
Cryptocurrency
Kian Besar Transaksi, Potensi Macet Koin Digital Tinggi
Roy Franedya, CNBC Indonesia
18 June 2018 10:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Tidak ada ukuran yang pasti untuk mata uang digital (Cryptocurrency) dan lebih mudah bergejolak harganya karena masalah kepercayaan dan efisiensi di tengah semakin banyaknya jumlah penggunannya. Ini merupakan hasil penelitian terbaru Bank of International Settlements (BIS).
Untuk bisa digunakan pada jaringan besar, uang memerlukan kepercayaan akan stabilitas nilai dan kemampuan untuk mengukur efesiensi. Kepercayaan dapat hilang seketika karena jaringan terdesentralisasi yang rapuh.
BIS mengungkapkan jaringan terdesentralisasi ini rentan mengalami kemacetan ketika semakin besar transaksi dan penggunaan. Alhasil, menciptakan biaya transaksi tinggi dari mata yang digital. Hal ini sudah terlihat dari transaksi Bitcoin dimana ada batasan transaksi per detik yang dapat ditangani.
"Kepercayaan dapat menguap setiap saat karena rapuhnya konsensus yang terdesentralisasi melalui mana transaksi dicatat. Ketika fungsi tersebut berhenti mengakibatkan hilangnya nilai," tulis lembaga internasional berbasis di Swiss dalam laporannya, seperti dilansir CNBC International, Minggu (17/6/2018).
Kepala Riset BIS Hyun Song Shin mengatakan mata uang suatu negara memiliki nilai karena memiliki pengguna, tetapi banyak orang yang memegang cryptocurrency dengan tujuan murni untuk spekulatif.
"Tanpa pengguna, itu hanya akan menjadi token yang tidak berguna. Itu benar, entah itu selembar kertas dengan wajah di atasnya, atau token digital," katanya, membandingkan koin virtual ke kartu bisbol atau Tamagotchi.
Ketergantungan pengguna pada apa yang disebut penambang untuk mencatat dan memverifikasi transaksi crypto juga cacat, membutuhkan penggunaan energi yang besar dan mahal.
Lembaga ini telah mengeluarkan serangkaian peringatan pada tahun ini setelah kenaikan signifikan pada harga cryptocurrency. Agustin Carstens, manajer umum BIS, telah mendeskripsikan Bitcoin sebagai "kombinasi dari gelembung, skema Ponzi dan bencana lingkungan".
BIS telah mengatakan kepada bank sentral untuk berpikir keras tentang potensi risiko sebelum mengeluarkan cryptocurrency mereka sendiri. Tidak ada bank sentral yang mengeluarkan mata uang digital, meskipun Riksbank di Swedia, di mana penggunaan uang tunai telah jatuh, sedang mempelajari e-krona ritel untuk pembayaran kecil.
BIS juga mengatakan dalam laporan tahunannya bahwa peraturan yang efektif dari koin digital harus bersifat global, menargetkan lembaga keuangan yang diatur serta perusahaan yang menawarkan layanan terkait uang digital.
(roy/hps) Next Article Jangan Iri, Investor Bitcoin Cuan Rp 34 Juta Dalam Sebulan
Untuk bisa digunakan pada jaringan besar, uang memerlukan kepercayaan akan stabilitas nilai dan kemampuan untuk mengukur efesiensi. Kepercayaan dapat hilang seketika karena jaringan terdesentralisasi yang rapuh.
Kepala Riset BIS Hyun Song Shin mengatakan mata uang suatu negara memiliki nilai karena memiliki pengguna, tetapi banyak orang yang memegang cryptocurrency dengan tujuan murni untuk spekulatif.
"Tanpa pengguna, itu hanya akan menjadi token yang tidak berguna. Itu benar, entah itu selembar kertas dengan wajah di atasnya, atau token digital," katanya, membandingkan koin virtual ke kartu bisbol atau Tamagotchi.
Ketergantungan pengguna pada apa yang disebut penambang untuk mencatat dan memverifikasi transaksi crypto juga cacat, membutuhkan penggunaan energi yang besar dan mahal.
Lembaga ini telah mengeluarkan serangkaian peringatan pada tahun ini setelah kenaikan signifikan pada harga cryptocurrency. Agustin Carstens, manajer umum BIS, telah mendeskripsikan Bitcoin sebagai "kombinasi dari gelembung, skema Ponzi dan bencana lingkungan".
BIS telah mengatakan kepada bank sentral untuk berpikir keras tentang potensi risiko sebelum mengeluarkan cryptocurrency mereka sendiri. Tidak ada bank sentral yang mengeluarkan mata uang digital, meskipun Riksbank di Swedia, di mana penggunaan uang tunai telah jatuh, sedang mempelajari e-krona ritel untuk pembayaran kecil.
BIS juga mengatakan dalam laporan tahunannya bahwa peraturan yang efektif dari koin digital harus bersifat global, menargetkan lembaga keuangan yang diatur serta perusahaan yang menawarkan layanan terkait uang digital.
(roy/hps) Next Article Jangan Iri, Investor Bitcoin Cuan Rp 34 Juta Dalam Sebulan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular