Jangan Sampai RI Impor Hijab dan Koko dari China!
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
11 December 2018 11:34

Surabaya, CNBC Indonesia - Sebagai negara dengan penduduk terbesar di dunia, Indonesia saat ini menjadi target pasar produk halal dari negara lain, termasuk negara non muslim. Hal ini menjadi peringatan bahwa ekonomi halal dan syariah yang saat ini tertinggal, harus dikembangkan untuk mencapai swasembada dan kemandirian.
"Tidak usah bandingkan dengan negara muslim lain, kita sudah kalah dari Australia yang jadi pengekspor terbesar daging sapi dunia. Kita kalah dari Thailand, bahkan kita impor bumbu halal dari sana. Kita juga kalah dari China karena impor pakaian halal dari China. Masa kita harus impor hijab dan baju koko dari China," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, dalam Indonesia Sharia Ekonomi Festival (ISEF) 2018, Selasa (11/12/2018).
Kegundahan ini, tutur Perry, telah dirasakan selama bertahun-tahun karena Indoneia terlambat memanjukan ekonomi dan keuangan syariah meskipun memiliki penduduk muslim mayoritas.
"Indonesia jangan hanya jadi pemakai tetapi juga harus produksi. Kita juga bisa dapat manfaat dari ekonomi syariah," tuturnya.
Salah satu terobosan dalam ekonomi dan keuangan syariah adalah pengembangan kemandirian ekonomi pesantren untuk mendukung pesantren sebagai basis arus ekonomi Indonesia.
Perry memaparkan 3 program pengembangan kemandirian ekonomi pesantren untuk mendukung pesantren sebagai basis arus ekonomi Indonesia. Pertama, pengembangan berbagai unit usaha berpotensi yang memanfaatkan kerjasama antar pesantren.
Kedua, mendorong terjalinnya kerjasama bisnis antar pesantren melalui penyediaan virtual market produk usaha pesantren sekaligus business matching.
Ketiga, pengembangan holding pesantren dan penyusunan standarisasi laporan keuangan untuk pesantren dengan nama SANTRI (Standar Akuntansi Pesantren Indonesia) yang dapat digunakan oleh setiap unit usaha pesantren.
(dob/dob) Next Article Ini Kegundahan Gubernur BI Soal Ekonomi Syariah Indonesia
Kegundahan ini, tutur Perry, telah dirasakan selama bertahun-tahun karena Indoneia terlambat memanjukan ekonomi dan keuangan syariah meskipun memiliki penduduk muslim mayoritas.
Salah satu terobosan dalam ekonomi dan keuangan syariah adalah pengembangan kemandirian ekonomi pesantren untuk mendukung pesantren sebagai basis arus ekonomi Indonesia.
Perry memaparkan 3 program pengembangan kemandirian ekonomi pesantren untuk mendukung pesantren sebagai basis arus ekonomi Indonesia. Pertama, pengembangan berbagai unit usaha berpotensi yang memanfaatkan kerjasama antar pesantren.
![]() |
Kedua, mendorong terjalinnya kerjasama bisnis antar pesantren melalui penyediaan virtual market produk usaha pesantren sekaligus business matching.
Ketiga, pengembangan holding pesantren dan penyusunan standarisasi laporan keuangan untuk pesantren dengan nama SANTRI (Standar Akuntansi Pesantren Indonesia) yang dapat digunakan oleh setiap unit usaha pesantren.
(dob/dob) Next Article Ini Kegundahan Gubernur BI Soal Ekonomi Syariah Indonesia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular