Cryptocurrency

Terkonsentrasi pada Segelintir Orang, Masih Percaya Bitcoin?

Arys Aditya, CNBC Indonesia
13 June 2018 12:27
Saat ini, kepemilikan bitcoin yang merupakan mata uang digital paling populer itu makin terkonsentrasi ke segelintir orang.
Foto: REUTERS/Dado Ruvic
Jakarta, CNBC Indonesia - Bitcoin tidak lagi dianggap sebagai alat kebebasan seperti yang didengungkan oleh pegiatnya. Saat ini, kepemilikan mata uang digital paling populer itu makin terkonsentrasi ke segelintir orang.

Dilansir dari AFP, Rabu (13/6/2018), sekitar 1.000 pemilik atau 0,09% dari total pemilik Bitcoin yang mencapai 11 juta, memiliki 35,4% dari keseluruhan Bitcoin yang beredar saat ini sebanyak 17 juta bitcoin. 

The BitInfoCharts juga menyebut bahwa 10 pemilik terbanyak bitcoin memiliki 5,96% dari seluruh Bitcoin. Para pemaik kakap ini disebut oleh analis bisa mengendalikan pergerakan harga Bitcoin.

"Para pemain kakap ini bisa mengendalikan harga Bitcoin. Mereka bisa mendikte kebijakan moneter, yang normalnya menjadi fungsi dari bank sentral atau pemerintah," ujar Bob McDowall, analis Bitcoin.

Sebagaimana manifesto penemunya Satoshi Nakamoto, hanya akan ada 21 juta Bitcoin yang beredar. Kelangkaan ini sempat memicu gelombang besar demam Bitcoin hingga sempat mengerek harga mata uang digital paling populer ini ke level tertinggi US$ 19.500 setara Rp 263 juta per unit bitcoin.

Dalam perdagangan sepanjang Senin dan Selasa pekan ini, 100 transaksi terbesar bitcoin, dari total 200.000 transaksi, mencatatkan 24% dari nilai transaksi sepanjang periode tersebut. 

Hal itu disebut tidak akan terjadi dalam bursa manapun dan menunjukkan level konsentrasi yang sangat tinggi dalam bursa Bitcoin.

"Dalam pasar uang yang memiliki transaksi lebih banyak transaksi, salah satu pemain tidak akan memiliki pengaruh untuk pasar secara keseluruhan," kata analis platform perdagangan mata uang Oanda, Craig Erlam.

Dengan konsentrasi pasar tersebut, para pemain kakap bisa menghindari kerugian besar dalam transaksi. Caranya, mereka akan saling mengintip satu sama lain sebelum mengambil posisi. Aksi ini kemudian mengundang kecurigaan dari regulator di banyak negara.

Pada Mei, Otoritas AS menggelar investigasi kriminal dengan tuduhan bahwa pasar Bitcoin dan mata uang virtual lainnya menjadi ladang manipulasi dan 'spoofing'-yaitu ketika para pemain besar mengambil posisi palsu, memasang bid (tawaran) lalu menariknya dengan cepat untuk menggerakkan pasar.

Meski demikian, Chainalysis melalui risetnya menyatakan konsentrasi itu sudah jauh menurun sejak 2017. Beberapa investor jangka panjang juga dilaporkan telah menjual aset digital mereka.

Pasar Bitcoin, menurut lembaga itu, kini banyak dimasuki oleh para pemain yang memiliki tipikal spekulan, yang cenderung memegang bitcoin dalam jumlah kecil tapi sering melakukan transaksi.

"Suplai Bitcoin yang tersedia untuk diperdagangkan kini meningkat 57% sejak Desember tahun lalu," ungkap riset tersebut.



(roy) Next Article Jangan Iri, Investor Bitcoin Cuan Rp 34 Juta Dalam Sebulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular