
Pandemi & PPKM, Bos BTPN Syariah Ungkap Strategi Bisnisnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan pemerintah memperketat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 turut berimbas pada sektor perbankan. Kondisi ini diperkirakan masih akan cukup menantang di paruh kedua tahun ini seiring dengan pembatasan mobilitas masyarakat.
Meski demikian, emiten perbankan syariah, PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS), tetap optimistis bahwa profitabilitas perseroan tetap akan tumbuh dua digit sejalan dengan masih tingginya permintaan pembiayaan di segmen ultra mikro.
Direktur BTPS, Fachmy Ahmad menjelaskan, strategi yang dilakukan BTPS mengantisipasi dampak dari kebijakan PPKM ialah melalui kebijakan restrukturisasi pembiayaan bagi nasabah terdampak pandemi untuk menjaga kualitas aset.
Di sisi lain, kebijakan pemerintah memberikan sejumlah subsidi turut membantu nasabah perseroan.
"Pemerintah juga mengeluarkan beberapa inisiatif, subsidi BLT, 50% nasabah dapat bantuan subsidi, tentu itu menjadi faktor utama profitabilitas terjaga," katanya, dalam paparan kinerja BTPS, di Jakarta, akhir pekan lalu.
Fachmy melanjutkan, kebijakan PPKM memang berimplikasi pada penurunan aktivitas bisnis, sehingga jumlah nasabah yang direstrukturisasi berpotensi meningkat.
"Kondisi nasabah terdampak, kita memberikan mereka restrukturisasi, kuartal III ekspektasi meningkat, kita merasa dampaknya tidak seperti tahun lalu," ujarnya.
Perseroan juga terus mengoptimalkan pengembangan digital. BTPS sudah mengalokasikan investasi pengembangan digital yang sudah berjalan sejak semester pertama.
"Teknologi sudah kita develop, semester I sudah jalan. Nilainya ratusan miliar, dampaknya sangat baik, kita memastikan efisiensi muncul dari investasi tersebut," ujarnya.
Seperti diketahui, pada paruh pertama tahun ini atau per Juni 2021, bank bersandi BTPS ini tercatat membukukan perolehan laba bersih senilai Rp 770 miliar, naik 89% secara tahunan dan 5% secara kuartalan.
Pertumbuhan laba ini sejalan dengan kenaikan perolehan marjin laba bersih sebesar 24% secara tahunan menjadi Rp 2,07 triliun dan peningkatan laba operasional sebesar 23%. Hal ini ditopang oleh laju pembiayaan yang tumbuh 15% menjadi Rp 10,05 triliun dari tahun lalu Rp 8,74 triliun.
Sampai Juni, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tercatat berada di posisi 52% dengan rasio NPF yang mengalami kenaikan 2,4% secara tahunan.
Fachmy menilai, kondisi di paruh kedua tahun ini bila membaik, perseroan akan kembali mencatatkan perolehan pertumbuhan laba dan pembiayaan dua digit.
"Kalau kondisi Agustus-Oktober tidak lebih buruk dibanding Juli dan nanti, insya Allah sudah lebih baik. Ada posisi recovery, kita optimis yang pernah kita sampaikan di awal tahun, kita ingin mencapai double digit target [laba dan pembiayaan]" ujarnya.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cek! Deretan Saham Syariah Ini 'Merdeka' Utang Berbasis Bunga