
Strategi Industri Menangkap Potensi Keuangan Syariah

Jakarta, CNBCÂ Indonesia- Untuk menangkap peluang asuransi syariah, industri asuransi dinilai harus lebih banyak menghadirkan produk baru dan ramah pada nasabahnya. Apalagi di masa pandemi Covid-19 ini masyarakat menyadari pentingnya peran asuransi.
Presiden Direktur Prudential Jens Reisch mengatakan pihaknya akan fokus pada lini bisnis syariah ke depannya, mengingat potensi yang ada di Indonesia. Apalagi saat ini penggunaan asuransi syariah masih rendah, sehingga Prudential memiliki kesempatan besar untuk mengambil pasar yang ada.
Perusahaan juga berkomitmen untuk bekerja sama dengan OJK dan Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) untuk meningkatkan literasi keuangan syariah. Bahkan menurut Jens akan dibangun pusat pengetahuan (Knowledge centre) syariah untuk mendukung pengembangan ekonomi syariah dan juga penawaran produk. Prudential sendiri bersiap untuk membuat produk unggulan berbasis syariah.
"Berbicara tentang literasi harus bicara juga tentang akses, dan khusus asuransi syariah. Di Prudential kami sudah ada lebih dari 100.000 agen khusus untuk syariah di 160 kota. Kami ingin terhubung dan mengembangkan informasi tentang asuransi syariah di masyarakat. Kami juga mau kerjasama dengan beberapa partner digital untuk memberikan literasi dan akses asuransi syariah, termasuk potensi kolaborasi dengan pemerintah, asosiasi, dan partner industri seperti bank. Saya yakin untuk syariah, Indonesia will be unstoppable and will be leading globally," kata Jens.
Untuk mengembangkan produk syariahnya pun Prudential mengandalkan digitalisasi dalam beberapa tahun terakhir. Digitalisasi dan membangun ekosistem juga menjadi fokus perusahaan ke depannya.
Senada dengan Wapres, Jens menilai perusahaan asuransi harus memberikan penawaran terbaik terutama di tengah pandemi Covid-19 yang membawa dampak multidimensi bagi masyarakat. Kondisi ini juga meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap produk asuransi.
"Prioritas kami harus inovatif dengan product offering. Moto kami adalah syariah untuk semua dan kami percaya syariah mengandung prinsip yang inklusif sehingga bukan cuma untuk yang beragama Islam tetapi juga yang non muslim, ini besar dan sangat terhubung ke masyarakat. Dengan product digital offering, literasi adalah tugas dan prioritas kami yang akan datang," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Bank Mega Syariah Yuwono Waluyo mengatakan dengan berbagai terobosan pemerintah, share perbankan syariah telah meningkat menjadi 6,18% tahun ini. Meski masih kecil dibandingkan konvensional, Yuwono tetap optimis dengan perbankan syariah yang terus berkembang di Indonesia dan dunia. Bahkan seharusnya peran Indonesia dalam keuangan syariah perlu ditingkatkan lagi.
"Menurut saya literasi dan inklusi perlu ditingkatkan lagi, karena para nasabah kita ini ada yang emosional dan rasional. Literasi ini menjadikan yang rasional dapat mengetahui keuntungan menggunakan perbankan syariah, sehingga share syariah bisa ditingkatkan," katanya.
Dia pun mendukung peningkatan peran social fund, seperti infaq, sedekah, dan wakaf tunai untuk mendorong ekonomi syariah Indonesia. Dengan begitu produk syariah bisa berkembang.
"Apalagi kalau kita memanfaatkan teknologi yang tidak kalah dengan konvensional. Kita juga bisa sinergi dengan perusahaan lain untuk meningkatkan syariah ini," katanya.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mengungkap Potensi Besar Keuangan Syariah di Indonesia