Intip Proyeksi Dividen BBRI-BMRI-BBNI-BRIS, Mana Paling Royal?
Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang tutup tahun, para pelaku pasar mulai mengkalkulasi potensi cuan dari dividen emiten perbankan pelat merah (Himbara). Sentimen tahun ini terasa berbeda dengan kehadiran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara). Sebagai calon super-holding BUMN, Danantara memiliki mandat kuat untuk mengoptimalisasi nilai aset dan setoran dividen BUMN.
Hal ini memicu spekulasi pasar yaitu apakah rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio/DPR) bank-bank pelat merah akan dikerek naik?
Tim Riset CNBC Indonesia menyajikan simulasi perhitungan dividen berdasarkan kinerja Kuartal III-2025 dengan dua skenario yaitu skenario historis (konservatif) dan skenario agresif jika Danantara mendorong kenaikan setoran dividen.
Skenario 1: Dividen RUPS 2025 (Asumsi Normal)
Pada skenario pertama, kita menggunakan asumsi bahwa kebijakan dividen berjalan business as usual mengacu pada tren historis tahun lalu. BMRI dan BBRI diasumsikan tetap loyal membagi dividen besar, BBNI moderat, dan BSI (BRIS) masih menahan laba untuk ekspansi dengan rasio kecil.
Dalam skenario ini, Bank Mandiri (BMRI) memimpin dengan potensi yield tertinggi mencapai 8,69%, disusul ketat oleh BRI dan BNI. Sementara itu, BSI masih memberikan yield di kisaran 1% karena fokus pada pertumbuhan aset.
Berikut adalah simulasi perhitungannya:
Skenario 2: Dividen dengan DPR Ditingkatkan (Efek Danantara)
Skenario kedua adalah apa yang diharapkan oleh pasar. Dengan target setoran negara yang lebih tinggi di era Danantara, ada peluang emiten dengan permodalan kuat (CAR tinggi) diminta menaikkan rasio dividennya.
Dalam simulasi ini, tim menggunakan simulasi kasar berupa dividen payout rasio yang tinggi sebagai berikut:
-
BMRI dinaikkan sedikit menjadi 80%.
-
BBNI didorong naik ke level 70%.
-
BRIS mengalami lonjakan signifikan ke 65% (setara bank umum lainnya).
-
BBRI diasumsikan tetap 85% karena sudah sangat optimal.
Berikut adalah perhitungannya:
Jika skenario ini terealisasi, Bank Mandiri dan BNI akan menawarkan yield yang nyaris menyentuh 9% (8,91% dan 8,87%), sebuah tingkat pengembalian yang sangat menarik di atas instrumen pendapatan tetap manapun saat ini.
Kejutan terbesar ada pada BSI (BRIS). Jika DPR dikerek ke 65%, dividen per saham melonjak dari Rp 24 menjadi Rp 104, membuat yield-nya melesat menjadi 4,38%. Ini bisa menjadi katalis positif bagi pergerakan harga saham bank syariah terbesar di Indonesia tersebut.
Target Rp 150 Triliun: Pemicu Skenario Agresif
Perlu digarisbawahi, simulasi pada Skenario 2 di atas merupakan perhitungan kasar yang didasarkan pada target ambisius setoran dividen BUMN tahun ini.
Seperti diketahui, Danantara dikabarkan mematok target total setoran dividen BUMN bisa menembus angka Rp 150 triliun pada akhir tahun ini. Mengingat sektor perbankan (Himbara) adalah kontributor laba terbesar bagi Kementerian BUMN, maka beban terbesar untuk mencapai target jumbo tersebut kemungkinan besar akan ditopang oleh BBRI, BMRI, dan BBNI.
Jika target Rp 150 triliun ini bersifat mandatory (wajib), maka bank-bank pelat merah mau tidak mau harus merogoh kocek lebih dalam dari laba bersih mereka (meningkatkan DPR) untuk menambal kebutuhan setoran negara tersebut, seperti yang tergambar pada tabel simulasi di atas.
Analisis & Kesimpulan
Dari data di atas, terlihat bahwa sektor perbankan Himbara masih menjadi "lumbung dividen" paling menarik di IHSG.
-
BMRI & BBNI Juara Yield: Jika skenario "Target 150 Triliun" Danantara berjalan mulus, BMRI dan BBNI bersaing ketat menawarkan yield mendekati 9%. Ini adalah angka return tunai yang sangat masif untuk ukuran saham big cap.
-
Potensi Upside BRIS: Jika BUMN Syariah ini turut didorong untuk berkontribusi lebih besar, lonjakan DPR ke 65% akan mengubah peta permainan BRIS dari saham growth menjadi saham dividend play yang menarik.
Bagi investor, periode akumulasi sebelum RUPS (biasanya Maret-April 2025) menjadi krusial. Namun, investor tetap disarankan bijak karena angka ini adalah proyeksi dinamis yang bergantung pada realisasi laba kuartal terakhir (Q4) dan keputusan final RUPS.
-
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(gls/gls)