
Setelah Kalahkan Uber, Grab Siap Kembangkan Fintech
Herdaru Purnomo & Prima Wirayani, CNBC Indonesia
03 April 2018 11:41

Jakarta, CNBC Indonesia - "Ini adalah sesuatu yang saya impikan," kata co-founder dan CEO Grab Anthony Tan ketika ia mengenang kembali keinginannya mengalahkan raksasa pemesanan transportasi online asal San Francisco, Amerika Serikat (AS), Uber di kampung halamannya sendiri.
Berbicara kepada CNBC International hanya beberapa hari setelah setelah pengumuman Grab mengambil alih bisnis Uber di Asia Tenggara, Tan mengakui menjadi pemenang tidak selalu mudah. Tentu saja ada perdebatan, sambungnya, mengenai apakah keputusan memberikan 27,5% saham perusahaan kepada Uber sebagai ganti pembelian bisnisnya adalah jumlah yang tepat, dilansir dari CNBC International.
[Gambas:Video CNBC]
Sebelumnya, CEO Uber Dara Khosrowshahi mengatakan kepemilikan saham itu bernilai beberapa miliar dolar.
Namun, Tan tidak menghabiskan waktunya dalam perdebatan itu. Ia mengaku sedang memfokuskan dirinya untuk menyelesiakan masalah Asia Tenggara selanjutnya, yaitu banyaknya orang yang belum memiliki akses perbankan atau unbanked dan membuat "mereka yang tidak terlihat menjadi terlihat".
Sejak mendapatkan pendanaan senilai US$2 miliar (Rp 27,5 triliun) dari sebuah konsorsium yang dipimpin oleh Softbank dan Didi Chuxing bulan Juli tahun lalu, Grab sedang bergerak cepat menghubungkan jutaan mereka yang tak terlihat itu dengan jasa keuangan Grab.
Dompet elektronik GrabPay yang diluncurkan di Asia Tenggara bulan November lalu adalah langkah awal perusahaan memperkenalkan jasa pembayaran peer-to-peer. Terobosan financial technology (fintech) tersebut mendapat momentum bulan lalu ketika Grab menandatangani perjanjian joint venture dengan Credit Saison dari Jepang untuk membentuk Grab Financial Services.
Di hari yang sama, Grab mengumumkan kerja sama dengan raksasa asuransi Chubb untuk produk asuransi dalam aplikasi.
Namun, Grab akan menghadapi pesaing yang lebih kuat daripada Uber. Raksasa teknologi China juga ikut berkompetisi di celah bisnis tersebut. Tencent dengan WeChat Pay dan Alibaba dengan Ant Financial juga telah mengumumkan rencana ekspansinya ke Asia Tenggara.
Tetapi, Tan memilih membuka pintu kerja sama daripada mesti mengalahkan raksasa-raksasa itu.
"Saya kira Ant Financial adalah sebuah perusahaan yang sangat baik untuk kami sebab kami bisa bekerja dengan banyak sekali rekanan. Kami tidak terpaku pada siapa yang merupakan rekanan terbaik... kami memikirkan apakah masalah terbesar itu dan bagaimana kami menyelesaikannya," kata Tan.
Kerja sama itu bisa jadi sangat berguna dalam usaha Grab memenangi medan pertempuran terbesarnya: Indonesia.
Aplikasi transportasi online lokal Indonesia, Go-Jek, juga sedang berinvestasi di fintech untuk menarik jutaan orang yang belum memiliki rekening perbankan.
Namun, Tan yakin Grab telah menjadi pemimpin di sektor transportasi online Indonesia, tempatnya menghabiskan sebagian besar waktunya.
"Dan sekarang karena kami terus berinvestasi di Indonesia, kami sangat yakin sekarang kami dapat menjadi pemain nomor satu di sektor [jasa pesan antar] makanan dengan aset Uber Eats. Kemudian, dengan terus mengembangkan GrabPay, Grab Financial, layanan itu akan menyebar ke seluruh wilayah," kata Tan.
CEO Grab itu berharap dengan memperkuat posisinya sebagai layanan pemesanan transportasi online dan jasa pesan antar makanan di pasar yang penting, seperti Indonesia, Grab akan dengan lebih mudah menarik klien-klien jasa keuangan melalui berbagai promosi silang.
Next Article Terungkap! Alasan Uber Menyerah Lawan Grab & Gojek di RI
Berbicara kepada CNBC International hanya beberapa hari setelah setelah pengumuman Grab mengambil alih bisnis Uber di Asia Tenggara, Tan mengakui menjadi pemenang tidak selalu mudah. Tentu saja ada perdebatan, sambungnya, mengenai apakah keputusan memberikan 27,5% saham perusahaan kepada Uber sebagai ganti pembelian bisnisnya adalah jumlah yang tepat, dilansir dari CNBC International.
[Gambas:Video CNBC]
Sebelumnya, CEO Uber Dara Khosrowshahi mengatakan kepemilikan saham itu bernilai beberapa miliar dolar.
Sejak mendapatkan pendanaan senilai US$2 miliar (Rp 27,5 triliun) dari sebuah konsorsium yang dipimpin oleh Softbank dan Didi Chuxing bulan Juli tahun lalu, Grab sedang bergerak cepat menghubungkan jutaan mereka yang tak terlihat itu dengan jasa keuangan Grab.
Dompet elektronik GrabPay yang diluncurkan di Asia Tenggara bulan November lalu adalah langkah awal perusahaan memperkenalkan jasa pembayaran peer-to-peer. Terobosan financial technology (fintech) tersebut mendapat momentum bulan lalu ketika Grab menandatangani perjanjian joint venture dengan Credit Saison dari Jepang untuk membentuk Grab Financial Services.
Di hari yang sama, Grab mengumumkan kerja sama dengan raksasa asuransi Chubb untuk produk asuransi dalam aplikasi.
Namun, Grab akan menghadapi pesaing yang lebih kuat daripada Uber. Raksasa teknologi China juga ikut berkompetisi di celah bisnis tersebut. Tencent dengan WeChat Pay dan Alibaba dengan Ant Financial juga telah mengumumkan rencana ekspansinya ke Asia Tenggara.
Tetapi, Tan memilih membuka pintu kerja sama daripada mesti mengalahkan raksasa-raksasa itu.
"Saya kira Ant Financial adalah sebuah perusahaan yang sangat baik untuk kami sebab kami bisa bekerja dengan banyak sekali rekanan. Kami tidak terpaku pada siapa yang merupakan rekanan terbaik... kami memikirkan apakah masalah terbesar itu dan bagaimana kami menyelesaikannya," kata Tan.
Kerja sama itu bisa jadi sangat berguna dalam usaha Grab memenangi medan pertempuran terbesarnya: Indonesia.
Aplikasi transportasi online lokal Indonesia, Go-Jek, juga sedang berinvestasi di fintech untuk menarik jutaan orang yang belum memiliki rekening perbankan.
Namun, Tan yakin Grab telah menjadi pemimpin di sektor transportasi online Indonesia, tempatnya menghabiskan sebagian besar waktunya.
"Dan sekarang karena kami terus berinvestasi di Indonesia, kami sangat yakin sekarang kami dapat menjadi pemain nomor satu di sektor [jasa pesan antar] makanan dengan aset Uber Eats. Kemudian, dengan terus mengembangkan GrabPay, Grab Financial, layanan itu akan menyebar ke seluruh wilayah," kata Tan.
CEO Grab itu berharap dengan memperkuat posisinya sebagai layanan pemesanan transportasi online dan jasa pesan antar makanan di pasar yang penting, seperti Indonesia, Grab akan dengan lebih mudah menarik klien-klien jasa keuangan melalui berbagai promosi silang.
Next Article Terungkap! Alasan Uber Menyerah Lawan Grab & Gojek di RI
Most Popular