berhati-hati untuk menghindari menanam bibit ketidakstabilan perbankan di masa depan.

Dengan kata lain, bank-bank virtual memiliki sedikit ruang untuk terlibat di dalam "arbitrase peraturan" atau mengambil untung dari celah peraturan demi memperoleh keunggulan dari pesaing-pesaing yang lebih besar.

"Mereka harus berkompetisi untuk menawarkan biaya layanan yang lebih rendah daripada bank-bank internasional," kata Hsu. "Jika tidak, akan ada sedikit insentif bagi konsumen untuk beralih ke platform-platform baru."

Lembaga konsultan KPMG mengatakan dalam sebuah laporan di bulan April bahwa pengenalan bank virtual di Hong Kong pada akhrinya akan meningkatkan daya saing secara keseluruhan.

Teknologi yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi finansial menurunkan biaya dan membantu nasabah tanpa catatan kredit untuk memperoleh pinjaman yang tidak bisa mereka dapatkan dari bank-bank tradisional.

"Ini bisa meningkatkan inklusi keuangan secara signifikan dan mendorong bank-bank tradisional untuk semakin mengembangkan platform mereka, dengan demikian menaikkan patokan di seluruh indusri," kata KPMG.
(prm) Next Article Ini Reformasi Digital OJK di 2020

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular