Kolonialisme Zaman Now

Kini Go-Jek Jatuh ke Pelukan Investor Asing?

Roy Franedya, CNBC Indonesia
03 February 2018 10:57
Kini Go-Jek Jatuh ke Pelukan Investor Asing?
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia — Diantara deretan startup bervaluasi diatas US$ 1 miliar (Rp 13,4 triliun), Go-Jek merupakan startup yang terkenal. Perusahaan yang didirikan Nadiem Makarim Cs ini selalu mencitrakan dirinya sebagai karya anak bangsa.

Go-Jek merupakan startup pertama yang memiliki valuasi diatas US$ 1 miliar dan jadi Startup yang memiliki valuasi terbesar di Indonesia. Diperkirakan saat ini valuasinya diatas Rp 47 triliun.

Selain itu, Go-Jek jadi startup Indonesia yang paling diminati asing. Buktinya dari besarnya dana asing yang berhasil dikumpulkannya. Berdasarkan situs Crunchbase, Go-Jek telah disuntik investor lebih dari US$ 3 miliar (Rp 40,2 triliun).

Terbaru, Go-Jek mendapatkan suntikan dana US$ 1,2 miliar yang berasal dari kumpulan investor yang terdiri dari Google Inc, Temasek Holdings asal Singapura, Meituan-Dianping asal China dan entitas lainnya.

"Google salah satu dari beberapa perusahaan yang berpartisipasi dalam seri pendanaan terbaru di Go-Jek. Mereka tertarik karena model bisnis kami yang unik. Mereka juga memiliki kepercayaan kepada para pendiri dan menajemen dalam menjalankan perusahaan dan misinya," ujar Manajemen Go-Jek dalam keterangan resminya, Rabu (31/1/2018).


Menurut Crunchbase, Investor awal Go-Jek adalah Northstar Grup. Perusahaan private equity yang berkantor pusat di Singapura ini bekerja sama dengan Modal Ventura miliknya, NSI Venture dan beberapa investor menyuntikkan dana sebesar US$ 2 juta atau setara Rp 26,8 miliar.

Pada tahun 2015, Go-Jek kembali disuntik namun tak dipublikasikan dana yang didapat. Pemberi dana berasal dari NSI Venture, Sequoia Capital, Digital Sky Technologies (DST) Global.

Setahun kemudian, daftar investor asing yang masuk Go-Jek bertambah. Konsorsium investor yang dipimpin Warburg Pincus dan KKR & Co. yang menyuntikkan dana sebesar US$ 550 juta (Rp 7,37 triliun). Termasuk didalamnya Formation Grup, Farallon Capital Management, Capital Grup dan Rakuten.

Lalu pada 2017, konsorsium investor yang dipimpin Tencent Holdings menyuntikkan dana US$1.2 miliar (Rp 16,08 triliun). Selain Tencent, dalam konsorium ini ada juga Temasek Holdings, Meituan-Dianping, JD.com dan Google. 
Kini Go-Jek Jatuh ke Pelukan Investor Asing?

Melimpahnya suntikan dana ini membuat Go-Jek leluasa memperluas ekspansi bisnis, hingga juga bisa berinvestasi di sejumlah startup lokal dan luar negeri. Di halaman berikutnya, Anda dapat mengetahui aksi Go-Jek melebarkan sayap di berbagai bisnis startup. 
Selain mendapatkan suntikan dana dari investor asing, Go-Jek juga melakukan pengembangan bisnis melalui akusisi dan menjadi investor dibeberapa startup dalam dan luar negeri. Go-Jek tercatat sudah berekspansi ke Asia Selatan di Bangladesh dan India.

Go-Jek telah melakukan menjadi investor pada dua startup. Pertama, Hallodoc, startup asal Indonesia yang bergerak dalam bidang konsultasi kesehatan dan pengantaran obat. Go-Jek menyuntikkan dana US$13 juta.

Kedua, Pathoa. Startup asal Bangladesh ini menjalankan bisnis logistik dan transportasi online. Go-jek menjadi investor di startup ini dengan menyuntikkan dana US$2 juta.

Dalam akusisi, Go-Jek gemar mencaplok startup asal India. Go-Jek telah mengakuisisi empat startup. Yakni, startup Pianta. Startup ini menyediakan layanan kesehatan mulai dari terapi fisik, perawat, hingga pengumpulan sampel untuk pemeriksaan di laboratorium.

Sisanya, LeftShift Technologies, startup pengembang aplikasi, CodeIgnition Software Solutions Pvt. Ltd yang bergerak dalam bidang infrastructure automation dan  C42 Engineering India Pvt Ltd, startup konsultan teknologi.

Ketiga startup ini kemudian dilebur dalam Go-Jek Engineering India. Sebuah perusahaan yang menjalankan pengembangan produk, data scientist, desain dan pengelolaan produk Go-Jek di Indonesia.

Go-Jek juga melakukan akusisi untuk melengkapi bisnisnya. Go-Jek telah mengakuisisi MVCommerce startup bidang alat pembayaran dan pembayaran mobile. Ada tiga startup lagi yang akan diakusisi tetapi masih ditunda karena belum mendapatkan izin dari regulator.

Yakni, Kartuku yang merupakan Penyedia Prosesor Pihak Ketiga (TPP) dan Penyedia Layanan Pembayaran (PSP), Midtrans yang fokus garap pembayaran digital, yaitu layanan pembayaran, manajemen risiko dan chat commerce dan Mapan merupakan startup mengelola keuangan dengan sistem arisan konvensional.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular