Cryptocurrency

Analis: Pergerakan Bitcoin Mendekati Kasus Bubble Dot-Com

Roy Franedya, CNBC Indonesia
20 March 2018 13:00
Kenaikan harga Bitcoin lebih cepat 15 kali dari kenaikan harga saham dot-com di Bursa Nasdaq, AS.
Foto: REUTERS/Dado Ruvic
Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan harga Bitcoin sudah menyerupai pergerakan harga beberapa emiten dot-com ketika terjadinya bubble (Penggelembungan) di Bursa Nasdaq. Hal ini merupakan hasil penelitian yang diterbitkan oleh Morgan Stanley pada Senin (19/3/2018).

Kesamaannya terlihat dari reli kenaikan harga yang mencapai 250% hingga 280% ketika memasuki 'periode paling menggairah' pada saat pasar menguat. "Hanya saja reli Bitcoin memiliki kecepatan 15 kali lebih cepat," ujar Sheena Shah, Ahli Strategi dari Morgan Stanley, seperti dikutip dari CNBC International.

Pergerakan harga dan volume transaksi perdagangan yang signifikan menjadi tanda-tanda terulangnya kasus pecahnya gelembung (bubble) di Nasdaq. Sejak diciptakan pada 2009, Bitcoin telah mengalami penurunan harga antara 28% hingga 92% sebanyak empat kali.

Menurut CoinDesk, harga Bitcoin telah turun sebanyak 70% menjadi US$ 7.000/btc atau setara Rp 94,5 juta (asumsi US$ 1 = Rp 13.500) setelah sempat mencapai harga tertinggi sepanjang sejarah US$ 20.000/btc pada pertengahan Desember 2017.

Harga Bitcoin juga pernah turun antara 45% hingga 50% selama gelombang pelemahan pasar. Kondisi ini dilihat Shah sama dengan perilaku saham dot-com di Bursa Nasdaq 18 tahun lalu.

Shah mencatat perdagangan Bitcoin telah melonjak 300% tetapi setiap menjelang penurunan pasar volume perdagangan langsung jatuh. "Dalam kondisi reli, baik di Bitcoin dan Nasdaq, volume transaksi cepat berkurang. Peningkatan volume transaksi tak dapat diartikan investor melakukan banyak aktivitas beli tetapi buru-buru untuk keluar," tambah Shah.

Secara historis ada tiga mata uang yang paling sering digunakan untuk membeli Bitcoin. Yakni, dolar AS, yuan China dan Ten Jepang. Ketika memasuki pasar turun, transaksi terbanyak malah terjadi di mata uang digital (cryptocurrency) Tether ketimbang Bitcoin.

Menurut kreatornya, Tether merupakan uang digital yang didukung langsung dolar AS. Artinya setiap satu unit Tether setara dengan US$ 1 dan secara teori ini akan membuat nilai mata uang digital ini lebih stabil ketimbang koin digital lainnya.

"Koin Tether bukan unit pendanaan utama tetapi penggunaannya yang meningkat adalah perkembangan yang menarik," tulis Shah.

Shah menambahkan dalam beberapa tahun mendatang, Morgan Stanley melihat akan ada perubahan fokus pasar menuju perdagangan silang antar koin digital yang akan didistribusikan melalui hanya melalui ledger tanpa menggunakan sistem perbankan.

(roy/roy) Next Article Jangan Iri, Investor Bitcoin Cuan Rp 34 Juta Dalam Sebulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular