
Lebih Rendah Dari Ekspektasi, Valuasi Aramco Hanya US$ 1,7 T
Lynda Hasibuan & Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
17 November 2019 16:59

Jakarta, CNBC Indonesia - Valuasi perusahaan minyak raksasa asal Arab Saudi, Saudi Aramco diperkirakan senilai US$ 1,7 triliun berdasarkan pengumuman IPO pada Minggu (17/11/2019).
Valuasi tersebut lebih rendah dibandingkan pernyataan dari Pangeran Arab Saudi yang sebelumnya menyatakan US$ 2 triliun
Melansir dari CNBC International, Saudi Aramco mengatakan dalam sebuah pernyataan pers pada Minggu pagi bahwa mereka berencana menjual 1,5% saham perusahaan, atau sekitar 3 miliar saham. Saham yang dilepas tersebut lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya 0,5%.
Kisaran harga indikatif untuk saham tersebut adalah 30 riyal Saudi (US$ 8) hingga 32 riyal, melalui penawaran umum perdana (IPO), Dengan demikian perkiraan dana yang diraih paling banyak 96 miliar riyal (US$ 25,6 miliar atau Rp 358,4 triliun).
Angka itu menyiratkan bahwa valuasi raksasa minyak itu bernilai antara $ 1,6 triliun hingga $ 1,7 triliun. IPO bulan depan bisa mengalahkan rekor $ 25 miliar yang diciptakan oleh perusahaan e-commerce China Alibaba ketika melantai di New York pada 2014.
Aramco akan melantai pada Desember menatang dan perusahaan pada akhir pekan lalu mengatakanakan menjual hingga 0,5% sahamnya kepada investor individu. Spekulasi dan pengumuman tertunda IPO dari perusahaan paling menguntungkan di dunia itu telah memukau investor dan pengamat pasar sejak pertama kali rencana diungkapkan tiga tahun lalu.
Raksasa minyak itu telah berkali-kali menunda IPO yang semula dijadwalkan untuk 2018. Itu lantaran atas kekhawatiran Saudi tentang pengawasan publik atas keuangannya dan karena kompleksitas struktur perusahaannya.
Penilaian analis terhadap perusahaan bervariasi dari $ 1,2 triliun hingga $ 2,3 triliun. Sebagai perbandingan, saingan terdekat AS Aramco, Exxon Mobil, memiliki kapitalisasi pasar hampir US$ 300 miliar dan Chevron bernilai sekitar US$ 229 miliar.
Ketika IPO pertama kali diumumkan pada 2016, Pangeran Mohammed bin Salman percaya perusahaan itu bernilai sekitar US$ 2 triliun.
IPO Aramco bertujuan untuk mengumpulkan uang tunai bagi pemerintah yang ingin secara signifikan mengurangi defisit anggarannya dan mendiversifikasi ekonominya di luar minyak sebagai bagian dari program Vision 2030 putra mahkota.
Ekonomi negara sebagian besar masih bergantung pada ekspor minyak. Harga minyak yang lebih rendah telah mendorong defisit anggaran negara melebar.
Pada tahun 2018, defisit anggaran diperkirakan sekitar 136 miliar riyal (atau sekitar $ 36 miliar), menurut Kementerian Keuangan kerajaan. Itu diharapkan menjadi jumlah yang sama pada tahun 2019.
Dan pada tahun 2020, kerajaan mengharapkan defisit melebar menjadi $ 50 miliar, menteri keuangan kerajaan mengatakan pada bulan Oktober, menurut Reuters.
(dob/dob) Next Article Pede IPO Laris Manis, Aramco Tak Roadshow Keluar Negeri
Valuasi tersebut lebih rendah dibandingkan pernyataan dari Pangeran Arab Saudi yang sebelumnya menyatakan US$ 2 triliun
Melansir dari CNBC International, Saudi Aramco mengatakan dalam sebuah pernyataan pers pada Minggu pagi bahwa mereka berencana menjual 1,5% saham perusahaan, atau sekitar 3 miliar saham. Saham yang dilepas tersebut lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya 0,5%.
Angka itu menyiratkan bahwa valuasi raksasa minyak itu bernilai antara $ 1,6 triliun hingga $ 1,7 triliun. IPO bulan depan bisa mengalahkan rekor $ 25 miliar yang diciptakan oleh perusahaan e-commerce China Alibaba ketika melantai di New York pada 2014.
Aramco akan melantai pada Desember menatang dan perusahaan pada akhir pekan lalu mengatakanakan menjual hingga 0,5% sahamnya kepada investor individu. Spekulasi dan pengumuman tertunda IPO dari perusahaan paling menguntungkan di dunia itu telah memukau investor dan pengamat pasar sejak pertama kali rencana diungkapkan tiga tahun lalu.
Raksasa minyak itu telah berkali-kali menunda IPO yang semula dijadwalkan untuk 2018. Itu lantaran atas kekhawatiran Saudi tentang pengawasan publik atas keuangannya dan karena kompleksitas struktur perusahaannya.
Penilaian analis terhadap perusahaan bervariasi dari $ 1,2 triliun hingga $ 2,3 triliun. Sebagai perbandingan, saingan terdekat AS Aramco, Exxon Mobil, memiliki kapitalisasi pasar hampir US$ 300 miliar dan Chevron bernilai sekitar US$ 229 miliar.
Ketika IPO pertama kali diumumkan pada 2016, Pangeran Mohammed bin Salman percaya perusahaan itu bernilai sekitar US$ 2 triliun.
IPO Aramco bertujuan untuk mengumpulkan uang tunai bagi pemerintah yang ingin secara signifikan mengurangi defisit anggarannya dan mendiversifikasi ekonominya di luar minyak sebagai bagian dari program Vision 2030 putra mahkota.
Ekonomi negara sebagian besar masih bergantung pada ekspor minyak. Harga minyak yang lebih rendah telah mendorong defisit anggaran negara melebar.
Pada tahun 2018, defisit anggaran diperkirakan sekitar 136 miliar riyal (atau sekitar $ 36 miliar), menurut Kementerian Keuangan kerajaan. Itu diharapkan menjadi jumlah yang sama pada tahun 2019.
Dan pada tahun 2020, kerajaan mengharapkan defisit melebar menjadi $ 50 miliar, menteri keuangan kerajaan mengatakan pada bulan Oktober, menurut Reuters.
(dob/dob) Next Article Pede IPO Laris Manis, Aramco Tak Roadshow Keluar Negeri
Most Popular