Cryptocurrency

Gawat! Menambang Bitcoin Tak Lagi Menguntungkan

Roy Franedya, CNBC Indonesia
16 March 2018 11:41
Dalam perhitungan Fundstrat, break even point menambang Bitcoin mencapai US$ 8.038 dan saat ini Harga Bitcoin berada dikisaran tersebut.
Foto: REUTERS/Dewey Sim
Jakarta, CNBC Indonesia - Kejatuhan harga Bitcoin ke bawah US$ 8.500/btc atau setara Rp 114,75 juta berdampak pada aktivitas penambangan (minning) Bitcoin. Berdasarkan penelitian, dengan harga tersebut memproduksi Bitcoin tidak lagi menguntungkan.

"Saat ini Bitcoin diperdagangkan setara dengan titik impas (break-event poin), berdasarkan model pertambangan yang dikembangkan tim sains kami, saat ini break-event poin Bitcoin sebesar US$ 8.038," ujar Thomas Lee dari Fundstrat dalam laporan pada Kamis (15/3/2018) seperti dikutip dalam CNBC International.

Menurut Coindesk pada kamis kemarin, harga Bitcoin sudah turun dibawah US$ 8.000. Pada tahun ini nilai terendah Bitcoin terjadi pada 8 Februari 2018 sebesar US$ 7.676,52/btc.

Bitcoin diciptakan melalui proses 'penambangan' insentif yang menggunakan daya komputasi tinggi untuk memecahkan persamaan matematis yang kompleks yang disepakati dalam jaringan dan catatan transaksi blockchain.

Dalam proses ini penambang akan mendapatkan Bitcoin untuk selesaikan persamaan tersebut. Namun bila biaya yang dikeluarkan lebih tinggi dari pendapatan dari aktivitas penambangan, maka penambang akan kehilangan insentif.

"Dalam beberapa kasus, para penambang mungkin saja mematikan mesin sampai harganya kembali naik sedikit. Perlu diketahui bahwa beberapa dari mereka mungkin akan kehilangan uang," kata Shone Anstey, salah satu pendiri dan presiden Blockchain Intelligence Group.

Penambangan Bitcoin saat ini membutuhkan perangkat keras (hardware) khusus yang harganya bisa beberapa ratus hingga ribuan dolar. Dalam produksinya, biaya yang dikeluarkan juga tak murah.

Sam Doctor, Kepala Ilmu Data Kuantitatif Fundstrat menghitung biaya listik untuk penambangan Bitcoin sekitar 6 sen dolar per kilowatt per jam. Plus biaya lainnya diperkirakan biaya penambangan yang dibutuhkan sebesar US$ 8.038.

Di pasar pertambangan bitcoin utama di China, para penambang dapat mengakses listrik yang sangat murah yang diproduksi oleh PLTA. Aturan praktis untuk dapat bersaing dengan penambang China adalah memiliki biaya listrik sebesar 4 sen dolar atau kurang per kilowatt per jam, kata Anstey. Model break-even point Fundstrat mengasumsikan rata-rata 6 sen dolar di seluruh dunia.

Penambang Cina juga memiliki insentif untuk memproduksi bitcoin tanpa biaya karena memungkinkan mereka mengirim uang ke luar negeri dan menghindari kontrol modal pemerintah. Empat dari lima bursa penukaran bitcoin terbesar di dunia adalah milik China, menurut data dari Blockchain.

Fundstat mengungkapkan pada beberapa tahun lalu beberapa penambang besar pernah mematikan operasinya ketika harga Bitcoin dikisaran US$ 3.000 hingga US$ 4.000/btc. Bahkan pada Januari 2015, ketika harga Bitcoin mendekati US$ 200/btc, aktivitas penambangan dihentikan.
(roy/roy) Next Article Jangan Iri, Investor Bitcoin Cuan Rp 34 Juta Dalam Sebulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular