Perkembangan Teknologi

Terapkan Teknologi 5G, Operator Dapat Pendapatan Rp 81 T

Lynda Hasibuan, CNBC Indonesia
18 April 2018 09:07
Menurut studi terbaru Ericsson tentang peningkatan mobile broadband, teknologi 5G akan menekan biaya hingga 10 kali lebih rendah per gigabyte dibanding 4G.
Foto: Lynda Hasibuan
Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan multinasional yang menghasilkan berbagai macam produk telekomunikasi, Ericsson meluncurkan perangkat lunak (software)  komersial 5G Radio Access Network (RAN). Perangkat lunak jaringan radio 5G melengkapi apa yang telah diluncurkan Ericsson sebelumnya, yaitu baseband dan radio 5G. 

Teknologi ini akan memenuhi kebutuhan lalu lintas data yang terus bertambah menjadi lebih efisien, dan memungkinkan akses ke konten multimedia, seperti streaming video 4K/8K dan virtual/augmented reality. Menurut studi ekonomi baru Ericsson tentang peningkatan mobile broadband, pemanfaatan teknologi 5G akan menekan biaya hingga 10 kali lebih rendah per gigabyte dibanding teknologi 4G saat ini.

Mengetahui tingginya manfaat jaringan ini, Ericsson menemukan bahwa operator dapat memperoleh pendapatan tambahan hingga US$ 619 miliar (36% dari perkiraan pendapatan layanan mereka sebesar US$ 1,7 triliun pada tahun 2026. Mereka dapat mencapai ini dengan menjadikan transformasi digital dari industri lain sebagai target, seperti otomotif dan manufaktur dengan menggunakan teknologi 5G-IoT. 

Untuk Indonesia, pada tahun 2026 akan ada peluang tambahan pendapatan sebesar US$ 6 miliar atau Rp 81 triiliun (30%) bagi operator telekomunikasi yang menangani digitalisasi industri dengan teknologi 5G. Peluang pendapatan terbesar terkait 5G untuk operator adalah di sektor manufaktur, energi, dan utilitas.

"Awal  tahun ini, Ericsson telah merilis Laporan The industry impact of 5G report, berdasarkan temuan dari 900 lebih perusahaan dengan 1.000 karyawan lebih di 10 industri yang berbeda. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa uji coba kasus penggunaan 5G akan dimulai pada tahun 2018," ujar Jerry Soper, President Director Ericsson Indonesia saat acara Peluncuran Perangkat Lunak 5G dari Ericcson di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (17/04/ 2018).

Dia menuturkan bahwa setelah kegiatan meningkat pesat, disinyalir akan ada lebih dari 70 persen perusahaan menargetkan untuk memproduksi layanan pemanfaatan 5G di tahun 2021. Sedangkan manufaktur, energi dan utilitas, transportasi umum dan jasa keuangan industri adalah sektor yang kemungkinan besar paling dulu memproduksi pemanfaatan teknologi ini pada tahun 2020. 

Tidak hanya itu, studi Ericsson Consumer Lab Towards a 5G consumer future; Six Calls to Action from consumers for operators to rethink mobile broadband  memberikan gambaran apa yang dipikirkan konsumen di Indonesia tentang 5G. Bila selama ini diketahui, bahwa konsumen tidak tertarik dengan layanan 5G, maka 84 persen pengguna smartphone di Indonesia sangat tertarik menggunakan layanan 5G, dan 54% di antaranya bahkan bersedia membayar.

Kemudian, 66% pengguna ponsel pintar di Indonesia menyatakan bahwa mereka akan menggunakan 5G dalam waktu 2 tahun sejak diluncurkan dan memperkirakan sebagian besar layanan 5G akan menjadi mainstream setelah 3-4 tahun dari waktu peluncuran. Selain itu, 64% pengguna smartphone di Indonesia membayangkan akan mengakhiri pembayaran untuk setiap gigabyte yang dikonsumsi saat menggunakan teknologi 5G di masa datang. 

"Berbagai temuan ini menunjukkan  bagaimana konsumen Indonesia yang paham teknologi terus mendorong perkembangan TIK di Indonesia. Selain itu, temuan yang sama juga menunjukkan adanya prospek pendapatan yang signifikan bagi operator Indonesia melalui penyelenggaraan 5G. Maka dari itu, operator Indonesia harus memastikan jaringan 4G mereka sudah siap untuk 5G," kata dia.


(roy/roy) Next Article Lepas Huawei, Softbank Pakai Ericsson & Nokia

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular