- Pasar keuangan Tanah Air bergerak beragam pada perdagangan kemarin. IHSG melemah, rupiah stagnan, hingga yield obligasi pemerintah naik
- Wall Street berpesta dipicu pemangkasan suku bunga
- Pelaku pasar hari ini akan mencermati menguatnya proyeksi pemangkasan suku bunga The Fed, yang menjadi sentimen utama penggerak pasar global dan dapat memengaruhi pergerakan IHSG, rupiah, hingga pasar obligasi.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam pada perdagangan kemarin, Rabu (3/12/2025). Pasar saham terkoreksi setelah sempat mencetak level tertinggi atau All Time High (ATH), sementara rupiah bergerak stagnan dan yield obligasi RI mengalami kenaikan.
Pasar keuangan Tanah Air diharapkan mampu bergerak positif pada perdagangan hari ini, Kamis (4/12/2025). Selengkapnya mengenai proyeksi sentimen pasar hari ini dapat dibaca pada halaman 3 artikel ini.Investor juga dapat mengintip agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri dan luar negeri pada halaman 4.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis pada perdagangan kemarin. IHSG terkoreksi tipis 0,06% atau turun 5,25 poin ke level 8.611,79, setelah sepanjang sesi bergerak cukup volatile dan sempat menyentuh level tertinggi harian di 8.669,18.
Namun seiring perdagangan, tekanan jual menjelang akhir sesi membuat penguatan tidak bertahan. Aktivitas pasar cukup ramai, dengan nilai transaksi mencapai Rp21,28 triliun yang melibatkan 47,10 miliar saham dalam 2,73 juta kali transaksi. Sebanyak 328 saham menguat, 316 melemah, dan 160 stagnan.
Sementara itu, investor asing terpantau masih melakukan aksi beli atau net buy namun hanya sebesar Rp70 miliar.Â
Dari 11 sektor, tercatat 6 sektor melemah dan 5 sektor menguat pada perdagangan kemarin. Sektor yang melemah menjadi penekan utama indeks, terutama energy yang turun 1,49%, serta basic materials yang melemah 0,62%. Sektor finansial dan beberapa sektor lainnya juga tercatat melemah, meski dengan persentase yang lebih terbatas.
Sementara itu, lima sektor lainnya masih mampu bergerak di zona hijau, dipimpin oleh teknologi yang melonjak 3,85%, disusul sektor properti naik 0,75%, kesehatan 0,61%, sektor industri terangkat 0,56%, dan konsumer siklikal menguat 0,53%.
Sementara itu, dari sisi emiten, PT Dian Swastika Sentosa Tbk (DSSA) menjadi penekan IHGS dengan bobot pelemahan 13,24 indeks poin, yang diikuti oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 8,23 poin, serta PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan bobot 7,08 indeks poin.
Sebaliknya, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) mampu menjadi emiten penahan laju pelemahan IHSG dengan sumbangan penguatan 20,17 indeks poin. Kemudian diikuti PT Mora Telematika Indonesia Tbk (MORA) dengan kontribusi 4,31 indeks poin. Serta PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan 2,50 poin.
Beralih ke pasar valuta, nilai tukar rupiah ditutup stagnan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan kemarin. Melansir data Refinitiv, rupiah bergerak sangat terbatas dan mengakhiri sesi di level Rp16.615/US$, tidak jauh dari level pembukaan di Rp16.610/US$.
Sepanjang perdagangan, rupiah bergerak dalam rentang Rp16.610-Rp16.635/US$.
Kondisi ini terjadi meskipun dolar global tengah berada dalam tekanan. Pasar kini memperkirakan hampir 90% peluang The Federal Reserve akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada FOMC 10 Desember mendatang. Ekspektasi pelonggaran moneter ini mendorong pelemahan dolar AS secara luas.
Prospek penunjukan Kevin Hassett sebagai Ketua The Fed berikutnya juga menjadi faktor tambahan yang menekan dolar. Hassett dikenal sebagai sosok yang cenderung mendukung kebijakan bunga rendah, sehingga meningkatkan sentimen bearish terhadap greenback di pasar global.
Adapun dari pasar obligasi, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun pada perdagangan Rabu (3/12/2025) tercatat menguat 0,10% ke level 6,300%.
Sebagai informasi, imbal hasil obligasi yang menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membuang surat berharga negara (SBN). Sebaliknya, imbal hasil yang melemah mengindikasikan pelaku pasar kembali mengumpulkan SBN.
Dari pasar saham Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street kompak menghijau pada perdagangan Rabu atau Kamis waktu Indonesia.
Indeks Dow Jones Industrial Average naik pada hari Rabu setelah data ketenagakerjaan terbaru dari ADP membuat investor meningkatkan taruhan bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga minggu depan.
Indeks yang berisi 30 saham tersebut menguat 471 poin, atau 1%. S&P 500 naik 0,5%, sementara Nasdaq Composite bertambah 0,4%.
Perusahaan pengolah data penggajian ADP melaporkan penggajian sektor swasta secara mengejutkan turun 32.000 pada November. Data ini lebih buruk dibandingkan survei Dow Jones yang memperkirakan kenaikan 40.000.
Meskipun angkanya melemah, para trader kemungkinan bertaruh bahwa penurunan lapangan kerja sektor swasta akan mendorong The Fed untuk memangkas suku bunga pada pertemuan terakhir tahun ini minggu depan.
"Pasar tenaga kerja, itu yang akan menjadi fokus orang-orang," kata Scott Welch, Chief Investment Officer Certuity, dalam wawancara dengan CNBC.
"Angkanya akan keluar seperti apa adanya, dan itu akan mengarah pada pemangkasan atau tidak, tapi saya menduga tidak diragukan lagi akan ada pemangkasan minggu depan." Imbuhnya.
Pasar memperkirakan kemungkinan 89% untuk pemangkasan suku bunga pada Rabu depan, jauh lebih tinggi dibanding peluang pada pertengahan November.
Investor memperkirakan bahwa tingkat suku bunga yang lebih rendah akan mendorong pertumbuhan kredit dan memberi suntikan bagi ekonomi AS. Hal ini mendorong saham-saham keuangan utama seperti Wells Fargo dan American Express menguat pada hari Rabu.
"Pasar bertumpu pada The Fed, dan jika mereka tidak memangkas, hasilnya tidak akan baik," tambah Welch.
Namun demikian, pada Rabu terdapat beberapa tanda bahwa ekonomi tetap stabil, karena data sektor jasa AS terbaru sedikit lebih baik daripada perkiraan.
Saham Microsoft turun lebih dari 1% setelah The Information melaporkan bahwa perusahaan menurunkan target kuota penjualan perangkat lunak yang terkait dengan kecerdasan buatan (AI). Sahamnya kemudian pulih dari posisi terendah setelah perusahaan membantah telah menurunkan kuota penjualan bagi tenaga pemasarannya.
Saham-saham lain yang terkait dengan tren AI, termasuk produsen chip Nvidia dan Broadcom, ikut melemah mengikuti Microsoft. Micron Technology juga tertekan, turun lebih dari 2%.
Sementara itu, harga Bitcoin terus menguat dan diperdagangkan di atas US$92.000, setelah mata uang kripto utama itu mencatat hari terburuknya sejak Maret pada hari Senin.
Saham Marvell Technology naik lebih dari 7% setelah Wall Street merespons proyeksi pertumbuhan pusat datanya. American Eagle Outfitters juga tampil menonjol, melonjak lebih dari 14% setelah menjadi peritel terbaru yang menaikkan proyeksi kinerja setahun penuh. Perusahaan pakaian tersebut mengatakan bahwa musim belanja akhir tahun dimulai dengan sangat kuat.
Memasuki perdagangan hari ini, Kamis (4/12/2025), pelaku pasar akan mencermati berbagai rilis data dan perkembangan ekonomi global di tengah pelemahan terbaru indeks dolar AS dan sinyal perlambatan pasar tenaga kerja Amerika Serikat.
Di dalam negeri, sentimen masih terbatas, namun stabilitas IHSG dan pergerakan rupiah yang relatif terjaga memberikan ruang bagi pasar keuangan Tanah Air untuk bergerak positif.
Berikut rangkuman sejumlah sentimen dari dalam maupun luar negeri yang akan turut memengaruhi pergerakan IHSG, rupiah, hingga pasar obligasi pada hari ini:
Tenaga Kerja AS Melemah, ADP Catat Penurunan Payrolls di November
Pelaku pasar hari ini akan mencermati laporan ketenagakerjaan Amerika Serikat setelah data ADP National Employment Report menunjukkan pelemahan yang tidak terduga. Laporan tersebut mencatat bahwa lapangan kerja swasta AS turun 32.000 pada November, berbalik arah dari revisi kenaikan 47.000 pada Oktober. Angka ini jauh di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan sekitar 10.000 pekerjaan.
Laporan ADP ini disusun bersama Stanford Digital Economy Lab dan kerap menyimpang dari data resmi pemerintah AS. Namun, rilis terbaru ini memperkuat indikasi bahwa aktivitas perekrutan di sektor swasta mulai melemah di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi. Data ini juga menjadi sinyal ekonomi AS mulai digoyang dampak tarif dan ketidakpastian.
Sementara itu, Departemen Tenaga Kerja AS (BLS) diperkirakan akan merilis laporan ketenagakerjaan yang telah tertunda pada 16 Desember, setelah penundaannya akibat penutupan pemerintahan federal.
Data tersebut nantinya akan mencakup angka lapangan kerja di sektor non pertanian untuk Oktober, meski tingkat pengangguran bulan tersebut tidak akan pernah diketahui karena survei rumah tangga gagal dikumpulkan selama shutdown terpanjang dalam sejarah AS.
Di tengah ketidakpastian ini, klaim tunjangan pengangguran pekan lalu masih mencerminkan pola "no hire, no fire", di mana perusahaan menahan diri untuk merekrut maupun melakukan PHK besar-besaran. Banyak yang menilai ketidakpastian terkait kebijakan tarif dan kondisi bisnis membuat pasar tenaga kerja AS berada dalam kondisi stagnan.
Sebelumnya, ekonomi AS tercatat menambah 119.000 pekerjaan pada September, sementara tingkat pengangguran naik ke level tertinggi empat tahun di 4,4%, menunjukkan adanya tekanan yang terus meningkat di pasar tenaga kerja.
Indeks Dolar AS Terjun ke Level Terendah dalam Sebulan
Indeks dolar Amerika Serikat (DXY) melemah tajam pada perdagangan Rabu (3/12/2025). Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia tersebut bahkan sempat menyentuh level 98,932, menjadi posisi terendah sejak 29 Oktober 2025 atau dalam satu bulan terakhir, berdasarkan data Refinitiv.
Pelemahan ini dipicu oleh semakin kuatnya ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada pertemuan FOMC 10 Desember mendatang. Berdasarkan CME FedWatch Tool, probabilitas pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin kini mencapai 88%, melonjak signifikan dibandingkan pekan lalu.
Ekspektasi pelonggaran kebijakan ini mendorong pelaku pasar untuk meningkatkan minat risiko dan mengurangi eksposur terhadap aset berdenominasi dolar. Kondisi tersebut membuka peluang mengalirnya dana ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Dengan melemahnya dolar AS, rupiah berpotensi mendapatkan dorongan penguatan dalam waktu dekat, terutama jika sentimen eksternal tetap mendukung.
Purbaya Desak OJK & BEI Bereskan Saham Gorengan dalam 6 Bulan
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa pemerintah siap memberikan insentif fiskal untuk mendorong pertumbuhan investor ritel di pasar saham Indonesia.
Namun, sebelum insentif itu digulirkan, ia meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) terlebih dahulu melakukan pembenahan terhadap praktik perdagangan saham gorengan yang berpotensi merugikan investor kecil.
Purbaya menegaskan bahwa otoritas pasar modal memiliki waktu enam bulan untuk menunjukkan langkah konkret dalam menindak pihak-pihak yang melakukan manipulasi harga. Ia ingin melihat adanya sanksi nyata bagi pelaku penggorengan saham sebelum pemerintah mengeluarkan bentuk insentif apa pun.
"Kalau kita lihat 6 bulan, lengkapin enggak? Ada yang dihukum atau enggak? nanti kita lihat. Kalau ada action yang clear bahwa penggoreng saham itu dikenakan sanksi, baru kita kasih insentif ke investor," ujar Purbaya dalam Financial Forum 2025 yang diselenggarakan CNBC Indonesia di Main Hall BEI, Rabu (3/12/2025).
Menurutnya, memberi insentif kepada investor ritel di tengah pasar yang masih dipenuhi saham gorengan justru dapat menimbulkan risiko besar dan merugikan mereka. Purbaya menilai pembenahan pasar modal menjadi prioritas penting agar investor pemula dapat berinvestasi dengan lebih aman.
"Karena saya takut saya kalau ngasih ke investor retail dalam keadaan sekarang mereka masuk ke tempat yang agak bahaya buat mereka tapi kalau sudah diberesin ya sudah kalau ekonominya bagus memang baik terus ke depan investasi di saham adalah investasi yang menarik sekali," lanjutnya.
OJK Susun Kebijakan Free Float Saham yang Baru
OJK terus memperkuat upaya peningkatan jumlah saham beredar di publik (free float) guna mendorong likuiditas pasar modal Indonesia.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon, Inarno Djajadi, mengungkapkan bahwa OJK saat ini tengah menyusun kebijakan free float yang baru, khususnya terkait perhitungan jumlah saham beredar saat pencatatan perdana (IPO).
Inarno menjelaskan bahwa skema baru ini akan hanya memperhitungkan saham yang ditawarkan kepada publik, sekaligus mengecualikan pemegang saham pre-IPO dalam perhitungan free float. Langkah tersebut dinilai lebih sejalan dengan filosofi free float sebagai saham yang benar-benar dapat diperdagangkan publik, sehingga diharapkan dapat meningkatkan likuiditas pasar.
Selain itu, perusahaan yang baru tercatat nantinya akan wajib mempertahankan minimal free float selama 1 tahun setelah IPO. OJK menyebut aturan ini sebagai bagian dari penyusunan kebijakan free float yang akan menjadi fondasi continuous obligation bagi emiten baru maupun lama.
Di sisi lain, OJK bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) juga tengah memfinalisasi penyesuaian Peraturan I-A, yang akan memuat detail teknis dari kebijakan free float terbaru. Dalam proses ini, sejumlah faktor turut dipertimbangkan, antara lain peningkatan likuiditas, besaran kapitalisasi pasar (market cap), minat dan peran investor, serta daya serap pasar. Keseluruhan aspek tersebut dinilai penting untuk menjaga minat korporasi domestik untuk go public.
Terkait masa transisi, OJK menegaskan bahwa:
- Untuk emiten baru (IPO): masa transisi mempertahankan free float minimal adalah 1 tahun, sementara penyesuaian kewajiban berkelanjutan (continuous obligation) diberikan waktu 4 tahun.
- Untuk emiten yang sudah tercatat: masa transisi penyesuaian continuous obligation ditetapkan selama 3 tahun.
Kebijakan baru ini diharapkan dapat memperbaiki struktur likuiditas pasar modal Indonesia, meningkatkan daya tarik bagi investor, serta memperkuat kepercayaan publik terhadap kualitas saham yang diperdagangkan.
Simak Rilis Data dan Agenda Hari Ini
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
-
Menteri Perdagangan menghadiri Peluncuran Hari Belanja Online 2025 di La Piazza Ground Floor, Gandaria City Mall, Kota Jakarta Selatan
-
Media briefing Bareskrim Polri terkait proses penegakan hukum penanganan Cesium-137 di Ruang Rapat Utama, kantor Kemenko Pangan, Kota Jakarta Pusat
-
Menteri Pertanian akan melepas bantuan kemanusiaan untuk korban bencana di Pulau Sumatra di Lobby Gedung A, kantor pusat Kementerian Pertanian, Kota Jakarta Selatan
-
Menteri Perdagangan menghadiri penyerahan anugerah GDI tahun 2025 di Auditorium Utama Kemendag, Kota Jakarta Pusat
-
Pembukaan Rapat Kerja Nasional Real Estat Indonesia di Mercure Convention Center, Ancol, Kota Jakarta Utara
-
Rapat Kerja Komisi XI DPR dengan Menteri Keuangan dan CEO Danantara Indonesia di ruang rapat Komisi XI DPR
-
Rapat Kerja Komisi XI DPR dengan Ketua DK OJK dan Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun di ruang rapat Komisi XI DPR
-
BSI Sharia Economic Outlook 2025 di Wisma Habibie & Ainun, Kota Jakarta Selatan
-
Media gathering "Pengelolaan LNSW dalam Rangka Optimalisasi Kinerja APBN" di Aroem Resto, Kota Jakarta Pusat. Narasumber: Kepala LNSW
-
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menghadiri pembagian BLT KesRa di Kantor Pos Premier Rawamangun, Kota Jakarta Timur
-
Gathering Google Indonesia "Year in Search: Jeda Tawa di Tengah Ramainya Tren" di Midaz Senayan Golf, Kota Jakarta Pusat
-
Opening Jakarta X Beauty 2025 di JICC, Kota Jakarta Selatan
-
Klaim awal pengangguran AS Periode November
- Neraca perdagangan Australia periode Oktober
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.